Chapter 26

391 51 12
                                    

CHAPTER DUA PULUH ENAM

Mat's Diner. Pukul sembilan pagi. Jangan terlambat.

Ally meremas tangannya seraya memandang keluar jendela restoran itu. Dia sudah memastikan tiap pesannya jelas bahkan dicek berulang kali. Ke mana orang itu? Dia yakin, pesan seperti itu tidak akan diabaikan apalagi jarang pula Ally mengirim pesan kepada siapa pun.

Seseorang masuk lewat pintu depan, kemudian berhenti di dekat mejanya. Ally langsung bangkit.

"Kenapa mengundangku kemari?" tanya Jared, bingung. Baru saja semalam dia pulang dari perjalanan bisnis dengan Vero, sekarang Ally sudah mendesaknya. "Mengapa tidak di rumah?"

"Ada Luca. Aku tidak mau kita jadi kurang fokus membicarakannya."

Jared mendecih. "Kau.. aneh." Ia menarik kursi lantas terduduk. Seteleh beberapa detik, Ally langsung menyodorkan satu map ke hadapan Jared. "Apa ini?"

"Surat gugatan cerai."

.

.

Semalam, Ally berguling dari satu sisi tempat ke tidur ke sisi lain. Hatinya berkecamuk, sedangkan dilihatnya Luca masih terlelap nyaman di boksnya. Ally mengenggam ponsel seraya menghitung dalam hati. Haruskah? Haruskah sekarang? Tapi, Ally sudah melakukan sejauh ini. Apalagi ada 'harga mahal' demi mendapatkan pengacaranya. Jadi, dengan tangan basah akan keringat, dia mulai mengetikkan pesan itu dan mengirimkan kepada suaminya (oh, suami yang akan jadi mantan sesegera mungkin). Setelah memastikan terkirim, Ally kembali merebahkan kepalanya di bantal nyaman.

Semuanya berakhir.

Aku dan Jared berakhir.

Anehnya, Ally tidak merasa gundah atau semacamnya. Ally sadar, ada perasaan menumpuk sesak di dalam hati jika menyangkut Jared. Sejauh ini, dia ingin bebas dari jeratan itu semua. Dia punya hidupnya sendiri, dengan Jared, dengan Esme, semuanya lengkap. Meskipun Ibu masih enggan membahas atau bertanya apa pun kepadanya, Ally tidak memperdulikannya. Toh, sekarang dia baik-baik saja di sini.

Ally mengetatkan rahang dan menghela napas.Dia sangat yakin, hak asuh Luca akan berada di tangannya dan satu grup pengacara Dante tidak pernah main-main, jadi mereka akan menyelesaikan sidang percerain ini dengan cepat dan praktis. Mengingat gaji dan tabungan Ally, mungkin ada baiknya mereka pindah. Mungkin apartemen kecil tapi nyaman di dekat kota. Atau mungkin rumah mungil yang sejuk. Apa pun itu, Ally tidak masalah. Toh, Esme juga mendukungnya secara penuh.

Sedikit lagi.

Ally merasa senyumnya mengembang dengan dada lebih ringan. Selama berbulan-bulan terus menelan pil pahit dan terus dihantam perasaan sakit dan nyeri, akhirnya semua akan selesai sekarang.

"Kau sangat yakin dengan semua ini, kan? Aku hanya membantumu, semuanya pilihanmu." Ucapan Dante seperti penenang di hari nan gersang. Ally sudah mengepalkan tangannya dan mengangguk. Tidak ada lagi air mata. Tidak ada lagi jeritan kesakitan. Terpenting, Luca akan terus bersamanya dan tumbuh dengan baik. Bahkan Ally mulai berpikir untuk mempersiapkan tabungan untuk Luca sekolah kelak, atau bahkan tabungan lain meski bayinya belum genap dua tahun. Ally juga akan memastikan Luca tidak akan kekurangan kasih sayang—Ally akan memerankan dua peran sekaligus yakni sebagai ayah dan ibu untuk Luca.

.

.

"Tidak!" pekik Jared hingga beberapa pelanggan menoleh. "Aku tidak mau cerai darimu!" Jared mengejangkan otot rahangnya.

Breaking White (2017)Where stories live. Discover now