Chapter 37

298 26 0
                                    

CHAPTER TIGA PULUH TUJUH

Pagi ini, Jared diundang khusus untuk datang ke ruang kerja ayah Veronica. Sebenarnya, sejak dua hari lalu, Jared sudah mangkir karena merasa firasatnya buruk akan undangan ini. Ayah Veronica sangat tegas dan terlihat protektif pada putrinya. Menurutnya, ayah Veronica pasti sudah mengendus jauh hubungan mereka, bahwa ada jarak janggal antara status Veronica yang putri kaya kesayangannya dan Jared yang hanya pengawal biasa. Untuk standar ayahnya, Jared terbilang agak brengsek karena sudah menduda dan meninggalkan satu putranya.

Yah, seburuk itu.

"Duduk," titahnya.

Jared mengangguk. Dia hanya mengenakan kemeja flanel gelapnya. Untung dia sempat bercukur sebelum mandi tadi. "Terima kasih, Tuan."

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Dia menegakkan posisi duduknya, menumpu kedua tangan di atas meja kerjanya. "Jadi, sejauh mana hubunganmu dengan Vero? Aku ingin detailnya."

"Kami sangat cocok dan kurasa, kami serius."

"Jadi kau akan menikahi putriku? Kau yakin?" Nada bicaranya tidak dibuat-buat, jelas Veronica pun bukan remaja lagi yang patut diawasi. Garis keturunan keluarga mereka jelas harus dilanjutkan dengan Veronica. Begitupun seterusnya. Anak menjadi hal penting karena kedudukan kekuasaan ayah Veronica di tempat ini, serta banyak bisnis yang dikelolanya.

"Kurasa," pria itu agak canggung mengusap tengkuknya. "sebenarnya, sejak perceraian itu, kami belum membahas lebih lanjut karena sibuk. Jadwal Nona Vero sangat padat, aku menemaninya terus menerus. Jadi, kami belum sempat membahas pernikahan."

"Aku tidak mau kau hanya mempermainkannya, Jared."

"Tidak, Tuan."

Ayah Veronica membidiknya, mirip mata pisau yang lancip. "Rumah tanggamu berantakan, kan? Aku tahu itu, banyak anak buahku yang melaporkannya. Tapi aku beri kau satu kesempatan karena kulihat Vero sangat tergila-gila padamu. Jika kau sampai menyakitinya.... Kau akan menyesali itu." Tegas. Tepat sasaran.

Jared meneguk ludahnya. Rumah tangga dia dan Ally memang jadi momok tersendiri, karena yah Jared rela melepaskan pernikahan itu karena Vero. Itu awal dan segalanya. Sekarang Jared akan menikahi Vero? Mendapatkan izin yang terbilang sulit dari ayah Vero? Bukankah dia harusnya bahagia?

Nyatanya, tidak demikian.

Komitmen untuk berumah tangga seperti jurang mengerikan. Jared masih trauma akan sidang perceraian, bagaimana pengapnya, atau bagaimana ketegangan antar pengacara, bahkan ketukan palu hakim yang terus menjadi mimpi buruk untuknya. Luca! Jared merindukan anaknya lebih dari apa pun di dunia ini. Jared ingat bola mata Luca yang indah, atau hangat gendongannya ketika Luca terlelap di gendongannya.

"Akan aku pikirkan semuanya. Aku pamit."

"Tunggu sebentar," katanya. "Kau tidak mengincar harta kami saja, kan?"

Jared tersentak singkat. "Ah, apa maksudmu, Tuan?"

"Pria sepertimu perlu diwaspadai. Jika kau berpura-pura menyukai putriku, padahal kau inginkan harta... kau akan tamat, Jared. Ingat itu." Ayah Veronica memandangnya tajam, seraya mengembuskan napas perlahan. Tamat. Kau akan tamat.

*

*

Ally memeriksa kotak pos mereka sebelum mengeluarkan mobil dari garasi. Luca liburan bersama ibu Dante, sedangkan dia akan ke tokonya setelah kemarin membuat deal dengan kontraktor yang akan membangun ruang kerjanya. Setengah bingung, Ally meraih sepucuk undangan keperakan itu dan membacanya.

Jared & Veronica.

Uh?

Tidak lama, Dante muncul. "Sayang, apa yang kau lakukan..." Ia menerima undangan dari tangan istrinya. "Uh? Menikah?"

"Mengejutkan tapi tidak mengherankan," kata Ally singkat. Dia berjalan untuk membuka gerbang hitam tinggi itu. Disusul Dante yang mengekorinya. "Buang sajalah. Kalau kau tidak mau datang, sebaiknya tidak."

"Datang saja. Hanya muncul sebentar."

Ally mengangguk.

Dante mendekat kemudian mengecup bibir wanita itu lembut. "Kurasa Jared berusaha keras untuk mendapatkan Veronica, bukankah itu?" Ally mengangguk. "Kau tidak cemburu?"

"Pertanyaanmu sangat tidak masuk akal."

Mungkin beberapa waktu yang lalu, jauh sebelum mereka bertemu, Ally akan kembali terbakar cemburu. Sekarang? Untuk apa?" Ally masuk ke mobil dan menurunkan jendelanya sedikit agar dapat mengecup lagi bibir Dante. "Nanti malam, aku akan siapkan makan malam dan kita akan buka anggur pemberian ibumu."

"Oh? Ada perayaan khusus, Nyonya?"

Ally tersenyum. "Tidak, hanya ingin berduaan saja denganmu."

Selepas Ally berangkat pergi, tinggal Dante yang mendapatkan pesan dari sekretarisnya. Hari ini dia cukup sibuk karena mengunjungi beberapa tempat. "Aku mau kau siapkan hadiah untuk pernikahan Jared nanti. Tidak perlu banyak, tapi cukup mahal saja." Sekretarisnya langsung menyanggupi, dan Dante mengantongi ponselnya lagi.

Elena akan rapat dengannya pagi ini karena permintaan dari Dante. Sejak tadi, Dante berpikir apakah makan siang nanti, dia dan Ally akan sempat makan siang sebentar. Setelah menikah, Dante jadi makin penuntut soal waktu khusus mereka. Jika sempat, dia akan mengundang Ally datang ke kantornya, mampir ke resto terdekat atau bahkan ikut dalam pesta kantornya. Dante senang memperkenalkan Ally pada rekan kerjanya, karena Ally pun sangat supel dan akrab dengan mereka.

"Bos, apakah akan ada adik untuk Luca dalam waktu cepat?" Godaan demi godaan berdatangan seiring mereka yang mengenal Ally. Dante tidak ingin buru-buru, masa indah sehabis menikah ini dia nikmati dengan baik. Mengenal Ally lebih dekat lagi, mempelajari apa yang Ally inginkan atau harapkan darinya, semua itu menjadi fokus Dante.

[]

Breaking White (2017)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu