Chapter 18

551 39 2
                                    

CHAPTER DELAPAN BELAS

Setibanya di rumah sakit, Ally cepat menjinjing satu tas besar sedangkan tas lain sudah tersampir di bahunya. Wajahnya menegang setelah mendengar penuturan Esme dari telepon. Ally gagal mempertahankan sikap tenangnya di saat hatinya sudah separuh terpanggang ganas layaknya sekarang. Ally tidak tahu apa yang wanita itu pikirkan hingga berani datang ke rumah sakit. Apa katanya? Ingin menjenguk Luca? Ally ingin tertawa sinis. Apakah wanita itu memang tidak punya harga diri?

Derap langkahnya memantul horor. Ally meremas pegangan tasnya sesaat dia mengikuti langkah, mengingat betul ruang intensif di mana Luca berada. Tepat ketika dia sudah berada di ujung lorong, Ally membuka sedikit resleting tasnya kemudian berjalan lebih cepat.

Jared menangkap tangan Veronica yang sudah ada di dekat Esme. "Mengapa .. kau datang?" pekiknya.

Veronica melirik kecil namun dia menyentakkannya. Wanita itu justru menatap Esme lekat. "Jadi dia masih di dalam? Apakah aku tidak boleh masuk?"

"Nyonya, maaf, tapi aku sebagai keluarga saja belum diizinkan masuk oleh dokter dan Anda.." Esme tidak dapat berkata-kata, hanya berdecak sinis. "Tentu saja belum boleh."

"Tapi memang dia sakit apa? Apakah sangat parah? Oh ya, kau pasti sudah dengar kan. Tidak perlu risau soal biaya rumah sakit karena—" Veronica memekik ketika wajahnya tertampar sesuatu. Benda itu berhamburan riuh di sekitarnya, terutama depan wajahnya. Veronica melotot ketika uang terus terlempar begitu saja. "Hei!"

"Ambil uang itu!" pekik Ally, menguras habis isi tasnya. "Aku tidak butuh uangmu! Ambil semuanya!" Ia terus menggali isi tas selempangnya, mengeluarkan lebih banyak dollar yang baru dia kuras dari rekeningnya tersebut. Cih, hal terakhir yang ia inginkan adalah agar Veronica pergi dari sini dan mengetahui wanita itu berinisiatif membayarkan biaya rumah sakit Luca? Ally tidak dapat membiarkannya. Ketika ia mendapati masih ada sisa uang di tas, Ally cepat melemparkannya lagi, membuat Veronica terlonjak mundur.

Belum pernah.

Belum pernah aku dipermalukan seperti ini. Veronica merasa wajahnya memanas dengan rahangnya mengetat. "Beraninya—"

"Ally! Apa yang kau lakukan?!" Jared membentak cepat dan melotot ke arah Ally namun wanita itu sudah melengos kemudian mendekati Esme, mengabaikan dua sosok yang masih terkejut di tempat itu.

Ally berdecak, membelakangi mereka. "Belum ada info lagi?"

"Sepertinya dokter tetap meminta kita menunggu, tapi kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Alicia!"

"Kalian bisa pergi.. sekarang." Ally berbalik dan menatap keduanya tajam. "Tidak perlu muncul lagi di hadapanku. Sekarang! Sana!" Amarahnya memuncak menyaksikan dua orang brengsek yang hanya membuat kepalanya pening tersebut. Lagipula untuk apa Veronica bermurah hati? Wanita itu sudah mendapatkan cap buruk di mata Ally, dan jangan bahas Jared pula. Ally lebih ingin memandangi bangkai daripada wajah pria itu sekarang.

.

.

Jared terus berdecak kemudian mulai mengarahkan kemudinya mulus. Meninggalkan area rumah sakit, mereka berdua masih memasang wajah kaku dengan rahang mengeras. Jared bahkan tidak dapat mengungkapkan kekesalannya, hanya terus mengumpat sepanjang mereka mendekati mobil. "Aku sudah mengatakan kepadamu, Nona. Tidak baik untuk—"

"Tapi dia memang mengesalkan, bukan? Aku hanya berniat membantu. Demi Tuhan, apakah dia hilang akal?!" Veronica terus mengerang keras, kemudian mengepalkan tangannya. "Aku berharap dia terus menderita."

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang