11~ Sepintas kenangan💖

40 5 0
                                    

Jangan pernah berpikir apa yang tak seharusnya dipikirkan agar tak ada hati yang tersakiti.
-kutipan kata-

🥀🥀🥀

Hifza Azzahra Humaira atau lebih dikenal dengan Hifza atau Iza. Perempuan berparas cantik, dengan perawakan yang cukup dibilang tinggi di antara teman-temannya, dan senyum manis menjadi ciri khasnya.

"Za pulang sama siapa?" tanya Firda–teman satu kantor Hifza. Bercerita sedikit tentang Hifza, Hifza ini adalah seorang HRD di sebuah perusahaan swasta yang kalau dibilang cukup terkenal dan namanya cukup melambung tinggi.

Hifza yang tengah memasukkan barangnya ke tas pun menoleh ke Firda, "sama mas ku kenapa?"

"Nggak, gue kira sama orang yang nganter lo waktu itu, eh iya lo kan belum cerita tentang dia, pacar lo ya?" ucap Firda jahil.

"Ngarang lo, gue anti pacar-pacaran buat sekarang"

"Ohhhh gue tau lo pasti masih nunggu si mas-mas senja itu yaa, ih gila sweet banget, eh tapi gimana kalo dia udah ada yang lain sakit nggak tuh lo yang nunggu dia eh malah ditinggalin kalo gue nih ya gue yang jadi lo nunggu dia terus kalo ketemu dia udah ada yang lain langsung gue gebeng tuh mukanya"

Hifza terdiam mendengar perkataan Firda. 'Benar juga apa kata Firda bagaimana jika dia sudah memiliki pengganti atau bahkan dia sudah lupa dengan ku' pikiran Hifza dipenuhi dengan perkataan Firda dan memunculkan pertanyaan yang selama ini bahkan tak pernah ia pikirkan.

Hifza memilih menyudahi beberesnya lalu mengendong tasnya lalu berjalan keluar ruangannya. "Udah jangan bahas gue pulang dulu, assalamu'alaikum" pamit Hifza pada Firda.

"Oke, waalaikumsalam hati-hati" Hifza melenggang pergi keluar dari kantornya untuk pulang.

Saat sampai di parkiran ia langsung menemukan sang kakak yang terduduk di atas motor matic kesayangannya itu. Mereka melaju menerjang jalanan kota yang sedikit lenggang, menembus dinginnya malam yang tak dihiasi oleh satupun bintang dan bulan yang memilih bersembunyi dibalik awan mendung. Setelah itu rintik hujan tanpa diundang datang dengan satu tetes yang kemudian berubah menjadi ratusan bahkan ribuan.

"Mas mending neduh dulu" saran Hifza kepada sang kakak–Salman. Salman mengangguk lalu memberhentikan motornya di sebuah angkringan yang sedikit ramai.

Tangan Hifza mengusap-usap bagian yang terkena air hujan dan Salman yang melakukan hal yang sama. Keduanya tidak menyadari akan orang yang sedari tadi memperhatikan mereka. Raiyan.

Pikiran lelaki itu berputar ke masa dimana yang kehujanan dengan orang yang ia suruh untuk menunggunya.

#flashback on

Di sebuah taman kota terdapat dua orang yang tengah memandangi keindahan senja. Keduanya tak ada yang ingin membuka suara dan lebih memilih menikmati pemandangan yang disuguhkan sembari mengaduk-aduk minuman di tangan mereka.

"Indah" cicit sang lelaki yang memakai baju pesiar.

"Iya" jawab sang perempuan singkat.

"Kamu tau nggak kalau senja itu istimewa?"

Sang perempuan mengalihkan pandangannya menatap sang lelaki. "Kenapa?" tanyanya.

"Karena senja itu banyak yang menunggu walau kadang datangnya tak pasti" jelas sang lelaki.

"Itu namanya nggak istimewa" sanggah perempuan itu. Lalu sang lelaki menatap perempuan itu sehingga kini keduanya saling berpandangan, melihat hal itu dah perempuan langsung mengalihkan pandangannya ke arah senja yang kini kian menghilang.

"Itu namanya tega karena dia membiarkan orang menunggu hal yang tak pasti kapan datangnya dan dia pun membiarkan orang berharap akan dia" lanjut perempuan itu. Dan sekarang keduanya terdiam kembali setelah perkataan perempuan tadi, jika dipikir benar juga apa kata perempuan tadi pikir sang laki-laki.

Netra keduanya sedari tadi tetap setia memandang senja yang bahkan kini sudah diganti dengan awan gelap yang berkumpul menjadi satu, sedetik kemudian satu tetes air hujan turun membasahi bumi. Banyak orang tunggang langgang pergi mencari tempat berteduh tak beda dengan kedua anak adam itu, mereka juga mencari tempat yang sekiranya mereka bisa terhindar dari hujan dan disinilah mereka di sebuah minimarket yang tak jauh dari tempat mereka duduk tadi.

Saling diam, tak ada yang akan mereka lakukan selain memeluk diri sendiri sambil mengusap bagian tubuh yang basah dan memandangi hujan yang turun kian derasnya.

#flashback off

Raiyan menyudahi kenangan yang hanya akan membuatnya berharap lebih dari perempuan yang sepertinya kini sudah berkeluarga itu. Pikirannya yang sedari tadi mengulangi masa yang mungkin tak akan pernah terjadi lagi.

"Bang, ditanya sama mbak nya itu" kejut Argo. Raihan langsung kembali ke kesadarannya seutuhnya. Ia menatap Argo yang menunjuk Hifza yang berada di samping Argo.

"E-eh gimana?" tanyanya.

Hifza mengulangi pertanyaannya. "Mas nya yang waktu itu sama Syila kan?"

"Iya, saya yang waktu itu"

"Siapa dek?" tanya Salman.

"Itu lho mas yang kemarin adek bicarain yang nolong Syila"

"Oh yang ini toh. Makasih ya mas udah mau nolong Syila waktu itu, dia seneng banget bisa ketemu sama mas dia cerita sama saya, sampai bilang pengen ketemu lagi tapi pas tanya sama perawat ternyata mas nya udah pulang" jelas Salman.

"Sama-sama, saya juga senang bisa ketemu sama anak sekuat Syila" kata Raiyan sambil mengembangkan senyuman.

Setalah itu percakapan kembali berhenti, tak ada yang memulai percakapan kembali. Hujan kini kian reda dan hanya menyisakan genangan di jalanan yang kini nampak basah.

Salman dan Hifza memilih untuk pamit pulang meninggalkan Raiyan yang masih termenung meratapi kisah sedihnya.

***

Enjoy guys🧡
Makasih yang tetap stay love you very much guys🧡🧡

Magelang, 22 Juli 2021

SANDYAKALA Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu