7. Kuil

1.3K 208 43
                                    

Malam Hamuro tewas

–––

"Akkh." Hinata berhasil menghindar dari kilatan aliran listrik chidori Sasuke namun ia sedikit lengah hingga pahanya terkena sengatan panas chidory tersebut saat kakinya tengah berpijak pada dahan untuk menghindar. Sengatan yang tiba-tiba dan luar biasa menyakitkan membuat Hinata kehilangan pijakan, ia jatuh dengan sangat keras menyentuh tanah dari dahan yang cukup tinggi. Hinata tak sadarkan diri beberapa saat, cakranya yang ia kendalikan untuk berubah tanpa sengaja kembali ke warna cakra asli miliknya.

Roarrrr!!

Sebuah suara auman harimau yang begitu keras menyadarkan Hinata. Kepalanya sangat sakit dan berdenyut juga pahanya terasa sangat panas dan menyengat. Kain celananya telah sobek, Hinata bahkan dapat melihat luka pahanya yang begitu dalam dan kulitnya yang terbuka lebar mengeluarkan darah. Jika ia terkena di tempat fatal mungkin dirinya tak akan selamat.

Suara geraman harimau menyadarkan Hinata untuk segera pergi. "Naby?" Hinata bergumam dan melirik ke arah terdengarnya suara pergulatan. Dengan susah payah Hinata mencoba bangkit, menyeret kakinya untuk segera kembali ke Kuil.

Hinata tidak menyangka jika Sasuke tidak jatuh pada perangkapnya. Harusnya dia pergi ke arah sebaliknya seperti yang dilakukan para bunke Hyuuga. Tapi Sasuke justru berhasil mengetahui keberadaannya dan mengejarnya.

Langkah berat kaki Hinata terhenti, melihat di depannya adalah ujung bukit dengan aliran sungai yang mengalir deras di bawahnya. Hinata sedikit ragu untuk melalui sungai, tapi untuk sampai ke kuil, dia harus memutar dan kondisinya tak akan memungkinkan, Hinata mungkin justru akan tertangkap.

Hinata tak punya pilihan. Meski lukanya akan menghambat, setidaknya cakranya cukup untuk membuatnya bertahan dalam derasnya aliran sungai. Tanpa ragu lagi, Hinata melompat ke sungai yang cukup dalam dengan arus yang kencang, ia membiarkan tubuhnya terseret mengikuti arus untuk bisa sampai ketepian.

.
.
.

Dengan tubuh menggigil dan basah kuyup, Hinata berhasil sampai ke kuil. Dengan tergesa, Hinata membuka topeng, melemparkan senapan yang sedari tadi berada di gendongannya dan melepaskan seluruh pakaian hitamnya yang basah.

"Ugh." Hinata harus menahan teriakannya ketika akhirnya mampu melihat dengan jelas luka di pahanya. Dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya, Hinata mencoba perlahan duduk. Ia ubah sisa-sisa cakranya ke chakra medis untuk setidaknya menghentikan pendarahan di pahanya. Chakranya menipis dan ia kehilangan banyak darah, jika Hinata kehilangan dua hal penting dalam tubuhnya lebih dari ini, ia mungkin akan mati.

Seekor kucing berwarna hitam memasuki ruangan kuil melalui sela-sela pintu. Ia mengeong dan berlari ke arah Hinata yang tengah mengobati lukanya.

"Naby..." senyum Hinata merekah. "...Terima kasih."

Naby, si kucing hitam hanya kembali mengeong dan menjilati tangan Hinata sebagai jawaban.

Naby adalah kucing kuchiyose yang tak sengaja Hinata selamatkan satu tahun lalu di hutan dekat kuil. Naby yang tengah menyamar menjadi harimau terkena panah warga desa yang sedang berburu, ia berhasil kabur tapi lukanya parah dan kemudian bertemu Hinata yang tengah berada di hutan belakang kuil Hyuuga seorang diri.

Dari situ Naby yang tadinya hewan bebas tanpa tuan, mulai terikat dengan Hinata dan membuat perjanjian. Berbeda dengan hewan kuchiyose lain yang bisa berbicara, Naby tak bisa melakukannya, ia juga tak bertarung, keahliannya hanya pada pengendalian cakra dan dalam jutsu penyamaran. Naby bisa berubah wujud menjadi apa saja bahkan ia juga akan meniru cakranya. Dari Naby-lah Hinata belajar mengubah warna cakra dan mengendalikannya.

My MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang