Deg!

Galen terpaku mendengar ucapan ayahnya. Sontak saja ia teringat dengan janjinya dengan Keyra. Gadis yang selama ini mengisi hatinya.

Setelah lulus sekolah, Galen dan Key berjanji untuk menempuh pendidikan di universitas dan jurusan yang sama. Tidak hanya itu saja, ia dan Keyra juga sudah merencanakan sebuah usaha untuk kedepannya.

"Ayah, apa tidak bisa jika aku melanjutkan kuliah di sini?" tawar Galen.

Sang ayah menghela napasnya berat. "Ini salah satu keinginan kakekmu, kamu tahu bukan bagaimana kakek? Ia tidak bisa di bantah sama sekali."

"Galen pikir-pikir dulu. Ayah, Galen permisi mau ke kamar dulu," ucap Galen kemudian melangkah menuju kamarnya dengan perasaan bimbang.

***

Lamunan Galen buyar saat seseorang menepuk bahunya. "Galen, kenapa kamu sendirian? Melamun di ayunan, serem tahu."

"Key, kenapa lo belum tidur?"

"Key habis ambil charger ponsel di abang kembar."

"Key, sini duduk. Gue pengen ngomong sesuatu."

Key duduk di hadapan Galen, ia memandang manik mata laki-laki yang selama ini berhasil mewarnai hari-harinya.

"Ada apa?"

"Hm. Key, kalau suatu saat gue harus pergi demi sebuah cita-cita apa lo akan merelakan gue pergi?" tanya Galen pelan.

"Maksudnya apa? Bukannya kita akan kuliah di universitas yang sama? Itu artinya kita akan meraih cita-cita kita bareng-bareng," ucap Key.

"Gue nggak bisa kuliah di sini, Key."

Key terdiam. Berusaha mencerna ucapan Galen. Ia mengedipkan matanya beberapa kali. "Maksudnya?"

Galen menceritakan semua yang menganggu pikirannya. Sedangkan, Key. Gadis itu diam mendengarkan semuanya.

"Itu artinya Galen mau ninggalin Key?"

"Nggak, Key. Gue cuma pergi sebentar."

Key menundukkan kepalanya. "Lalu bagaimana dengan mimpi kita?"

Galen menangkup wajah Key. Kesedihan terpancar jelas di mata gadis cantik itu. "Key, gue cuma pergi buat mengejar impian kita. Gue janji, setelah sukses gue bakal kembali dan langsung melamar lo."

Key menatap mata Galen. Mencari kebohongan. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada kebohongan di manik mata itu. "Bagaimana kalau Galen lupa sama Key?"

"Bagaimana gue bisa ngelupain gadis secantik ini. Ngelupain bidadari yang berhasil mengobrak-abrik isi hati gue? Bagaimana bisa, hm?" tanya Galen sembari membelai pipi gadis itu.

"Ta—"

Belum sempat Key mengeluarkan kalimatnya. Tiba-tiba saja Galen mencium bibirnya membuat Key terdiam.

Galen meraih tengkuk Key, ia semakin memperdalam ciumannya dan memberi lumatan kecil pada bibir gadis itu. Setelah beberapa detik, Galen melepaskan tautan bibir mereka.

"Gue janji Key, ketika gue sukses gue bakal kembali dan langsung melamar lo. Di tempat ini, tolong percaya sama gue," ucap Galen dengan sungguh-sungguh.

Key tidak menjawab. Ia langsung memeluk erat tubuh Galen. Ia tidak mempedulikan jika ada temannya yang melihat, atau lebih parahnya abang kembarnya melihat. Untuk saat ini Key benar-benar merasa takut kehilangan sosok laki-laki yang saat ini tengah memeluknya dengan sangat erat.

Key menumpahkan tangisnya di dalam pelukan Galen. Sedangkan, Galen dengan sabar membelai rambut panjang Key. Membiarkan Key menangis di pelukannya. Tanpa Galen sadari, kini air matanya juga ikut menetes. Ia sendiri tidak siap jika harus berjauhan dengan Key.

"Tolong jangan menangis lagi, Key. Air mata lo benar-benar ngebuat gue merasa bersalah sama lo," batin Galen.

Setelah beberapa saat, tangisan Key mulai berhenti. Namun, Key masih berada di pelukan Galen. Seakan-akan, ia benar-benar takut kehilangan laki-laki itu.

"Percaya sama gue, hm?"

Dengan berat hati Key mengangguk. "Janji bakal kembali lagi, di tempat ini?"

"Janji!"

Galen menghapus sisa air mata di pipi Key. "Sekarang lo kembali ke kamar lo, angin malam nggak baik buat kesehatan lo," ucap Galen. "Maaf, gue nggak sengaja mencium lo tadi," ucap Galen.

Pipi Key bersemu merah saat Galen kembali mengingatkannya pada kejadian tak terduga yang terjadi beberapa menit yang lalu.

"Iya," jawab Key pelan. Kemudian berlari kembali ke kamarnya. Pipinya terasa panas karena menahan malu.

"Manis," ucap Galen tanpa sadar saat mengingat kejadian tadi. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. "Kalau kakak bro tahu, habis gue di hajar mereka," gumam Galen.

POSSESSIVE BROTHERKde žijí příběhy. Začni objevovat