Bab 21

5.2K 383 3
                                    

Cella POV

Selama perjalanan, sebuah pistol terus ditodongkan ke leher gue. Rasanya bergerak pun, nyawa dijadikan taruhannya! Gue kira hal seperti ini hanya ada di film-film, ternyata situasi ini bisa juga jadi kenyataan.

Sebenarnya siapa dua orang ini?

Seorang lelaki besar yang tadi membawa gue keluar dari rumah sakit duduk di sebelah gue. Ga perlu gue deskripsikan wajahnya, karena gue yakin lelaki ini seperti kebanyakan para bodyguard Papa. Dengan baju serba hitam dan wajah sangar. Lalu ada seorang lelaki yang ga kalah besar menjadi supir.

Gue yakin mereka bukan dalang dari penculikan ini, tapi hanya pesuruh. Lalu siapa yang ingin menculik gue?!

Seumur hidup, gue belum pernah diculik sekalipun Papa cukup membuat banyak musuh di dunia bisnis. Bukan karena Papa bermain kotor, tapi terlebih pasti karena banyak yang iri dengan kecakapan Papa yang membuat perusahaan maju dengan pesat. Jadi jangan heran kalau ada yang dendam atau apa dan ingin mengancam Papa.

Tapi kenapa malah sekarang?!

Seharusnya kejadian seperti ini dari dulu saja dilakukan. Sekarang masalah lagi pelik, dan seharusnya sekarang gue menjaga Kak Marsha!

Huff... Tapi apa daya? Semua di luar kendali gue. Cello dan Wilson pasti panik. Atau malah mereka ga sadar kalau gue udah ga ada lagi di rumah sakit? Mereka kan sedang sibuk mengurus masalah percobaan pembunuhan Kak Marsha untuk yang kesekian kali.

Mobil yang gue naiki akhirnya berhenti di sebuah..... Gudang?

"Ayo cepat turun!"

Gue menurut. Sambil terus ditodongkan pistol di pinggang, gue digiring masuk ke dalam gudang. Gelap dan bau! Seperti gudang yang ga pernah dipakai dalam waktu lama, dan ... Ugh! Sepertinya ada bangkai binatang di dalam sini.

"Duduk!"

"Ga mau!" Teriak gue membalas perkataan lelaki besar itu.

"DUDUK!" Katanya lebih keras dan langsung menendang lipatan kaki gue. Sial, gue jadi duduk di kursi kayu reyot itu!

Setelahnya, tangan gue diikat erat di kursi. Tapi hebat juga dua lelaki besar ini. Cahaya cuma minim tapi bisa dengan baik mengikat gue dengan kencang!

Ga berapa lama, dari agak jauh gue mendengar suara ketokan sepatu. Seseorang datang mendekat sampai akhirnya berhenti dua meter di depan gue. Terjadi bisik-bisik antara di lelaki besar dengan seseorang itu. Lama sekali sampai akhirnya sebuah lampu dinyalakan dan saat mata gue sudah beradaptasi, akhirnya gue hanya bisa terkaget-kaget melihat siapa yang di hadapan gue.

VANIA?!

Don't say.....

"Udah puas lu main-main sama Cello, hm?" Katanya ketus.

"Maksud lu?"

"Seorang penganggu kayak lu tuh harusnya dilenyapin! Gue ga mau Cello digerogotin sama cewek kayak lu! Cello itu milik gue! MILIK GUE!"

Ternyata memang benar. Dalang dari semua aksi penculikan ini ternyata Vania. Great! Berarti ini bukan musuh Papa, tapi ini lebih ironis daripada itu. Gue diculik dengan alasan seorang mantan pacar yang masih mau balikan sama pacarnya, tapi ga bisa dan gue yang hanya pura-pura pacaran jadi korbannya!

Yah, tapi ini juga salah gue. Vania tahu kenyataan ini kan karena gue yang mengarang bebas. Baru saja tadi siang, dan sekarang gue sudah mendapatkan balasannya karena berbohong. Ck!

"Jadi....?"

"Gue yakin ancaman apapun ga guna, jadi... Gue yang bakal nyingkirin lu dengan segera. Toh, dengan begitu ga akan ada lagi penganggu antara gue dan Cello."

Marcella & MarcelloΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα