Bab 17

5.4K 400 10
                                    

Cella POV

Cello tiba-tiba menarik kerah baju gue dan...

Oh my!

Serasa ada jutaan volt listrik yang tiba-tiba mengalir. Gue pun terbawa suasana dan memejamkan mata. Merasakan lembutnya bibir yang bertemu bibir. Entah siapa yang memulai, tapi ciuman kami semakin dalam. Penuh dengan gejolak emosi dan hasrat yang semakin menuntut.

Sungguh, Vania begitu tolol berselingkuh di belakang Cello!

Lelaki ini sempurna! Dia tampan, pintar, penuh perhitungan, tenang, dan... He's a good damn kisser!

Entah berapa puluh pasang mata yang melihat adegan romantis sekaligus penuh kebohongan ini. Tapi sejujurnya, gue ga bisa berbohong kalau gue sangat menikmati ciuman ini.

Cello...

Dengan memerankan kehidupannya, rasanya gue mengenalnya seperti seumur hidup! Caranya bekerja, menjalani kehidupannya, mengejar dan mempertahankan cintanya... Rasanya ada sesuatu di dalam diri gue yang ingin terus mengenalnya!

Saat nafas kami sama-sama habis, akhirnya pangutan kami pun terlepas. Mengambil nafas sebanyak yang kami butuhkan sambil saling menatap penuh damba. Ingin sekali kami merasakannya lagi, tapi .... Untuk alasan apa?

Vania sudah pergi. Kami berhasil, dan ...

"Cel..." Panggilku.

Tunggu. Kemana suara berat yang menemani gue selama beberapa bulan ini? Ke-kenapa...

Cello yang menyadari keadaan kami, hanya bisa diam ga percaya. Kami saling bertanya melalui mata tapi... Nihil. Kami sendiri bingung!

"Sebaiknya kita pergi." Cello memutuskan.

Gue dan Cello berjalan dengan sedikit menunduk karena sudah membuat keributan. Malu! Tapi segera setelah keluar dari cafe, Cello menarik tangan gue ke arah menuju taman rumah sakit.

Kami butuh tempat untuk bicara berdua!

"A-apa yang terjadi?" Tanya gue membuka suara pertama kali.

"Menurut lu?" Cello pun masih mengamati penampilan kami berdua. Meneliti dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Cel... Gue... Kembali?" Lirihku ga tahan.

"As you see.. Gue juga."

"Tapi... Kenapa bisa?"

"Gue juga ga tau. Kok bisa sekarang kita..."

"Kembali ke badan masing-masing. Astaga... Kenapa?"

Sungguh. Ini membuat gue sama paniknya seperti pertama kali saat gue menyadari kalau gue tertukar jiwanya! Bagaimana bisa dan bagaimana mungkin?!

Memang sih kami belum menggunakan cara apapun untuk bisa kembali normal. Tapi kenapa tiba-tiba kami balik? Kami melakukan apa sampai bisa kembali ke... Badan sendiri?

"Apa.. Karena ciuman tadi?" Tebak Cello.

"What? Ga mungkin! Lu tau sendiri, kita pernah ciuman di kantor lu!"

Gue ingat benar kejadian itu. Pertemuan pertama kami, dan Cello dengan menyebalkannya menutup mata gue paksa dan mencium gue!

"Mmm... Sebenernya engga."

Gue menajamkan pendengaran gue. Cello bilang apa? Bagaimana mungkin?!

"Apa?!"

"Gue ga nyium lu."

"Tapi..."

"Gue ga nyium lu. Serius! Mau bukti?"

Cello menutup mata gue dengan sebelah tangannya dan... Sesuatu yang lembut menempel di bibir gue. Cello cium gue?!

Marcella & MarcelloOnde as histórias ganham vida. Descobre agora