Bab 13

6.1K 387 6
                                    

Kepala Cello terasa blank!

Setelah membaca semua isi berkas laporan mengenai keberadaan Cella dan Marsha, dia merasa konyol. Yang benar saja ibunya masih hidup dan nyaris membunuh Marsha, kakaknya sendiri??!

"Jadi, dia yang dimaksud Ryan dan Lita?"

Cello langsung menoleh ke arah pintu. Ya, ayahnya Cella, Tommy sudah berdiri di sana bersidekap. Sudah dia duga, pasti semua berkas-berkas ini asalnya dari Tommy. Memangnya siapa lagi yang akan repot-repot melakukan semua ini?

"Ya..." Jawab Cello pelan.

Dia masih terlalu syok dengan semua yang baru saja dia ketahui. Sungguh, dia tidak menyangka kalau Cella sedang sibuk-sibuknya mengurus masalah seperti ini! Dan lagi, dia pun sedikit kesal karena Cella sama sekali tidak menghubunginya dan memberitahunya!

Bukankah Marsha itu kakaknya?!

Tapi rasanya dia seperti bercermin. Dulu, setiap ada hal apapun yang terjadi pada Marsha, dia pun menutupnya rapat. Seakan hanya dirinya saja yang boleh tahu, sedangkan orang lain hanya melihat semua keadaan pada dirinya baik-baik saja. Bukannya dia takut dengan kenyataan kakaknya yang berubah gila. Hanya saja dia tidak mau dikasihani!

Dia lelaki, dan dia pasti sanggup! Itu motto hidupnya.

Dan kekeraskepalaannya itu sama persis seperti yang Cella lakukan sekarang. Edward bahkan tidak tahu keberadaan Cella yang sekarang menjadi bossnya itu.

Huff...

"Jauhi lelaki itu kalau kamu ga mau mendapat masalah! Terserah kamu mau menurutinya atau tidak. Bukankah semua anak perempuan itu selalu membantah nasehat orang tuanya jika berhubungan dengan lelaki yang dia cintai?"

Cello mendengus. Sayangnya, Tommy tidak tahu dia itu anak lelaki yang terjebak di tubuh Cella.

Lagipula, mana mungkin dia menjauhi Cella? Cella yang sekarang adalah dirinya, dan masalah Cella adalah masalah dia juga!

Sebenarnya ingin sekali Cello lompat dari ranjang sekarang juga dan bergegas ke rumah sakit menemui Cella. Mencecar Cella dengan jutaan pertanyaan dan marah karena Cella menutupi semua ini. Tapi sayang, dia tidak bisa melakukan itu. Dia tidak mau Tommy mencurigai tingkah 'anak perempuannya'!

Lagipula, kalau sampai Tommy curiga, Cello harus memberikan alasan apa? Yang ada, dia bisa dimasukkan ke rumah sakit jiwa karena tidak akan ada orang yang percaya kalau dia adalah Cello yang terperangkap di raga Cella!

"Lalu, apa imbalan dari semua berkas ini, Pa? Masih mau aku membawa Cello menemui Papa?" Tanya Cello.

"Hm.. Tidak."

"Lalu?"

"Temui anak rekan bisnis Papa saja. Bagaimana? Nanti siang kita makan di luar."

"Cowok?"

"Ya."

"Perjodohan?"

"Bisa dibilang begitu. Dan kamu mau langsung memberontak?"

Cello menghela nafas. Tentu saja dia ingin menolak! Dia sudah muak kalau harus berhubungan dengan lelaki yang melihatnya sebagai perempuan yang butuh dibelai! Dia masih normal dan dia jijik jika diperlakukan semesra itu!

"Apa dia lebih tampan, jago main basket, CEO, dan melebihi Papa?"

"Memangnya kenapa?"

"Bukannya Marcello saja ga diterima karena dia ga bisa melebihi Papa?"

Dan Cello itu adalah dirinya! Sungguh, dia masih tidak terima karena dirinya diremehkan seperti itu oleh ayahnya Cella. Egonya berteriak kesal. Tapi apa daya...

"Well, setidaknya lelaki yang ini tidak mempunyai kehidupan serumit CEO MC Group itu. Orang tuanya masih lengkap, dia anak tunggal, dia jago beladiri. Good looking."

Ya ya ya, Cello tahu hidupnya memang rumit, tapi mendengar langsung seseorang mengatakan di depannya membuat dia tersentak kaget. Sebegitu rumitnya kah hidupnya selama ini?

"Papa atur aja pertemuannya sama Lita. Dia yang ngatur jadwal aku."

***

Sialan!

Cello terus merutuk dalam hati. Yang benar saja, dia hanya menemui lelaki yang entah siapa itu hanya berdua!

Grogi?

Tidak! Cello tidak grogi, hanya saja dia sangat teramat kesal! Dia merasa dirinya seperti gay, menunggu lelaki yang dijodohkan dengan dirinya. Ugh!

Tepat jam dua belas teng, seorang lelaki mendekati mejanya. Cello langsung menilai dari ujung kepala sampai ujung rambut penampilan lelaki ini. Hm... Good looking?

"Selamat siang, saya Wilson. Anda pasti Marcella kan?"

Sopan sekali?

"Ya. Silahkan duduk." Kata Cello masih terus menilai lelaki yang dijodohkan dengan dirinya ini.

Inikah pilihan Tommy untuk anak perempuan yang disayanginya?

"Saya tahu, Anda pasti tidak menyukai saya karena acara pertemuan ini. Tidak masalah, Anda tidak perlu melotot seperti itu, Nona." Wilson terkekeh geli.

Oh, sadar juga ternyata. Cello pun langsung tersenyum miring, tahu kalau lawannya mengerti situasi pasti sangat menyenangkan.

"Setelah makan, mari kita pergi menengok kekasih Anda."

"Kekasih?"

Wow wow... Jangan bilang kalau Wilson itu sebelas-dua belas dengan Tommy, ayahnya Cella. Tapi jelas tidak mungkin kan seseorang yang penampilannya terlihat mahal ini tidak menyelidikinya terlebih dahulu sebelum bertemu?

"CEO MC Group itu kekasih Anda bukan?"

Cello langsung melotot kaget. Nah benar kan dugaannya! Tapi dari mana dia tahu? Salah! Maksudnya dari mana Wilson mengambil kesimpulan kalau Cella adalah pacarnya?!

"Om Tommy sendiri yang memberitahukannya, dan saya tidak keberatan. Lagipula, saya kenal dengan Cello. Perusahaan kami sempat menjalin kerja sama beberapa kali."

Benarkah? Kenapa Cello tidak ingat sama sekali?

"Setelah makan, kita pergi menemuinya. Saya tahu dimana keberadaannya."

Sebenarnya ini sangat mencurigakan. Tapi ini seperti ditawarkan makanan lezat yang entah didalamnya ada racun atau tidak. Jujur Cello tergiur. Dia ingin bertemu dengan Cella dan menuntut penjelasan atas semua kejadian yang dia lewatkan!

Hm...

Tapi Tommy kenal Wilson kan? Dan ayah Cella tidak mungkin menyodorkan anaknya sendiri ke kandang singa. Pasti akan baik-baik saja. Semoga!

"Kalau begitu, buang jauh-jauh bahasa formal itu. Pake gue-lu ga masalah kan?" Tawar Cello dengan keputusan finalnya.

"Boleh aja."

Setelah itu mereka menikmati makan siang sambil diselingi obrolan ringan. Cuaca, perusahaan, pekerjaan, yahh... Obrolan sederhana. Cello pun tidak berniat bertanya apapun yang berhubungan dengan lelaki di hadapannya. Toh, dia juga tidak mungkin menerima perjodohan ini kan?

Wilson memang orang yang baik. Tapi bukan berarti dia akan berubah homo untuk menyenangkan hati Tommy!

Selesai makan, Wilson langsung mengiring Cella masuk ke dalam mobil mewahnya. Tapi tentu saja, Cello sudah punya mobil yang sama persis ini. Jadi dia masih merasa menang. Sayangnya, Tommy tidak tahu itu. Ck!

Aneh... Kenapa Wilson bukan menyetir ke arah MC Group atau rumah sakit? Kenapa Wilson memasuki tol ke arah bandara? Kenapa.... Cello tak mengerti.

"Wil, kenapa lu bawa gue ke bandara?!" Tanya Cello curiga.

Tidak mungkin kan Wilson akan membawanya pergi? Atau... Menculiknya?? Tapi pikiran itu langsung lenyap dengan satu kalimat yang terlontar setelahnya.

"Cello ada di Singapore."

What?!

Marcella & MarcelloWhere stories live. Discover now