Rafael dan Bagas juga satu kampus dengan Jeva dan juga Reinald.

Ada pula teman lainnya yang lain yaitu Alan, Yuda, dan Putra. Mereka bertiga yang tinggal di tempat yang mereka tempati saat ini. Katanya lumayan hemat budget buat ngekos. Alan dan Yuda pula lah yang paling muda, masih duduk di bangku kelas 3 SMA.

Mereka berdua berteman dengan kakak kelasnya yang tak sengaja membantu mereka saat ujian semester berlangsung. Membantu nyontek, perbuatan yang amat mulia bukan. Kemudian dari hal itu mereka berteman dengan baik dan memutuskan untuk tinggal di sini.

Putra sendiri satu kampus dengan Jeva pula, dan sebuah kebetulan Putra memilih jurusan yang sama dengan Lila.

Satu lagi teman mereka yang duduk di sofa tengah memperhatikan perdebatan kecil Reinald dengan Jojo sembari menambah kompor di dalamnya. Aga, teman satu bangkunya pada saat SMA. Aga sendiri satu kampus dengan Jojo, katanya Jojo kasihan jika harus sendirian di kampusnya. Padahal Jojo memang berniat untuk sendiri saja, malas bertemu dengan Reinald.

Aga juga orang yang bersama dengan Jeva saat pertemuan pertamanya dengan Lila.

Mereka saat ini sedang berada di tempat tongkrongan mereka. Salah satu tempat gedung tua tingkat dua yang ditinggalkan, yang mereka jadikan tempat berkumpul. Katanya harus dimanfaatkan, biar gak dijadikan tempat setan.

Fyi, mereka bukan sering bersama bukan untuk membuat geng. Tapi mereka memang sering menghabiskan waktu untuk membahas hal-hal tak penting seperti konspirasi hingga menggibah orang. Tapi tak semuanya, mungkin hanya jika ada masalah yang memang parah maka mereka dengan sukarela akan membantu satu sama lain.

Tempat ini sangat ramai ketika mereka berkumpul. Saling bercanda dan beberapa dari mereka kadang membawa pacarnya masing-masing.

Di luar tempat ini terlihat horor, namun saat masuk ke dalamnya. Tempat ini menjadi tempat yang sangat nyaman untuk ditinggali. Tentunya pula, mereka membeli wi-fi agar semakin betah jika berada di dalam. Like home sweet home.

"Gue bertaruh buat Reinald." Ucap Putra yang menatap Reinald dan Jojo yang masih berdebat hal yang tak ada habisnya.

"Gue Jojo deh." Balas Alan tak yakin dengan ucapannya karena Reinald sering memenangkan perdebatan mereka berdua. Tapi ia cukup dekat dengan Jojo, sehingga tetap setia memilih Jojo.

Sedangkan orang yang sedang dibicarakan masih berdebat. Keduanya memang sama-sama keras kepala dan Jojo sering pula kalah karena lelah berdebat yang tak ada ujungnya dengan Reinald.

"Bodo ah, capek gue!" Ungkap Reinald yang disambut sorakan oleh Alan.

Hal itu membuat Reinald memicingkan matanya, menatap kepada ke dua temannya yang sepertinya kembali membuat taruhan atas perdebatannya dengan Jojo.

Putra mendesah kecewa atas Reinald menyerah tanpa syarat. Lalu ia membuka dompetnya dan menyerahkan uang lima puluh ribunya dengan tak tega. Maklum lah namanya juga anak rantauan. Pastilah uang sebesar itu sangat berharga.

Jeva mengalihkan pandangannya saat Yuda berseru dari lantai atas, "Jev dia balik lagi."

Melihat tatapan Jeva dengan sorot yang penasaran ia kembali melanjutkan ucapannya yang tertunda, "dengan alasan dia saat itu masih di bawah umur maka diputuskan buat dibebaskan aja!"

"Gue gak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi apapun itu semoga bisa diatasi." Terang Jeva.

"SHIT." Teriak Aga yang membuat teman-temannya seketika yang sebelumnya serius menjadi jengah dengan kebiasaan Aga.

"APA GUE TERLALU CAKEP SAMPE INI ORANG NGEJER GUE MULU." Ucapnya dramatis yang dihadiahi tatapan para temannya yang bosan dengan tingkahnya.

"Bagus kali Ga, kalo disukain banyak orang. Kayak gue nih jadi fakboi. Gila cakep bener gue. Emak gue ngidam apa dah?" Balas Jojo sambil berkaca kepada kamera ponselnya.

"Ya masalahnya kalo cewek gue mah mau. Lah ini cowok anjir! Gila aja gue masih normal." Ucapnya dengan frustasi dan kemudian suara tawa terdengar dari teman-temannya.

"HAHAHHAHA, keknya lo pernah bikin suatu kesalahan di masa lalu sampe lo dapet hidayah kek gitu." Reinald tertawa kencang sembari mengucapkannya.

"Ambil hikmahnya aja Ga, siapa tau jadian beneran."

Aga hanya mendengus kesal dengan bercandaan teman-temannya. Hey, Aga masih normal kali. Ya kali dia mau sama yang masih tergolong sejenis.

"Setan ini siapa yang telfon bangsat." Umpat Rafael yang masih sibuk bermain game.

Tentunya umpatannya mengalihkan pembicaraan sebelumnya yang asik mengejek Aga.

"Iya halo sayang." Setelah ucapan itu terucap dari bibirnya dengan nada yang lembut setelah mengumpat dengan orang yang menelfonnya, membuat teman-temannya mencibir pelan.

'bucinnnnnnn.'

Rafael si bucin dengan segala hal yang ada di dalamnya. Bucin tetapi masih bermain game hingga pacarnya marah-marah setiap waktu karena diabaikan oleh Rafael.

Mungkin kalau disuruh memilih antara game dengan pacar. Rafael memilih bunuh diri saja, gak juga sih. Itu hanya pepatah, yakali Rafael mau mati dengan cara bunuh diri. Ntar dulu deh, Rafael masih banyak dosa.

"Engga, gak main game kok! Tadi cuma abis makan sama anak-anak." Sambil berdiri Rafael meyakinkan sang pacar agar tak ketahuan habis bermain game. Ya gimana ya, dia kalo bersama dengan pacarnya gabisa main game. Jadi ketika ia sedang kumpul di tongkrongan lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain game.

"Iya abis ini pulang dah, nanti aku kabarin. Ini mau pulang. Bye sayang!" Akhirinya dengan menghela nafas lega. Oke waktunya meneruskan bermain game yang tadi kalah sehabis ditelfon pacar tercintanya.

Tbc.

Part ini kenalan sama temen-temennya Jeva yah, jadi ga ketemu sama Lila dulu. Lilanya lagi bobo cantik.

Rafael to pacarnya:

NANTI KAPAN-KAPAN KENALAN SAMA BUCINANNYA RAFAEL YAH

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NANTI KAPAN-KAPAN KENALAN SAMA BUCINANNYA RAFAEL YAH.

See u next chapter.💫💫

JevalWhere stories live. Discover now