0.0

45.9K 935 15
                                    

Universitas Oseanaka adalah salah satu Universitas swasta yang cukup terkenal di kota sebelah. Meskipun Universitas ini adalah Universitas swasta, akan tetapi banyak peminat yang ingin berada di sana. Universitas ini memiliki fasilitas yang memadai, ditambah pula banyak mahasiswa berprestasi yang setiap bulannya memenangkan penghargaan.

Banyak orang berlomba-lomba untuk bisa bersekolah di sana. Salah satunya adalah Lila Karennina. Perjalanan dari rumahnya menuju ke Universitas itu dapat memakan waktu sekitar 3 jam an. Tentunya ia akan sangat bahagia jika bisa berada di sana.

Mama Lila dengan senang hati memberikan izinnya kepada anak perempuan satu-satunya untuk mengejar impiannya. Lila sendiri adalah anak tunggal, yang seringkali membuat ia dimanja oleh kedua orang tuanya. Apalagi identitasnya sebagai perempuan membuat ia dijaga dengan sebaik-baiknya.

Izin Mama sudah ia dapatkan, akan tetapi apakah mudah mendapatkan izin dari Papanya? Oh tidak semudah itu. Bahkan sampai saat ini ia masih meminta izin terus-menerus kepada Papanya. Karena ia adalah anak perempuan satu-satunya ia sangat dekat dengan Papanya. Papa Lila sangat overprotektif kepadanya sedari dulu ia tak diperbolehkan untuk bersekolah jauh dari rumah.

"Ayolah Pa, jurusan yang aku mau di sana mendapat predikat yang cukup bagus." Ucap Lila mengikuti Papanya menuju ruang kerja sang Papa sembari memegang pergelangan tangan Papa.

Papa Lila berkali-kali menggeleng tanda tak setuju akan keputusan Lila untuk melanjutkan ke perguruan tinggi yang ada di sana. Tentunya jauh dari anak perempuan satu-satunya adalah hal yang tak ia inginkan. Anak perempuannya terlalu polos untuk menghadapi kerasnya dunia luar. Meskipun usia Lila sudah mencapai 18 Tahun, akan tetapi baginya anak perempuannya ini masihlah seperti anak kecil.

"Aku udah gede Pa, aku bisa jaga diriku baik-baik. Cuma di sana harapanku!" Lila kembali membujuk Papanya yang sangat keras kepala itu.

"Ngapain sih jauh-jauh ke sana, di Universitas Suaka juga ada jurusanmu itu." Jawab Papa Lila pelan sembari duduk di sofa yang ada di Ruang Kerjanya. Universitas Suaka sendiri adalah Universitas yang berada di Kotanya. Letaknya tak jauh dari rumahnya. Meskipun tak seterkenal Universitas Oseanaka, akan tetapi Universitas Suaka sendiri juga cukup memiliki reputasi yang baik di Kota ini.

"Beda Papaaaaa, jurusanku di sana tu lebih menjanjikan daripada yang ada di sini. Ayolah ini impianku sedari dulu." Dengan sedikit menaruh wajah melasnya saat berbicara dengan Papanya, siapa tau Papanya akan luluh kepadanya.

"Oke, tap--,"

"YESSS, AKHIRNYAAA." Sahut Lila sambil meloncat kegirangan karena jawaban singkat dari Papanya.

"Dengarkan Papa dulu, kamu boleh masuk Universitas Oseanaka dengan syarat kamu harus tinggal di rumah teman Papa, Papa gak mau jika kamu mau ngekost. Setidaknya jika kamu tinggal di rumah teman Papa itu akan sedikit melegakan hati Papa dan Mama di sini." Menghela nafas sejenak, sambil memperhatikan putrinya yang semakin beranjak dewasa saat ini.

"YaYayAyaYAyaa, yang penting aku bisa kuliah di sana. Papa jangan khawatir aku pasti bisa jaga diri kok." Ucapnya disertai senyumannya untuk kembali meyakinkan Papanya bahwa ia akan baik-baik saja.

Pada akhirnya ia akan memasuki dunia baru yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, lepas dari genggaman erat kedua orang tuanya sedikit membuatnya lega. Dikekang selama 18 tahun ia hidup di dunia, sering kali membuatnya sedikit ingin merasakan kebebasan seperti yang ia lihat pada temannya. Akan tetapi siapa yang tau? Apa yang akan ia hadapi kedepannya? Akankah semua akan baik-baik saja seperti yang ia katakan kepada Papanya? Semoga akan selalu baik-baik saja dan selalu.

≺≺≺

Tak terasa hari berlalu semakin cepat, besok pagi ia akan berangkat menuju ke rumah Tante Rosa alias teman Papa sewaktu masih sekolah di SMA.

Tante Rosa sendiri kata Papa adalah teman Papa yang baik, Tante Rosa juga berteman dekat dengan Mama sewaktu di Kuliah. Katanya dunia itu sempit hingga mempertemukan mereka bertiga. Namun sangat disayangkan Tante Rosa sudah ditinggalkan oleh Suaminya beberapa tahun silam dengan kecelakaan yang cukup tragis hingga meninggalkan Tante Rosa hanya berdua bersama anak semata wayang mereka. Tante Rosa ditinggalkan sebuah perusahaan yang cukup untuk menghidupi mereka berdua, bahkan lebih dari cukup. Akan tetapi untuk menjalani hidup yang terus-menerus berjalan, Tante Rosa meneruskan usaha suaminya.

Papa juga bilang kepadanya bahwa anaknya Tante Rosa seumuran dengannya akan tetapi anak Tante Rosa itu laki-laki yang membuat ia hanya mengabaikan saja. Tentu saja Tante Rosa akan senang hati menerimanya di sana, kata Tante Rosa tinggal bersama anak laki-lakinya sangat melelahkan, setidaknya sekarang dengan kehadirannya akan menambah sedikit warna hidupnya.

Lila mengemas barang-barang penting yang akan ia bawa ke rumah Tante Rosa. Seperti pakaian, buku-buku, dan tak lupa boneka yang selalu menemani tidurnya. Pokopo nama bonekanya, aneh bukan? Ya memang aneh tapi Lila suka yasudah. Pokopo sudah menemaninya sedari dulu, tanpa Pokopo ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Pokopo sendiri adalah boneka dengan bentuk unicorn berwarna pink. Ia sangat lucu membuatnya selalu ingin memeluknya setiap saat.

 Ia sangat lucu membuatnya selalu ingin memeluknya setiap saat

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Pokopo

Lila kembali mengemas barangnya setelah menatap Pokopo sejenak. Kemudian pandangannya terjatuh kepada sebuah buku yang tergeletak sendirian di atas meja setelah mejanya telah kosong akan buku-buku miliknya.

Tangannya tergerak untuk memegang buku tersebut dan membuka halaman pertama. Di sana sebuah foto polaroid terselip. Sebuah foto yang berisikan dua orang. Ya, jelas itu ada dirinya dan yang satunya adalah sosok laki-laki yang sangat membekas di hatinya sampai saat ini.

Ia terdiam sejenak menatap foto tersebut. Ternyata sudah satu tahun setengah ia memutuskan hubungannya, dan hebatnya sampai saat ini ia masih bisa melupakan dia.

Dia terlalu susah untuk dilupakan, meskipun dia memberikan luka kepada Lila, akan tetapi Lila masih memberikan hatinya secara utuh kepadanya. Entah Lila yang terlalu bodoh atau dia yang terlalu pandai menaruh rasa.

Bahkan kenangan yang ia ciptakan masih terekam jelas dalam memori Lila. Bagaimana ia menatap Lila, bagaimana ia tersenyum kepada Lila, dan bagaimana ia berbicara kepada Lila. Semua hal yang ia lakukan sukses membuat Lila jatuh cinta sedalam-dalamnya.

Memang benar apa kata orang-orang, jika cinta pertama itu susah untuk dilupakan. Tak peduli rasa sakit yang ia berikan, nyatanya rasa itu masih tetap ada di relung hati terdalam. Sungguh Lila merindukannya, akan tetapi bagaimana ia bisa menghubunginya jika nomernya saja di blokir olehnya. Iya, dia memang sejahat itu pada Lila. Lila ingin membencinya tapi sayang, tak bisa Lila melakukannya.

Sudahlah bernostalgianya, nanti Lila tidur kemalaman lagi kalau memandangi fotonya terus-menerus. Lila percaya jika dia memang ditakdirkan untuk Lila, pasti dia akan dipertemukan kembali bukan? Oh tentu saja. Lila sangat percaya diri, jika ia akan kembali dipertemukan dengannya. Karena sudah pasti dia adalah jodoh Lila.

Tbc.

JevalDonde viven las historias. Descúbrelo ahora