0.2

28.4K 816 9
                                    

Lila memandangi wajahnya untuk kesekian kalinya. Setelah satu tahun setengah berlalu, akhirnya Lila bisa menatap kembali wajahnya itu. Sedangkan ia hanya terdiam menatap wajah Lila yang masih sama seperti waktu itu.

Sampai pada akhirnya Lila akan membuka mulutnya untuk menanyakan kabar kepadanya. Ah jangan, gengsi dong nanya kabar duluan.

"Kenapa?" Tanyanya yang memecah kesepian di antara mereka berdua, membuat Lila senang bukan main karena pada akhirnya dia mau membuka suaranya.

"Kamu ngomong ke aku Jev?" Lila menatap Jeva tak percaya dengan sedikit gugup, karena interaksi mereka yang sudah lama tak kembali bersama.

"Siapa lagi?" Tolong bangunkan Lila sekarang! Ini seriusan nyata apa cuma mimpi sih. "Aku seneng banget kamu akhirnya mau ngomong ke aku." Jawab Lila dengan semangat yang tergambar jelas di raut wajahnya.

"Aneh! Kemarin aku juga ngomong." Seketika jawabannya membuat Lila terbengong. "Ngomong apa?" Orang dari setahun setengah yang lalu udah diblokir, jadi dia ngomongnya dari mana? Apa Lila saat ini lagi halu ya? Apa gimana? Tolong dibantu jawab Lila sedang pusing saat ini.

"Bangun Lila."

"Hah?" Lila tak mengerti dengan jelas apa maksud Jeva pada saat ini. Otak Lila tuh hanya diprogram seperempat, jadi mana bisa mengerti kata-kata yang terlalu on point seperti itu.

"Lila bangun sayang, udah jam 7 malam." Seketika mata yang terpejam langsung terbuka dengan otaknya yang memproses kejadian demi kejadian. JADI TADI CUMA MIMPI? Ya sudahlah Lila sepertinya terlalu banyak berharap untuk bertemu dengan Jeva.

"Kamu mandi dulu, habis itu kamu turun ke bawah buat makan malem bareng sama anak tante sekaligus di bawah. Tante tinggal dulu ya Lila."

"Iya Tante." Balasnya sembari mengerucutkan bibirnya. Ah! Tante Rosa sungguh tak asik mengacaukan kebersamaannya dengan Jeva. Ya, meskipun itu cuma mimpi. Tapi kan yang penting bersama. Gak papa mimpi dulu, siapa tau nanti jadi kenyataan bukan.

Setelah membersihkan diri, Lila bergegas menuju ke ruang makan yang terletak di lantai satu.

Di sana ia menatap punggung tegap yang membelakanginya, mungkin itu adalah anak Tante Rosa. Tapi ia seperti mengenal punggung tersebut. Akibat mimpi tadi, ia jadi membayangkan jika itu adalah punggung Jeva. Mimpi yang cukup meresahkan.

"Sini Lila, kenalan dulu sama anak Tante." Sambut Tante Rosa sumringah dengan adanya Lila yang berjalan menuju ke arah meja makan.

Lila dengan senyuman yang terpasang diwajahnya langsung saja mengulurkan tangannya kepada anak Tante Rosa yang seperti familiar baginya, namun ia hanya menghiraukannya.

"Jeva." Pekiknya begitu melihat anak Tante Rosa yang membalas uluran tangannya tentu dengan senyuman tipis seperti mengejeknya. Hal tersebut juga membuat perhatian Tante Rosa yang seperti ingin tau tentang hubungan mereka.

"Kamu udah kenal anak tante, Lila?" Tante Rosa tentunya langsung menanyainya dengan raut wajah yang terlihat ingin tau.

Lila tentunya masih menahan rasa terkejutnya melihat Jeva. Tunggu, ini bukan sekedar mimpi lagi seperti tadi kan. Lila mengiyakan omongan Tante Rosa dan menyatakan bahwa dia mengenal Jeva dari temannya. Lila meringis dalam hati, sangat tidak mungkin jika ia mengatakan bahwa Jeva mantannya. Nanti Tante Rosa berfikir yang tidak-tidak pula. Lebih baik iya jawab dengan sedikit kebohongan.

Tante Rosa lalu dengan semangatnya berkata, "bagus dong kalau sudah kenal, jadi biar ada yang jagain." Seketika hal itu membuat tubuh Lila melemas. Ya kali dijagain, orang Jevanya saja sepertinya malas melihat keberadaan Lila.

Tapi ini seperti sebuah kesempatan emas. Siapa tahu, mereka dapat balikan lagi. Eh tapi apakah Lila harus menjadi jahat terlebih dahulu? Agar Jeva mau balikan kembali padanya. Sepertinya Lila harus memikirkan strategi apa yang cocok agar mereka dapat kembali bersama. Dengan sebuah kebetulan seperti ini pasti Jeva ini jodohnya bukan.

Setelah menghabiskan makan malam, Lila mencoba untuk membantu membersikan piring yang kotor. Akan tetapi, Tante Rosa melarangnya dan berkata bahwa lebih baik Lila beres-beres dengan barang-barang yang belum ia bereskan dan juga segera beristirahat.

Tante Rosa juga berkata jika membutuhkan sesuatu, bisa meminta bantuan Jeva. Karena letak kamarnya yang dekat dengan Jeva, tentunya akan lebih memudahkan Lila untuk meminta bantuan kepadanya. Sedangkan kamar Tante Rosa terletak di lantai satu, sehingga memerlukan waktu jika Lila membutuhkan bantuan.

Lila hanya membalas dengan tersenyum dan sembari mengatakan terima kasih kepada Tante Rosa karena telah merepotkan Tante Rosa. Tentunya ia takkan dengan sering meminta bantuan seperti apa kata Mamanya karena akan semakin merepotkan Tante Rosa.

Kemudian Lila beranjak setelah pamit kepada Tante Rosa yang masih berkutat pada cucian piringnya. Tante Rosa sendiri tak menyewa pembantu di rumah ini. Namun pada sehari sekali akan datang orang untuk membersihkan rumahnya. Karena kesibukan Tante Rosa membuat ia tak bisa melakukan semuanya sendirian.

Hal yang sangat mengejutkan ketika ia berada di lantai atas. Di sana, di depan kamarnya Jeva seperti memang sudah menantinya. Dengan gaya bossy-nya Jeva menatap tajam dirinya yang seketika membuat Lila menjadi gugup.

Menambah keterkejutannya, saat berada di depannya. Jeva menarik pinggang rampingnya dan mencengkeramnya sedikit erat membuat debaran jantung Lila semakin tak terkendali. Apalagi tatapan dari Jeva, duh! Lila seakan meleleh melihatnya.

"Ngapain?" Tanyanya yang membuat Lila bingung untuk menjawabnya. Sudah dibilang bukan! Otak Lila hanya seperempat jadi ya harap maklum jika ia tak mengerti apa yang dikatakan oleh Jeva.

"Hah?" Hanya sekata itu yang bisa diucapkan oleh Lila. Hei, siapa yang tidak gugup? Setelah satu tahun setengah tak bertemu, sekarang sewaktu bertemu. Bukan ditanyakan kabar, malah ditanyai ngapain. Ya Lila mana paham.

"Abis ngapain kok lama?" Jeva sekali lagi mengucapkan dengan kesabarannya yang luar biasa menghadapi Lila.

Lila ber 'oh' ria dan kemudian menjawab habis berbincang sebentar dengan Tante Rosa. Eh tunggu dulu, bukankah terakhir kali mereka bertemu seperti kucing dengan anjing? Lalu mengapa sekarang Jeva menjadi sok dekat seperti ini ya. Jelas Lila senang tapi ya sedikit aneh tingkah Jeva ini.

Jeva kemudian mendorong pintu kamar Lila dan tak lupa setelah mereka masuk Jeva menutupnya. Lila masih mencoba memproses apa yang terjadi di antara mereka pada saat ini.

Hal yang mengejutkan kembali terjadi. Jeva menempelkan bibirnya tepat di bibir tipis Lila yang masih terdiam menatap Jeva dengan raut yang terkejut mengenai hal itu.

Kemudian karena Lila tak ada penolakan atas kejadian tersebut. Jeva kembali meneruskan, menyecap pelan bibir yang mungkin akan menjadi favoritnya. Melumat dengan lembut seolah bibir Lila adalah kapas yang mudah hancur.

Lumatan yang bergerak semakin cepat. Ditambah dengan suasana senyap yang semakin mendukung hal tersebut. Lila dengan pelan mengikuti gerakan Jeva serta menutup kedua bola matanya seakan menikmati hal itu.

Semakin panas keadaan tersebut, dengan Jeva yang berada di lehernya. Mengigit pelan leher Lila. Yang pastinya hal tersebut akan terdapat bekas kemerahan. Sungguh, susah untuk menolak pesona Jeva.

Tak tersadar dengan apa yang telah terjadi pada saat ini. Lila berada di ranjangnya dengan posisi ambigu Jeva berada di atasnya menatap dengan gairah yang menyala di kedua bola matanya. Hei, ini adalah hal yang salah. Tapi susah untuk dicegah.

"Tidur." Ucap Jeva datar dan mengelus rambutnya pelan. Hingga tak lama rasa kantuk mulai menyergapnya. Selamat! Hari pertama ia di sini sudah mendapatkan sebuah ciuman. Jadi? Untuk hari selanjutnya akan ada apa? Jangan dibayangkan. Karena untuk membayangkannya saja Lila tak sanggup.

Tbc.

JevalWhere stories live. Discover now