Bagian || 36

48.9K 4.5K 60
                                    

Hai.

Maaf gais baru bisa update 😭.

Jangan lupa vote dan komen gais ⭐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

Hari ini, Varo dan Rini datang ke rumah Revan. Mereka belum sempat menjenguk Neira saat dia dirawat di rumah sakit. Jadi, mereka baru bisa berkomunikasi via video call dan melalu chat saja.

"Cuy, gue udah sampe nih di teras rumah lo. Masih di mobil sih ini, biasa cewek ribet banget benerin make up, katanya luntur."

"Yaudah masuk aja ngapain lapor ke gue."

"Wajib lapor dong. Masa gue dateng gak disambut."

Revan mendengus mendengarnya.

"Cepet sambut gue. Kalau gak gue enggak jadi ngapelin lo."

Sontak saja Rini mencubit lengannya. Kenapa pacarnya jadi seperti ABG kekanakan sih?

"Ribet."

Sambungan terputus, Varo mengulum senyum puas. Mengerjai Revan sekali-kali tidak apa lah. Biar dia juga ngerasain jalan-jalan di rumahnya yang luasnya udah kayak istana presiden. Gak deng canda.

"Kamu tuh jangan jail dulu bisa gak sih? Ini timing-nya lagi gak pas loh."

"Tenang aja sih, Sayang. Aku kenal banget kok si Revan ini gimana. Lagi pula, kita harus usaha ngehibur dia dong. Maksudku kita harus bawa euforia yang bersemangat lah gitu, Baby." Varo menghimpit pipi Rini sambil bibirnya jadi mengerucut.

"Sakit, Varo!" Tawa Varo malah mengudara diatas penderitaan Rini.

"Udah yuk, turun. Tuh, Revan udah pasang muka datar." Varo tidak lupa memberikan kecupan di pipi Rini, biar enggak ngambek lagi pikirnya.

"Muka Revan memang sering datar," gumam Rini. Dia turun mengikuti Varo yang sudah mengambil alih Ares ke gendongannya.

"Ares risih itu," ujar Revan yang melihat ekspresi Ares seperti tertekan ketika pipinya dicium Varo berkali-kali, rusuh pula.

"Makin lucu sih dia," bela Varo.

Mereka akhirnya menuju halaman belakang. Neira dibantu bibi, tadi sudah menyiapkan berbagai macam makanan dan minuman. Padahal mereka cuma berempat, tapi yang disiapkan bisa untuk persediaan tiga hari.

"Neira, I miss you so much!" Neira menyambut pelukan Rini dengan senang hati. Rini ini memang sudah Neira anggap kakaknya sendiri. Sepertinya, prasangka bahwa hidupnya jadi sulit karena menikah dengan Revan memang tidak sepenuhnya benar. Buktinya, ia jadi mempunyai kakak perempuan yang sayang sekali dengannya.

"Udah sehat belum kamu?" tanya Rini setelah melepas pelukannya.

"Alhamdulillah, udah kak," sahut Neira. Sementara itu, Revan dan Varo sudah duduk terlebih dahulu di alas piknik yang berada di dekat kolam ikan.

"Rin, cepet bawa Neira ke sini," ajak Varo, memanggil Rini yang masih asik ngobrol dengan Neira.

Rini yang dipanggil langsung menoleh dan berdecak kecil, "Ck, bawel ya kamu." Varo hanya terkekeh ringan.

"Yuk, Nei."

Ares sudah dibiarkan oleh Revan duduk di atas alas dengan bersandar pada lengannya. Revan juga memberikannya biskuit supaya bayi itu tidak kemana-mana.

PARENTS [END]Where stories live. Discover now