Bagian || 28

42.5K 4.5K 109
                                    

Hai.

Maaf baru update hehe.

Masih pada mau nungguin, kan?

Vote dan komen yukk.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

"Bangun." Suara itu terdengar dingin, Neira merasakan ketegasan di sana. Saat Neira membuka mata, pemandangan yang dilihat pertama kali adalah Revan yang duduk di sampingnya.

Ia sudah mengenakan setelan jasnya yang berwarna hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa Neira lihat ketika hari kerja. Neira merasa bersalah sebenarnya, harusnya ia bisa bangun lebih dulu dibanding suaminya. Suaminya terlalu mandiri.

Neira juga inginnya bisa dengan mudah terbangun, apalah daya segala cara dilakukan tapi dirinya tidak kunjung membuka mata.

"Kamu belum makan."

"Memangnya ini jam berapa? Mas belum ke kantor?"

"Jam 7, aku harus berangkat."

Neira ingin bertanya, apa ada kesalahan yang ia lakukan sehingga Revan bersikap dingin seperti ini, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat.

"Mas, aku tahu mas udah harus berangkat, udah rapi juga. Hmm," ucap Neira ragu sambil melirik Revan singkat."Boleh gak, mas peluk aku dulu. Lima menit aja," lanjutnya.

"Ta-tapi kalau mas terbebani, aku gak ma--"

Tanpa banyak berbicara, Revan membaringkan dirinya kembali di ranjang dan mendekap Neira.

Perempuan itu langsung melingkarkan tangan di leher suaminya. Rasanya Neira jadi bersemangat karena aroma Revan mengisi energinya. Wangi. Wangi orang tampan.

"Aku harus pergi."

Neira yang sedang menikmati pelukan Revan, membuka matanya perlahan.

"Oh, oke," sahut Neira melepas pelukan Revan. Dia merubah posisnya menjadi duduk dan memperhatikan Revan yang tengah bersiap.

Saat suaminya hendak keluar tanpa mengucapkan satu kata pun, Neira langsung bangkit dan menyusul Revan.

Mereka keluar kamar, Ares masih tidur pagi ini. Tadi, Revan sudah menemui anak itu lebih dulu karena sudah menjadi keharusan sebelum berangkat meski itu masih pagi buta pun, ia harus berpamitan pada Ares.

Neira terus mengikuti Revan hingga Revan sudah mau masuk ke mobil, dia tetap seperti mengabaikan Neira.

"Mas marah?" tanya Neira.

Revan yang sudah membuka pintu mobilnya berbalik dan menggelang.

"Tidak."

"Ohh," gumam Neira. Ia tahu pasti ada yang salah dari dirinya, ia pasti melakulan sesuatu yang tidak disukai Revan makanya tak ada Revan yang menatapnya penuh perhatian.

"Kamu masuk saja. Aku tidak bisa berlama-lama lagi," suruh Revan.

Neira mengiyakan, ia melangkah mendekati pria itu, ingin salim dengan Revan.

"Hati-hati, Mas. Jangan lupa makan."

"Hm."

Revan masuk ke mobil dan menyalakan mesin tanpa membuka jendela mobilnya.

Neira menatap mobil Revan yang mulai meninggalkan perkarangan rumah.

"Papa kamu lagi marah kayaknya, jadi kita gak dapet kecupan pagi," ujarnya, mengelus perutnya yang sedikit berbentuk.

PARENTS [END]Where stories live. Discover now