Bagian || 27

41.6K 4.6K 145
                                    

Hai.

Ramaikan gais biar semangat hihi ⭐.

Okee.

Sungja.

================================

Happy Reading 📖

Hari itu tiba.

Revan, Neira, dan Ares sedang dalam perjalanan menuju rumah Tante Revan, Dian namanya, adik dari Papa Vian.

Mereka sengaja datang saat sudah pada kumpul, karena tidak ingin berlama-lama di sana, atas kemauan Revan sih.

Hari ini Neira memakai dress berwarna lilac, fresh sekali dengan tampilan rambutnya yang baru, rambut pendek sebahu. Neira gerah soalnya jadi biar lebih enak dipotong saja deh rambutnya. Revan tadinya kurang setuju karena lebih suka rambutnya panjang katanya.

"Anti Ales mau ain, mah, oweh?"

"Mau main? Ares udah kuat emangnya?"

"Dahh, ica ain."

"Boleh, tapi sama papa." Revan tiba-tiba bersuara. Yang ditanya siapa yang jawab siapa hihi.

"Tuh, boleh asal sama papa," kata Neira sambil mengelus rambut Ares.

"Yeeee."

Sesampainya di sana, keluarga Aksara sudah berkumpul, dimulai dari opa, oma, mama, papa, om, tante, kakak, dan keponakan yang lucu-lucu.

"Revan, kok baru sampai?" Suara Oma Rosaline membuat semua orang fokus ke pasangan suami istri itu.

Langkah oma melambat seiring matanya menangkap sesuatu yang asing.

"Anak kalian?" tanya oma.

Anggukan Revan membuat oma terkesiap, begitu pula orang yang belum tahu kabar ini.

"Benar anak kalian?" ulang oma, tak percaya.

"Ya."

Melihat suasana menjadi sedikit canggung, Tante Dian angkat bicara."Mah, Revan dan Neira kan baru sampai lebih baik dibicarakan sambil duduk aja," sarannya.

Oma Rosaline langsung melengos kembali duduk dengan wajah kaku. Bagaimana tidak, hal sepenting ini kenapa tidak diketahui olehnya atau bahkan anak-anaknya. Matanya menatap tajam Papa Vian, tidak mungkin papa Revan sendiri tidak mengetahuinya, kan?

Revan membiarkan Neira duduk terlebih dahulu. Neira sempat tersenyum, menyapa tante dan keluarga Revan yang lain.

"Sekarang jelaskan. Ini kenapa tidak ada kabar sama sekali?!" Nada bicara oma mulai meninggi.

"Ares benar anak kami oma."

"Ares? Namanya jadi Ares?"

"Hm. Aresia Putra Aksara. Umurnya sudah satu tahun lebih delapan bulan."

Semua orang di sana tampak serius mendengarkan. Oma Rosaline memijat pelipisnya.

"Anak kandung?" tanya opa tiba-tiba.

Neira takut dengan reaksi dari semua orang jika mendengar Ares bukan anak kandung mereka. Tapi, kejujuran lebih penting di sini. Jadi, ia menatap wajah Revan yang rahangnya mengeras, ada apa?

Tangan Neira menggenggam kepalan tangan Revan. "Lebih baik Ares tidak ikut mendengarkan pembicaraan ini," tekannya dingin.

"Oh ya, benar. Prita boleh tolong kamu bawa Ares ke ruang main, di sana juga ada Keina." Prita--istri kakak Revan--mengiyakan perintah Tante Dian.

PARENTS [END]Where stories live. Discover now