Bagian || 13

63.7K 6.5K 65
                                    

Hi, apa masih ada orang?

Maaf baru update.

Selain lagi riweh real life, juga sedang berusaha menata hati karena grup kesayangan aku--GFRIEND--udah 😭.

Oke, maaf curhat dulu.

Sung ja.

Happy Reading 📖

"Mahmud, sini atuh, Mud."

Neira mendelik saat mendengar panggilan Dena. Oknum yang memanggil hanya menunjukkan cengirannya.

"Hehe."

"Ketawa." Neira mendecih, lalu tersenyum karena kelakuan Dena.

Sekarang mereka sedang berada di salah satu restoran dekat kantor Revan. Iya, Revan akhir-akhir ini sering menyuruh Neira ke kantornya sampai perempuan itu bingung, karena kehadirannya di sana jelas tidak membantu sama sekali lalu untuk apa dia harus sering ke sana.

"Uw, baby Ares udah gede ya sekarang. Sini-sini sama tante cantik," ujar Dena heboh, ia meraih Ares ke dalam gendongannya.

"Tatata kan kan." Dena yang tidak mengerti langsung menatap Neira yang sudah duduk dihadapannya. Neira terkekeh, "Dia mau makan, Na."

"Hahaha, owh Ares mau makan? Mau makan apa ganteng?," tanya Dena. Dena yang sudah datang duluan memang memesan makanan terlebih dahulu jadi kalau Neira udah datang bisa langsung menikmati makanan.

"Gue suapin pisang aja deh, Na," kata Neira sambil mengambil alih Ares ke pangkuannya.

"Gila, emang ya jiwa mama muda keren abis lo, Nei."

"Hah? Gue ngapain emang?," sahut Neira bingung.

"Itu, lo nyuapin sambil makan. Ribet banget kan padahal, tapi lo udah santuy aja bawaannya," jelas Dena.

Neira tertawa, "Karena kebiasa aja gue. Lo gak tau sih betapa rempongnya gue pas awal-awal harus nyuapin Ares sambil gue makan juga karena ngejar waktu. Cuman dapet 3 suap," ucap Neira tersenyum tabah.

"Tapi, pasti lo gak bisa marah 'kan," tebak Dena. Neira mengangguk, "Gue mana tega. Tapi, jujur ya Na gue takut banget kelepasan gak bisa nahan emosi di depan Ares. Sesuah itu ngejaga supaya perkembangan dan pertumbuhan Ares bisa bagus."

Dena manggut-manggut. "Iyaa sih gue juga mikir jadi orangtua tuh gak mudah. Sama sih kek kita Nei yang takut salah ngedidik sama ngasih ilmu ke siswa, eh tapi lebih lagi deh."

"Nah, itu. Makanya harus teliti banget kalau kita udah jadi orangtua."

"Makanya gue belum siap nikah hahaha." Neira ikut terkekeh.

"Mamama mah," rengek Ares menarik tangan Neira yang memegang sendok.

"Buset protes," ujar Dena, gemas sendiri dengan tingkah Ares yang tidak sabar disuapi pisang lagi.

"Eh iya, Flaya kenapa tiba-tiba gak bisa dateng?" tanya Neira penasaran.

"Ada urusan katanya, gak bilang sih sama gue urusannya apa. Lo gak mau ngajar, Nei?"

"Mau banget. Tapi Mas Revan masih nahan, gue ngikut aja lah selagi gue belum suntuk banget."

Sambil makan, Neira dan Dena lanjut membicarakan hal random karena sudah lama mereka tidak berkumpul. Dering ponsel Neira memutus obrolan dua perempuan itu.

"Halo, Mas? Hah? Mas udah di parkiran?." Neira diam mendengarkan suara suaminya.

"Iya aku ke depan sekarang." Dena hanya memperhatikan Neira yang wajahnya memelas. Entah karena dimarahi suaminya atau karena hal lain.

PARENTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang