#13 ‒ Kemarahan Alden

Mulai dari awal
                                    

Tatapannya kembali menggelap mengingat kejadian tadi, dimana ia menemukan Aretha dalam keadaan yang sangat kacau. Setelah Alden mematikan lampu, ia langsung keluar dari kamarnya menuju ruang bawah tanah, ruangan yang biasanya ia gunakan untuk latihan dan ruangan yang biasanya menjadi saksi kekejaman seorang Alden Joshua Gracio. 

♚☠♛

Dapat ia lihat anggota inti Dankevoort sudah berada di sana dengan kelima orang tadi yang berani menyentuh Aretha, sudah terduduk di tengah-tengah membentuk lingkaran.

Alden mulai berjalan perlahan mendekati posisi kelima orang itu.

Romeo sudah mendekati Alden, "Al, mereka itu Rampage. Yang lo gebukin tadi, itu ketuanya, Adit, terus-," ucapan Romeo terpotong karena Alden langsung melayangkan tinjuannya ke rahang Adit.

BUGH

"Lo ketua?" Alden sudah tersenyum, mengejek Adit, "Ketua macam apa lo ngedidik anak buah buat merkosa cewek?" Alden kembali melayangkan tinjuannya pada pelipis pria itu. Adit sudah tidak mampu membalas pukulan-pukulan Alden. Sedangkan Romeo hanya menggelengkan kepalanya pelan, Alden kalau sudah emosi memang susah untuk menahannya.

"Orang kayak lo gak pantes disebut ketua!" Alden kembali meninju wajah Adit.

"Gue kayaknya harus ngajarin lo beberapa hal," Alden sudah menggenggam jari telunjuk Adit, "Tangan lo terlalu kurang ajar." Alden langsung menarik jari itu ke belakang, mengeluarkan bunyi seperti tulang yang patah.

"AKHHH-!!" Alden berhasil mematahkan jari telunjuk Adit dengan mudahnya.

Alden meraih tiga jari Adit lainnya, menggenggamnya lagi, "Ini buat lo yang berani nyentuh Aretha." Alden kembali menarik ketiga jari pria itu tanpa ragu, dan ia berhasil mematahkan tiga jari lainnya.

"ARGHHH-" Adit sudah mengerang kesakitan, keringat dingin sudah mengalir di tubuhnya, menahan sakit yang berasal dari keempat jari kanannya. Tatapan Alden sudah tidak dapat di definisikan, terlalu mengerikan.

"Am-ampun Al. Sumpah gue gak akan ngulangin lagi!" Adit sudah bersimpu, memohon kepada Alden.

Alden langsung menendang wajah pria itu, membuatnya langsung terjatuh ke lantai.

"Ampun?" Alden sudah tertawa, tawa seramnya sudah menggema di ruang bawah tanah, cukup membuat keempat anggota inti Dankevoort bergidik ngeri.

"Gak ada kata ampun di kamus hidup gue." Alden melangkah sembari menginjak dada Adit yang sudah terkapar di lantai. 

Alden mendekati pria yang dapat ia ingat betul wajahnya, pria dibalik lebamnya kedua pergelangan tangan Aretha. Menatap pria itu intens dan ia mengeluarkan seringainya, pria itu sudah ketakutan melihat senyum mematikan Alden.

BUGH

Alden meninju wajah pria itu, 

"Lo juga,"

BUGH BUGH

Lalu rahang dan bibirnya,

Alden menarik pergelangan tangannya, "Terlalu kurang ajar."

KREK

Alden menginjak pergelangan tangan pria itu tanpa ragu, menyebabkan bunyi tulang-tulang yang patah.

"ARGHHHH- BANGSAT!" pria itu sudah meringkuk di lantai memegang tangannya yang mungkin sudah patah setelah diinjak oleh Alden.

"Ini gak seberapa sama apa yang lo perbuat sampai tangan Aretha lebam."

BUGH

Alden kembali melayangkan tinjuan pada pipi pria itu, menyebabkan wajahnya langsung terhantam pada lantai yang keras.

ALDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang