Dia sama sekali tidak berniat untuk bertanggung jawab. Menurutnya, malam itu dapat terjadi karena kesalahan Milky. Jika Milky tidak memancing emosinya hingga dia minum-minum, maka semua tidak akan berakhir seperti ini.

Semua salah Milky.

Begitu sampai di rumah, Hilo langsung berteriak selayaknya orang kesetanan. Namun, bukannya menemukan sosok ayahnya, dia malah bertemu sosok yang sangat dia takutkan.

David berdiri dengan posisi bersedekap. Tatapannya tajam bagaikan pisau yang baru saja diasah. "Perlu om ucapin selamat datang kembali?"

Hilo spontan bergerak mundur ketika David melangkah mendekatinya. Inikah yang dirasakan Itreula dulu kala David masih membencinya?

"Atau malah selamat tinggal?"

Hilo meneguk ludahnya.

David tersenyum evil menyadari Hilo yang ketakutan. Tapi dia tak peduli. Hilo berani menyakiti anak kesayangannya, artinya Hilo sengaja mencari perkara dengannya.

"Pasal satu," ujar David penuh penekanan.

Hilo mengerjap, otaknya belum berhasil mencerna ucapan David.

David yang melihat itu lantas semakin emosi. Dia mulai mencengkram leher Hilo. "Pasal satu!"

Mendapat tekanan dari David membuat Hilo sontak mengerti, "Sa-saya Hi-Hilo dan sa-saya sungguh menyayangi It-Itreula."

David menggertakkan giginya. "Dua."

"Sa-saya ti-tidak akan mengkhi-khianati Itreula. Jika saya mencintai wanita la-lain, saya akan terleb-lebih dahulu menyelesaikan hubungan sa-saya dengan Itreula."

Cengkraman pada leher Hilo semakin keras. "Tiga."

Meski mulai kesulitan bernapas, Hilo kembali menjawab, "Sa-saya siap menerima kon-konsekuensi apa pun dari Om Da-David dan Seclon ji-jika saya terbukti menya-kiti Itreula baik fi-fisik ataupun ha-hatinya."

Bugh ... bugh ... bugh ....

"Mati kamu! Kamu udah berjanji buat enggak bakalan ngulang kesalahan yang sama. Tapi ini apa, hah?"

Persetan dengan ujung bibir Hilo yang mulai berdarah, hati David sangat sakit. Dia susah payah mengembalikan senyuman Itreula dan kini Hilo berhasil merenggutnya lagi. 

"Om," cicit Hilo.

David kembali menonjok Hilo. Yang kali ini dengan kekuatan sangat keras hingga Hilo terpental jauh. Berpikir itu masih belum setimpal dengan rasa sakit yang dirasakan anak gadisnya, David melangkah mendekati Hilo. Dia meraih leher Hilo, sudah bersiap mencengkramnya erat lagi.

"DAVID! ANAK GUE BISA MATI!" teriak Ezra terkejut setengah mati melihat keadaan anaknya yang babak belur.

Tak peduli dengan Ezra yang berlari tergopoh-gopoh, David kembali menghajar Hilo secara membabi buta. Melampiaskan emosinya. Kala wajah Itreula yang menangis muncul di benaknya, maka David semakin ganas.

Ezra langsung memisahkan keduanya. Ezra menyembunyikan anaknya yang sudah tak berdaya di belakangnya sebelum menatap David. "Tolong ... berhenti, Vid. Gue udah bilang, bukan, jangan lampiasin ke dia, tapi lamp—"

"Enggak! Jangan ke papa! Papa enggak salah sama sekali. Iya, hajar Hilo aja. Jangan papa!" sela Hilo sembari keluar dari belakang tubuh ayahnya.

David berdecih. "Lo udah babak belur, Ez. Sekarang giliran dia!"

Mata Hilo memanas melihat keadaan ayahnya yang tak jauh berbeda dengan dirinya. Banyak memar, sudut robek. Diperban.

"Kalau lo mau bunuh orang, bunuh gue aja. Gue yang pantes mati di sini, Vid. Bukan dia. Dia bisa kayak gitu karena salah gue. Gue yang enggak becus ngedidik dia. Gue yang salah. Gue yang gagal."

Saat itu juga Hilo merasa dunianya runtuh. Ayahnya yang selama ini selalu menjalani hidup dengan penuh tawa, kini terlihat sangat frustrasi dan lelah. Putus asa.

"Pa."

David menggeram kesal. Dia menendang vas bunga yang kebetulan berada di dekatnya hingga vas itu pecah berkeping-keping. "Sialan. Kalau aja gue enggak mandang lo sebagai temen gue, udah gue lindes kepala Hilo, terus gue kasih kepalanya ke hiu! Pegang janji lo ke gue tentang lo yang bakalan kasih dia pelajaran."

Mendengar ucapan kesal David sukses membuat bulu kuduk Hilo merinding.

"Sampai gue lihat dia masih bisa ketawa-ketiwi setelah semua ini, gue enggak tahu lagi apa yang bakalan gue lakuin ke anak lo yang biadab itu."

Ezra mengangguk lemah. "Ma-makasih, Vid. I-iya, lo bisa percaya ke gue."

"Gue pulang," ucap David lalu berbalik. Tapi, belum melangkah terlalu jauh, dia kembali lagi.

"Ada yang gue lupa."

Sementara Ezra mengernyit, Hilo ketakutan melihat David yang semakin dekat ke arahnya.

David langsung menendang tubuh Hilo kencang hingga laki-laki berlesung pipi itu memekik kesakitan. "Oke, udah. Gue pulang."

Ingin marah karena anaknya diperlakukan seperti itu, tapi Ezra sadar apa yang dilakukan David masih belum setimpal. Ezra tahu seberharga apa Itreula di hidup temannya itu.

Ezra menatap datar Hilo yang masih meringis. "Bangun. Jangan harap gue kasih lo ampun. Mau lo ngebela diri kayak apa, di mata gue, lo tetep salah."

***

David ganas, Bung. Jangan pingsan dulu kamu, Hil. Masih ada Seclon di Bali, Woi😗😗

Mau aku up besok? Mana kata semangatnya buat aku? Yang rame😝

Itreula 2On viuen les histories. Descobreix ara