"Honey, ini ukuran mu," ia tersenyum meyakinkan, "aku membelikannya khusus untuk mu, untuk malam ini!" lanjutnya menyeringai

"Ah, kau tahu aku tidak begitu percaya diri menunjukan banyak kulit..." Keluh ku menggeleng

"Aku pernah melihat mu memakai celana pendek dan tank top, lagipula kau itu menawan!" balasnya keras kepala, "sudah, jangan banyak bicara lagi, kau harus siap-siap!" lanjutnya sebelum mendorong ku kembali ke kamar bersama gaun ku, "aku akan kembali mengecek mu dalam waktu 10 menit."

Mandi adalah hal pertama yang muncul dalam kepala ku, baru setelah itu aku akan mencoba gaunnya lalu dandan muka dan rambut, baru setelah itu mencari sepatu yang cocok.

Seperti yang Mia janjikan, 10 menit kemudian Mia datang memasuki kamar ku dengan berbagai macam bawaan di tangannya, case make up, pengkeriting rambut, dan 3 box sepatu berhak—yang omong-omong membuat diriku menjadi terlalu tinggi. Uh, tidakkah ia sadar kalau ini itu acara 50 tahun pernikahan orang tuanya bukan semacam acara pesta apalah? Mengapa sepertinya sangat berlebihan?

Sesampainya disana, aku mengerti mengapa Mia mematut ku dengan semangat sebelumnya. Ini bukan sekedar acara 50 tahun pernikahan biasa, bahkan kalau Mia tidak memberitahu ku ini semacam pesta itu aku akan berpikir ini semacam single dance party and mixer, kau tahu, pesta yang peruntukan untuk orang-orang yang masih lajang, bukan pesta selamatan 50 tahun pernikahan.

Melihat ke sekeliling ku, aku menyadari tamu yang hadir pada dasarnya orang-orang yang memiliki nama, seperti artis dan pengusaha atau yang sejenisnya, intinya hampir seluruh tamunya itu orang terkenal. Aku berani bersumpah baru saja melihat Johnny Depp di dekat kolam.

Aku membawa diri ku masuk ke dalam rumah, setidaknya di sana tidak seramai di luar. Aku melihat beberapa orang yang aku tidak kenal duduk-duduk di sofa dan saling berbincang. Sebelum aku sempat berhasil mengambil kue kecil yang ku incar sedari tadi, Mia sudah menarik ku menjauhi kue tersebut. Ah sedihnya.

Mia membawa ku kembali keluar, tapi tidak kembali menggiring ku menuju keramaian, melainkan ia membawa ku ke bagian yang lebih santai, di sana berdiri seorang wanita yang mengamit lengan seorang pria dan sedang bicara dengan seseorang, aku mengenali mereka sebagai orang tua Mia dari foto yang terpajang di kamar Mia.

"Hey, lovebirds!" panggil Mia masih menarik ku.

Secara serentak yang merasa terpanggil menoleh

"Amelia, sweetheart! Senang kau bisa datang," ucap sang wanita melepas tangan sang pria untuk memeluk Mia

"Tentu saja, aku tidak akan melewatkannya!" ucap Mia tertawa pelan

"Siapa teman mu yang terlihat menakjubkan ini?" ucap sang pria berdiri sejajar di samping sang wanita

"Dad, kau tahu siapa dia, ini Ali, aku sudah cerita tentangnya padamu"

"Oh, senang akhirnya bisa melengkapi sebuah nama dengan wajah," ucap sang wanita tersenyum santai ke arah ku

"Begitu juga sebaliknya, Mr. & Mrs. Wickham!" balasku

Setelah berbicara topik ringan seperti apa pekerjaan ku dan sebagainya—yang ku yakin mereka juga sudah tahu dari Mia—mereka membiarkan ku kembali menikmati pesta.

Satu per satu orang-orang yang ku lewati ku perhatikan wajahnya, ada beberapa yang sadar, terutama para wanita dan memberi ku seulas senyum. Artis, artis, artis, pengusaha, artis, atlit, atlit, pengusaha, orang biasa, miliader, pengusaha, dan lebih banyak lagi. Wow, orang tua Mia memang benar-benar miliki uang yang terlalu banyak sampai tidak tahu harus digunakan untuk apa!

Entah untuk apa, aku membawa diri ku ke lantai atas rumah. Aku tahu itu semacam lancang, tapi entah kenapa kaki membawa ku kemari. Pintu pertama yang ku buka untungnya sebuah toilet yang kosong, bukan kamar tidur sang penyelengara pesta, kalau ternyata iya, sungguh memalukan walau tidak ada yang melihat.

Kamar mandi itu memiliki kaca seluruh badan, dan sejak tadi sebelum berangkat, aku tidak bisa berhenti mengagumi gaun yang membalut tubuhku terlihat begitu pas dengan ku, seperti itu memang dibuat hanya untuk ku.

Untuk pertama kali sejak aku bertumbuh terlalu tinggi aku bisa merasakan kalau tidak ada yang salah dengan tinggi badan ku, warna rambut ku, bahkan warna kulit ku, seolah saat ini menyadarkan diri ku kalau apa yang ku yakini sebelumnya itu hanya sugesti, sesuatu yang tidak benar.

Puas memuaskan kenarsisan diri ku, aku keluar dari toilet tersebut. Seluruh tamu pesta sudah tidak lagi ada yang berkeliaran dalam rumah, sepertinya mereka telah digiring keluar menuju taman belakang untuk menyaksikan sesuatu yang menarik, sebaiknya aku ikuti mereka.

Dengan langkah cepat aku menuruni tangga dan berlari kecil keluar agar tidak tertinggal melihat acara apapun yang sedang berlangsung. Aku hampir saja salah injak dan jatuh kalau aku tidak menyadari ada kabel melintang di tengah jalan. Sungguh memalukan.

Acara yang sedang terjadi adalah pasangan yang berbahagia tadi sedang berdiri di tengah panggung menyaksikan video kejutan yang Mia dan kakaknya buat untuk mereka tentang bagaimana perjalanan 50 tahun mereka. Sungguh manisnya pasangan itu di tahun muda mereka. Aku jadi ingin tahu apakah aku bisa seperti mereka saat aku sudah menikah nanti. Tentu saja, aku berharap bisa, mungkin lebih baik dari mereka kalau ada kemungkinannya.

Love Me Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang