00

2.6K 214 40
                                    

"Kim Jia."

Suara panggilan tanpa emosi membisikan ke telinga tubuh yang perlahan-lahan kaku dan mendingin akibat jiwa telah meninggalkan raga.

Mengapa dia telah mati bisa mendengarkan suara?

Apa itu Dewa? ... Ha! Kim Jia, dirinya tidak percaya dengan semacam itu. Yang ia percayalah selama dirinya hidup adalah 'bertahan hidup', itu suatu hal yang selalu ditanam oleh sang kakak untuk hidup di dunia busuk ini.

"Seharusnya kau tidak mengorbankan diri."

Mengorbankan diri? Jangan bercanda! Dia tidak mengorbankan diri, itu suatu tindakan yang dia lakukan sebuah refleks yang melihat kakak laki-lakinya dalam bahaya. Menyesal? Tidak sama sekali, dirinya yakin bahwa kakak laki-laki terus bertahan hidup.

"Seharusnya dia yang mati ... bukan kau dan dua orang itu."

Begitu, ya? Mereka juga ...

Berarti dirinya tidak sendiri, mendengar perkataan tersebut dirinya yakin bahwa sang kakak masih hidup. Khawatir? Pasti, walau Kim Jia yakin bahwa kakak laki-laki akan terus berjalan maju agar bisa bertahan hidup. Ya, dia berharap sang kakak berjalan tanpa terbayangi oleh dirinya dan dua orang lainnya.

"Aku merasa buruk karena kalian , dan merasa kagum karena kalian melawan hukum dunia dan sebuah kebetulan."

Hah? ' Semisalnya Kim Jia memiliki raga mungkin alisnya menukik bingung apa yang dikatakan. Hukum dunia? Kebetulan? Apa yang orang ini katakan, namun Kim Jia tidak menyukai bahwa dirinya kagum apa yang mereka lakukan. Dewa bajingan saja yang mengatakan hal tersebut adalah sebuah kekaguman.

"Aku akan memberimu satu kesempatan,"

Kesempatan? Dia tidak butuh sebuah kesempatan. Itu adalah murni keinginan dirinya untuk menolong sang kakak, Kim Jia memang menyukai uang karena mereka hidup miskin dan berkerja sana sini. Namun, meminta balasan karena menyelamatkan nyawa kakak laki-lakinya? Gila, mungkin kalau Kim Jia benar-benar menerimanya. Meninggalkan kakak laki-lakinya di dunia yang busuk itu saja egois , apalagi dirinya menerima hal gila seperti itu.

"Tidak, aku tidak tertarik dengan kesempatan yang kau berikan."

Kim Jia membuka suara tidak mempedulikan gelap yang memakan dirinya, ia tidak bisa melihat maupun merasakan. Tetapi, dirinya bisa mengeluarkan suara untuk membalas. Seperti dia hanya diperbolehkan untuk berbicara saja, tidak ada balasan apa yang dikatakan olehnya.

"Kenapa? Kau bisa meminta apapun padaku, seperti memberikan sesuatu pada kakakmu."

Memberikan sesuatu kepada kakak? Jangan bercanda! Dia tidak akan memberikan apapun untuk kakaknya. Tidak akan pernah, "aku tidak akan pernah memberikan beban terhadap kakakku, yang kakak punya sudah membebani dirinya." Timpal Kim Jia penuh penekanan, tidak peduli dewa atau iblis yang berbicara padanya.

"Resiko yang kuberikan lebih tinggi untuk kakakku, aku tidak akan memberikannya. Jadi, aku tidak menerima permintaanmu."

Kim Jia menambah kembali apa yang dia pikirkan, benar ... resiko yang akibat yang ia berikan malah membebani kakaknya. Mana sudi, dirinya membuat sang kakak menderita akibat apa yang ia berikan. Dia berharap ketua-nya saja memberikan sesuatu yang lain pada sang kakak, daripada dirinya.

"Mengapa? Itu akan membantu kakakmu." Tanya suara tersebut membuat Kim Jia mendengkus,

"Itu tidak akan membantu kakakku, karena yang kuberikan malah memberikan tekanan pada tubuhnya."

Kim Jia kembali membalas. Tidak peduli siapa yang ia bicarakan, mungkin dirinya tumbuh karena dirawat oleh kakak laki-lakinya dan berada di lingkungan yang keras. Masa bodo, dirinya tidak peduli. Yang Kim Jia inginkan adalah mati dengan tenang, dan berharap kakak laki-lakinya makan dan tidur secara teratur.

"Bukannya, kau ingin hidup dengan menghabiskan waktu sesuka hatimu?"

Benar, itu keinginan saat ia ditanya apa yang Kim Jia inginkan setelah perkerjaan di perusahaan telah usai. Toh, hal tersebut sudah lewat jauh. Dan, itu sebuah ambisi agar dirinya bertahan hidup untuk apa yang telah dirinya jalani. Juga, yang ia inginkan adalah bersama sang kakak. Tidak, dia bukan seorang adik gila yang memiliki perasaan kepada kakak laki-lakinya.

Dia ingin melihat wajah kakaknya dengan senyuman yang benar-benar lega, sambil mengatakan. "Ini telah usai. Mari bermalas-malasan dan kau bisa keluar sesuka hatimu, Jia-ie."  Itu yang Kim Jia inginkan, tidak ada rasa khawatir untuk berada di dunia. Haha, membayangkan itu membuat dirinya menangis karena mengingat apa yang terjadi selama ini.

Ah ... apa ini telah usai, kakak? ' Kim Jia sedikit membisikan sesuatu pada dirinya, namun dia merasakan bahwa ini masih belum selesai. Cukup, dirinya yakin bahwa kakak laki-lakinya pasti baik-baik saja dan dia tidak membutuhkan kesempatan. Gadis ini kembali membuka suara kembali, lalu mengatakan ;

"... aku tidak ingin apapun, aku bersyukur kakakku selamat dan bertahan hidup itu sudah cukup." Tutur Kim Jia dengan tenang  namun tegas,

Benar itu sudah cukup. Kim Jia merasakan cukup, tidak mempedulikan logika dan hati berteriak satu sama lain. Yang inginkan adalah memastikan bahwa semuanya pasti baik-baik, karena kakak laki-lakinya orang tidak peduli terhadap sesuatu. Namun, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Kim Jia yakin hal tersebut, maka dari itu ini sudah cukup untuknya.

"Kau termasuk makhluk bodoh seperti dua orang tersebut, mereka mengatakan hampir sama sepertimu." balas suara itu membuat Kim Jia mendengkus geli mendengarnya,

"Tentu saja, mereka adalah Sunbae*-ku." Timpalnya dengan nada gemetar, menahan rasa tawaku karena memikirkan apa yang mereka katakan.

Tidak ada balasan kembali, yang ia dapatkan malah sebaliknya. Kim Jia merasakan bahwa tubuh seperti dibungkus dan telinganya yang berdenging  membuat dahi gadis tersebut mengerut, apa ini? Ia tidak bisa merasakan apapun. A-a! Suara tidak keluar. Kim Jia kebingungan saat suara maupun rasa lelah menghantam dirinya.

Apa ini sebuah karma karena telah melawan Dewa atau iblis? Haha! Tidak mungkin, karena mau dibunuhpun Kim Jia sudah mati. Jadi, mari berpikir positif bahwa dirinya akan berisitirahat panjang dan bebas di nirwana.

"Aku memberimu sesuatu, aku harap kau bisa membalas semuanya. Kim Jia,"

Membalas?!

Biarkan Aku hidup... mati dengan tenang, kau biadap!

___

REWRITE

(m) Menulis kembali.

Trash of the count's family © Yoo Ryeo Han

Fanfiction ©  A S I A !!

Kim Jia || Aerith Mathis © A S I A !!

ACTION, FAMILY, AND COMEDY.

NO ROMANCE.

Warn! ; Alur lambat! Penuh spoiler!  Bahasa kasar! also ... I'll put angst genre soon. Hehehe.

___

[A/n] : Hi, fandom penuh tandus dengan oc insert. Aku haus asupan nutrisi sebagai adik perempuan dari krs... tadi, aku maunya laki-laki nanti malah dikira pasti larinya ke anukan! Gitu, jadi perempuan. OFC GAK ADA ROMANCE. NO-NO INCEST JUGA NO! NO ROMANCE DISINI. Walau suka khilap pengen jadi pacarnya KRS. Tapi, aku lebih milah jadi adiknya.

Juga, aku mau jelasin warning di atas.
Alur lambat! Ya, aku sengaja karena novelnya belum usai dan penuh misteri hiks! Penuh dengan spoiler! Semisalnya kalian baca komiknya aja, tolong diharapkan bijak! Bahasa kasar! Karena Cale dan wankawan suka ngomong bahasa suci /no. aku juga suka nulis frontal sih, sekali lagi bijak membaca. Dan, CanonModifikasi? Makanya ku beri judul REWRITE:'))

Well, then. Thanks u.

Happy reading!

REWRITE [ Trash Of The Count's Family ]Where stories live. Discover now