¤26¤

113 35 2
                                    

Chapter ini sepenuhnya berisi flashback




Kangmin merasa ada yang tidak beres.

Sudah satu minggu lebih Minchan tidak pernah bermain kerumahnya, atau sekedar telepon pun tidak. Sejak malam di mana Minchan menanyakan tentang sumpah, perasaan Kangmin jadi gelisah.

Bagi Kangmin hal paling janggal adalah ini masa liburan sekolah dimana Minchan akan menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan. Entah bermain dengan Kangmin, bermain sepak bola di lapangan komplek, atau pergi menginap di rumah sahabatnya si Gyehyeon atau Yeonho itu.

Kangmin tahu poin terakhir tidak bisa direalisasikan karena dari kabar terakhir yang dia dengar dari Minchan, sikap Gyehyeon dan Yeonho menjadi semakin aneh. Seperti orang gila kata Minchan.

Akan tetapi tidak begitu bagi Kangmin.

Sahabat Minchan itu jelas mengalami kerasukan dan teror.

Setiap Kangmin hendak mengatakan kebenarannya ia selalu ingat bahwa Minchan menolak mendiskusikan mengenai Dongheon dan Hoyoung. Padahal jauh di dalam lubuk hati Kangmin, ia ingin mengatakan bahwa eksistensi Dongheon dan Hoyoung tidaklah nyata. Tetapi Kangmin selalu mengurungkan niatnya ketika ia tahu bahwa Minchan sangat menyayangi Dongheon dan Hoyoung layaknya ia menyayangi Gyehyeon dan Yeonho.

Lagipula, tidak semua hantu jahat.

Dan Kangmin selalu berdoa semoga Dongheon dan Hoyoung masuk ke dalam golongan yang baik.

Kangmin berjalan santai seraya sesekali menendang kerikil di jalan.

Hari ini terhitung sudah dua hari orang tuanya tidak pulang karena pergi dinas sekaligus menemui klien di luar kota yang memanggil mereka untuk melakukan pengusiran roh. Sehingga Kangmin selalu membeli makanan di luar karena jika ia memaksa untuk masak sendiri bisa-bisa saat orang tuanya kembali yang mereka dapati adalah keadaan rumah yang hancur.

Sepulang membeli makan malam, Kangmin memutuskan memilih jalan memutar agar ia bisa melewati rumah Minchan. Saat ia tiba di jalanan rumah Minchan, Kangmin melambatkan langkahnya. Mana tahu ia mendengar suara Minchan memanggilnya meski kemungkinannya hampir nol besar. Tak mungkin Minchan memanggilnya karena Ayah Minchan sangat membenci keluarga Yoo.

Kangmin tentu saja marah saat tahu alasan Ayah Minchan membenci keluarganya hanya karena pekerjaan sampingan orang tuanya. Memangnya apa yang salah menjadi seseorang yang mampu mengusir roh? Toh, bukan berarti dia bekerja sama dengan iblis kan?

Kolot sekali pemikirannya, begitu pikir Kangmin.

Kangmin menghela nafas. Rumah Minchan terlampau sepi meski sekarang baru pukul delapan malam. Pun Kangmin tidak mendengar suara serangga malam berbunyi di pekarangan rumah itu.

Kangmin mengendikkan bahunya, hendak melanjutkan kembali langkahnya. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara benda pecah dari arah rumah Minchan.

Terlampau penasaran, Kangmin memutuskan untuk memasuki pekarangan rumah itu meski mungkin akhirnya ia akan ditendang keluar. Suara dari dalam rumah terdengar bising oleh teriakan-teriakan. Kangmin mencoba untuk mengetuk pintu tetapi sepertinya suara ketukannya teredam oleh teriakan itu.

"Ada apa sih?" gumam Kangmin tersengat rasa panik.

Kangmin melangkah mundur dari pintu agar ia bisa melihat kamar Minchan yang ada di lantai dua. Saat Kangmin mendongak, itu bertepatan dengan gorden jendela Minchan yang ditarik paksa oleh sang Ayah agar tertutup.

Kedua mata Kangmin melebar saat pikiran buruk mendatanginya. "Kak Minchan mau dipukul lagi ya?"

BRAKK!!!

[iii] Connect | VERIVERYWhere stories live. Discover now