¤01¤

241 58 15
                                    

Yongseung menoleh kesana-kemari, mengelilingi kamarnya, ruang kerjanya bahkan kamar Kangmin, ia juga telah membuka setiap laci dan memeriksa setiap meja, namun benda yang dicarinya tak kunjung ia temukan.

Ia mendengus seraya menyilangkan lengannya di depan dada. Rumus matematika tidak pernah ia lupakan tetapi mengapa hal sekecil ini ia selalu lupa? Yah, tidak ada manusia yang sempurna karena Tuhan tidak menghendakinya.

Menyerah, akhirnya Yongseung turun ke lantai bawah menghampiri Soora yang masih sibuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk Kangmin. "Melihat sesuatu yang kucari?" tanya Yongseung begitu sampai di samping Soora.

Soora tidak menoleh. Matanya fokus menatap brokoli yang sedang ia potong. "Memangnya kakak cari apa?"

"Hatimu."

Soora mendengus. Rasanya masih saja aneh ketika Yongseung menggombal seperti ini. Bagaimana tidak, kata-katanya memang manis tapi wajahnya masih saja datar. Orang yang tidak tahu Yongseung mungkin mengira bahwa ia tidak tulus mengungkapkannya.

"Kok nggak di jawab?" cemberut Yongseung melihat Soora sama sekali tidak menunjukkan ekspresi yang ia baca di google. Di google tertulis bahwa kalimat tersebut akan membuat pasangan salah tingkah. Nyatanya Soora masih bersikap biasa saja.

Ehm, tapi tidak tahu bagaimana kondisi di dalam hatinya.

"Jantung kamu normal?"

"Normal."

"Nggak yang gimana-gimana gitu?"

"Kak Yongseung mau cari apa?"

"Ehm," Yongseung menggantung sejenak sebelum akhirnya berkata. "Kacamataku, aku lupa menaruhnya dimana."

Pada akhirnya Soora meletakkan pisaunya. Ia berlalu mencari kacamata Yongseung sembari berkata. "Mau nyuruh cari kacamata aja pakai segala gombal."

"Ya buat bayaran gitu lho ceritanya,"

"Hm."

"Tapi kamu suka kan?"

Soora berjalan cepat meninggalkan dapur untuk menghindari Yongseung. Pipinya bersemu dan ia tidak mau Yongseung tahu, jika tahu mungkin Yongseung tidak akan berhenti menggodanya.

Syukurlah, semuanya kembali berjalan normal. Hidup mereka kembali ke jalan yang seharusnya. Mereka telah menjalani kehidupan normal seperti orang-orang diluaran sana.

Semoga kejadian yang telah berlalu itu tidak terulang kembali untuk kesekian kalinya.




***




Seusai mengontrol butiknya selama beberapa jam, Soora bersiap pergi. Ia harus segera menyelidiki tentang masa lalu para sahabat Yongseung. Mencari tahu tentang seluk beluk keluarganya dan dimana mereka tinggal sekarang. Serta yang tak kalah penting adalah dimana letak makam mereka.

Soora mencermati satu per satu kata yang tercetak jelas di atas lembaran putih itu. Di dalam mobil Soora membolak-balik dokumen yang diberikan oleh seseorang yang dulunya pernah bekerja di sekolah lama Yongseung. Dokumen itu berisi biodata serta beberapa tambahan detail mengenai mereka.

Setelah menangkap beberapa hal yang ia cari, Soora segera meraih benda pipih persegi panjang itu. Teleponnya berdering selama beberapa detik sebelum dijawab oleh pemiliknya.

"Halo?"

"Kak, aku belum nemu alamat rumah keluarga kak Dongheon yang sekarang. Tapi ini alamat lama rumah keluarganya kak Gyehyeon yang paling dekat dari butik, apa aku ke sana aja dulu?"

"Tapi pasti sudah pindah kan?"

Soora mengangguk meski Yongseung tidak melihatnya. "Ehm, aku coba aja dulu."

[iii] Connect | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang