¤17¤

135 49 15
                                    

⚠ Mengandung banyak umpatan kasar yang tidak di sensor ⚠














Jemari kecil Kim Kangmin meremat sekumpulan rumput yang mulai menguning itu sebelum akhirnya mencabutnya. Kakinya mulai kesemutan karena lelah menopang tubuhnya dengan berjongkok, ia lalu mendudukkan dirinya di atas tanah, tak peduli jika celananya harus kotor. Lagipula Soora dan Yongseung yang melihat Kangmin duduk di atas tanah tidak bereaksi apa-apa.

Setelah selesai dengan rumput, tangan mungilnya bergerak menuju batu nisan. Ia menghapus lumut-lumut yang menutupi nama di batu nisan itu.

Jo Gye Hyeon.

Itu yang tertulis di atas batu nisan berwarna hitam.

"Halo papa Gyehyeon!" sapa Kangmin ceria.

Mata Yongseung menyipit saat tersenyum karena tingkah anaknya itu. Tangannya terulur untuk mengusap surai hitam milik Kangmin penuh sayang.

"Papa Gyehyeon kangen nggak sama Kangmin? Kangmin kangen lho! Untuk menjenguk papa Gyehyeon saja, papaku, mamaku, dan Kangmin butuh perjuangan yang sangaatttttt panjang!" jelasnya bercerita menatap batu nisan dengan kakinya yang duduk bersila, seperti berbicara dengan seseorang, bukan benda mati.

"Kalau papa Gyehyeon juga kangen, tunggu Kangmin ya. Tunggu aja, jangan jemput! Kangmin masih muda, Kangmin nggak mau mati dulu. Nanti aja ketemunya kalau Kangmin udah tua." lanjutnya polos.

Soora menoleh terkejut pada Kangmin. "Nggak boleh ngomong gitu,"

"Tapi kan Kangmin benar, Ma? Mama mau Kangmin pergi dulu cuma buat nemuin papa Gyehyeon? Nanti kalau Kangmin pergi dulu Mama sama Papa pasti sedih, soalnya Kangmin kan belum punya adek."

Melihat binar polos dari mata Kangmin, Soora menghela nafas. Kalau sudah begini ia bingung harus menjawab apa. Ucapan Kangmin itu benar, ia juga masih polos sehingga belum terlalu mengerti, tetapi tetap saja ucapannya sedikit salah.

Mengerti bahwa Soora kebingungan untuk menjawab pertanyaan anaknya yang semakin hari bertambah cerdas, Yongseung segera berkata. "Kangmin nggak salah kok, tetapi ucapanmu kurang tepat."

"Seharunya gimana, Pa? Kalau Kangmin yang kangen kan Kangmin bisa nemuin papa Gyehyeon di sini, tapi kalau papa Gyehyeon yang kangen gimana?"

Yongseung nampak berpikir keras. Ia harus menjawab secara jelas pada Kangmin karena kalau tidak Kangmin akan salah tangkap yang nantinya justru menjadi bumerang baginya.

"Begini," Yongseung mengusap sebentar hidungnya. "Kalau papa Gyehyeon yang kangen, papa Gyehyeon tinggal lihat ke bawah. Di atas sana papa Gyehyeon bisa lihat apapun yang dia mau, kalau dia kangen Kangmin maka papa Gyehyeon tinggal lihat ke bawah ke tempat dimana pun Kangmin berada."

Kangmin mendongak menatap awan-awan yang bergerak seperti karnaval di langit yang berwarna biru cerah. "Waaahh, hebat dong? Berarti Kangmin nggak perlu datang kesini!" jawabnya riang.

Dahi Yongseung terlipat bingung. "Lho, kenapa?"

"Kata papa di atas sana papa Gyehyeon bisa lihat apapun yang dia mau. Jadi kalau Kangmin kangen kan tinggal bilang 'Papa Gyehyeon coba lihat Kangmin. Kangmin kangen nih, mau cerita.' gitu kan, Pa?" jawabnya seraya memperagakan seseorang yang sedang berdoa sambil menatap ke arah langit.

Soora dan Yongseung sontak menepuk jidat bersamaan.

Lihat, saking cerdasnya Kangmin, ia bisa berpikir cara alternatif seperti itu.

"Bukan begitu," helaan nafas sudah terdengar keluar dari hidung Yongseung, padahal ia baru saja mengucap dua kata. "Anggap saja begini, di sini ini rumah papa Gyehyeon," ujar Yongseung seraya menunjuk makam Gyehyeon di depan mereka.

[iii] Connect | VERIVERYWhere stories live. Discover now