#7 ‒ Rumah Aretha

Start from the beginning
                                    

Lalu, ia berjalan ingin kembali ke kelas. Lorong sekolah sudah sepi karena para murid dan guru sudah melanjutkan kegiatan belajar mengajarnya. Sepanjang perjalanan kembali ke kelas, Aretha merasa ada yang mengikutinya langkahnya. Saat ia berbalik, tidak ada siapapun di belakangnya.

'Masa ada setan sih siang-siang?' ia merinding membayangkan hal-hal yang berbau horror.

Gadis itu kembali mempercepat langkahnya menjauhi kawasan tersebut tanpa menoleh sama sekali.

Sementara, tanpa ia ketahui, tidak jauh dari tempatnya berdiri sudah ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

"Liat aja lo Aretha!"

♚☠♛

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Seperti apa yang Alden katakan tadi bahwa Aretha akan diantar oleh pria itu, ketika Aretha sudah sampai di aula yang mengarah ke parkiran, ia melihat Alden dengan kelima temannya sedang berada di parkiran motor dengan Alden yang bersandar di motor besarnya sembari menghisap rokok yang terselip diantara dua jarinya.

 Seperti apa yang Alden katakan tadi bahwa Aretha akan diantar oleh pria itu, ketika Aretha sudah sampai di aula yang mengarah ke parkiran, ia melihat Alden dengan kelima temannya sedang berada di parkiran motor dengan Alden yang bersandar di moto...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tatapan mereka pun bertemu. Alden mengeluarkan gesture tangannya, memanggil gadis itu untuk mendekat, lalu membuang rokoknya ke tanah dan menginjaknya.

Ia pun melempar helm yang ada di tangannya ke Aretha pelan lalu menaiki motornya, "Pakai tuh helm."

Aretha hanya menuruti perintah Alden dan ikut menaiki motor itu.

Seperti biasa, pusat perhatian berhasil direbut oleh seorang Alden Joshua Gracio. Sudah banyak pasang mata menatap para anggota Dankevoort. Tepatnya ke arah Alden dan Aretha yang berada di boncengan pria itu.

"Gue duluan. Lo pada ke markas aja, ntar gue nyusul." mereka semua hanya mengangguk, menuruti perintah sang Ketua. 

Alden menjalankan motornya membelah kota Jakarta yang cukup lengang siang ini.

Sementara di ujung aula, seseorang sudah menatap mereka dengan tatapan iri dan benci, tidak, bukan mereka, melainkan hanya Aretha seorang.

"Harus gue kasih pelajaran ini orang!" ucap orang itu dengan tatapan penuh emosi, lalu pergi meninggalkan aula.

♚☠♛

Sepanjang perjalanan di isi dengan keheningan. Baik Alden yang diam saja dan Aretha yang tidak cukup berani membuka topik pembicaraan dengan kakak kelasnya yang menurut Aretha cukup gila dan nekat ini.

Setelah lima belas menit berlalu dengan keheningan, akhirnya mereka sampai di komplek perumahan Aretha.

"Kak, berhentiin gue di depan halte itu aja, gak jauh kok rumah gue dari situ." Aretha menunjuk halte yang biasa menjadi tempat pemberhentian bus sekolah yang mengantar dan menjemputnya.

"Gue anter sampe depan rumah." balas Alden.

Aretha hanya memikirkan apabila diantar sampai depan rumah, ia takut Mamanya sedang berada di kebun keluarganya yang terletak di depan rumah. Karena biasa jam segini Mamanya akan berkutat dengan tanaman-tanamannya sampai Papanya kembali. Secinta itu Mamanya dengan tanaman.

ALDENWhere stories live. Discover now