Ignite ; Pertemuan empat nadi

2K 205 61
                                    

Siang itu tidak seperti siang biasa nya. Jihoon terbangun dari tidur siangnya, tidak menemukan kembarannya diatas ranjang lantas membuat anak berusia lima belas tahun itu bangkit menuju keluar kamar.

Mendung disiang hari rasanya aneh bagi sebagian orang, termasuk Jihoon. Anak itu mengintip dibalik lemari, menatap polos Ayah Bunda dan Doyoung yang tengah berhadapan dengan seorang wanita tua berpakaian khas dengan corak coklat dan anting yang terbuat dari tulang.

Jihoon menyerngit, tidak bisa mendengar apa yang diucapkan oleh wanita itu. Namun Ayah dan Bunda tampak terkejut, bahkan Bunda terlihat hampir menangis disebelah Ayah.

Doyoung menatap lengan yang baru saja disentuh dan diusap oleh sang wanita tersebut kemudian segera menariknya dengan tatapan datar.

"Dari sini, aku bisa mengharapkan hal-hal besar kepadamu." Hanya kalimat itu yang terdengar oleh Jihoon.

Doyoung menoleh kepada orang tua mereka kemudian menatap tangannya lagi. Ayah kemudian mempersilahkan seseorang yang Jihoon ketahui adalah paman penjaga pom bensin di depan gerbang perumahannya untuk mengantar sang wanita tua keluar dari rumah mereka.

"Rao... Janji kepada Bunda, jangan pernah katakan kepada orang lain tentang apa yang Seer ucapkan kepadamu tadi. Mengerti?!" Bunda meremat kedua pundak Doyoung. Menatap sang anak dengan tatapan serius dan khawatir.

"Ai juga?" Doyoung bertanya lirih.

Bunda mengangguk heboh. "Ya, bahkan Aiur juga. Kamu harus bisa merahasiakan ini semua."

Doyoung mengangguk perlahan. Menyetujui apa yang Bunda inginkan, dilain sisi Jihoon bingung dan merasa kecewa disaat bersamaan. Dia dan Doyoung tidak pernah merahasiakan apapun, tapi... Apa yang membuat Bunda harus menekan Doyoung merahasiakan apa yang dikatakan wanita tua itu kepada Doyoung?















•••

















Namun, rasa penasaran Jihoon begitu saja tertuntaskan dua hari setelahnya.

Wanita tua itu kembali, dengan wajah datarnya, tatapan tajamnya dan kali ini Jihoon sendirilah yang berhadapan dengan wanita itu. Bunda menarik tangan Jihoon, menunjukkannya kepada sang wanita tua.

Tangan Jihoon diusap, wanita itu memejamkan mata kemudian menghela nafas berat. Satu kuku dari jempol wanita itu menekan kulit Jihoon hingga Jihoon meringis. Rasanya perih dan tiba-tiba tangan Jihoon memerah.

"Dia membawanya." Kata Wanita itu sembari membuka mata. "great apple."

"Dia?!" Ayah mengulang dengan suara gemetar.

Jihoon tidak mengerti, namun suara panik Ayah dan Bunda yang tiba-tiba menangis membuat dirinya merasa telah membuat kesalahan. Jihoon takut, wanita itu juga terus menekan tangannya seolah abai dengan ringisan Jihoon.

Perlahan, wanita itu mengusap tangan Jihoon lagi. Kali ini menariknya kemudian menghirup udara disekitar tangan Jihoon.

"Dia... Tidak punya mate." Bisik si wanita membuat Jihoon membola.

"Apa maksudmu?"

Wanita itu malah tersenyum. "Kau terlahir tanpa mate, manis. Dan didalam tubuhmu, ada great apple. Kehadiranmu akan membawa mala petaka didunia ini."

Jihoon mengepalkan tangannya. Marah dan takut, apalagi setelahnya Bunda mengajak Jihoon meninggalkan si wanita itu. Bunda menyuruh Jihoon kembali ke kamarnya, tanpa mengucapkan apapun Jihoon kembali dengan rasa lebih kecewa.

IGNITE | binhoon ft. dodamWhere stories live. Discover now