Neira menyerahkan Ares dengan hati-hati, Ares tampak sedikit kebingungan tapi dia tidak rewel.

"Jadi, itu anak kandung kalian?"

"Bukan, tapi aku sangat ingin mengakuinya kepada seluruh dunia bahwa dia anak kandungku."

"Apa?! Lantas dia anak siapa, Revan?"

"Tidak penting dia anak siapa. Sekarang dia anakku dan Neira."

"Oma lihat dia memakai BTE, jadi dia tidak bisa mendengar?"

"Bukan tidak bisa, pendengarannya hanya terganggu."

Semua orang masih mencerna penjelasan dari Revan, berita yang cukup mengejutkan karena itu artinya anggota Aksara akan bertambah lagi.

Mereka memang jarang mendengar kabar dari Revan. Orangnya memang sangat tertutup untuk kehidupan pribadinya.

Neira sendiri sangat panik, jika Ares tidak diterima lebih baik mereka pergi saja. Revan menguatkan pegangan tangan mereka. Tangan Neira sangat dingin menunggu respon yang lain.

"Tidak masalah sih, bukan hal buruk juga kok," kata Tante Dian, yang lainnya mengangguk. Mama Risa cukup lega. Kakak Revan sendiri memang sudah tahu hal ini karena Revan pernah membawa Neira dan Ares ke restorannya.

"Ya sudah, kita lanjut makan saja, kita barbeque-an," lanjut Tante Dian bersemangat, agar suasana tidak tegang lagi. Tante Dian dan suaminya juga setuju saja sih, toh yang menjalani kan keponakannya, yang tahu pasti juga keponakannya. Ia merasa tidak terlalu berhak mencampuri urusan anak kakaknya itu, ditambah Revan tidak akan membuat citra keluarga Aksara buruk.

Sama seperti saat dulu Revan memutuskan untuk menikah dengan Neira yang memiliki status sosial yang berbeda, ternyata pilihannya tidak salah juga. Meski sempat ada perdebatan saat itu, tapi karena memang sudah jodohnya ya bersatu juga akhirnya.

Neira sibuk membantu Prita, Tante Dian, dan Mama Risa memanggang daging, sosis, baso dan masih banyak jenis lainnya. Sementara itu, Revan beserta para pria lainnya hanya berbincang ringan saja.

Anak-anak sendiri sedang bermain di atas alas yang digelar di rumput, tentu juga dibatasi dengan pagar agar mereka tidak bermain kemana-mana. Oma dan opa hanya diam mengamati yang lain sesekali menantu atau cucu menantunya menghampiri mereka, tak terkecuali Neira.

Neira yang tidak pandai beradaptasi dengan lingkungan baru, rasanya sudah deg-degan sekali, mereka juga baru bertemu satu kali waktu itu.

"Makanannya sudah jadii!" teriak Tante Dian.

Semua berjalan dan duduk di bangku yang tertata rapi dengan meja panjang di depannya.

Makanannya banyak sekali, berbagai macam olahan daging, ikan dan ayam tersedia di sana, ditambah hasil panggangan mereka tadi jadi berkali-kali lipat membuat perut kenyang sebelum makan karena ingin memcoba ini dan itu.

Sebenarnya Neira sedikit mual saat mencium bau sup ikan yang berada di dekatnya, baunya sangat amis soalnya tapi ia akan berusaha menahan semampunya, karena tidak enak dengan yang lain apabila ia minta sup ikan itu untuk dipindahkan.

Revan yang menyadari itu, memberikan biskuit yang sudah diambilnya dari tas kecil milik Ares.

Semua makan dengan lahap, dengan suara anak-anak yang ribut bertanya. Satu per satu mulai selesai makan, Revan tentu harus memberikan satu kabar lagi.

Sebenarnya pria itu juga ragu akan respon dari opa dan omanya. Tapi ia merasa bebannya hilang sedikit saat melihat Ares diterima dengan baik.

"Oma," panggil Revan. Oma Rosaline menunggu cucu kesayangannya berbicara, ah sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Jarak antar mereka jadi renggang semenjak kala itu.

"Revan ingin memberikan satu berita lagi." Semua orang menunggu dengan penasaran. Revan merangkul pundak istrinya yang tersenyum kaku.

"Neira hamil."

"Apa?!" pekik oma, raut wajahnya berubah sangat bahagia. "Ya ampun nak kamu hamil?"

"I-iya oma."

"Kalian itu kenapa gak kabarin ke oma sih. Kalau engga kan oma udah kirimin banyak makanan bergizi untuk Neira."

Satu lagi beban Revan terangkat, respon keluarganya mendengar kehamilan Neira membuat hatinya cukup tenang. Ia membalas senyuman Neira, tangannya terulur mengelus rambut Neira. Istrinya ingin menangis, dan Revan ikut senang.

Suasana menjadi ramai, berlomba mengucapkan selamat dan nasehat untuk Neira, Tante Dian juga bercerita pengalamannya saat hamil dulu, dan tentunya mendoakan calon anaknya yang masih berusia hampir tiga bulan.

Semua tampak bahagia, kecuali satu orang yang hanya memasang wajah datar, dan menunjukkan senyum palsunya. Satu orang yang Revan coba abaikan atensinya meski dia terus mengawasi orang itu.

Opanya.

Opa Reno.

👶👶👶

Note: Terima kasih sudah meramaikan yaw 💜.

Maaf lebih pendek ✌🏻.

Btw, aku juga jadi deg-degan takut konfliknya berat 😅.

Udah tau kan Reno siapa? Hehe.

Jaga kesehatan dan semoga dilancarkan selalu yaa 🧚‍♀.

Jangan lupa vote dan komen gais.

Bye.

7 Juli 2021.

PARENTS [END]Where stories live. Discover now