BAB 10 || Pergi Bersama

170 18 8
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum temen-temen semuanya.
Gimana nih kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat walafiat, ya. Aamiin
Sebelumnya terimakasih sudah berkunjung❣️
Author ucapkan selamat datang di Senandung Do'a : Anisa & Husein.
Jangan lupa klik gambar bintangnya, sebagai dukungan buat Author❣️

~Happy Reading ~


Mentari sudah memunculkan dirinya pagi ini, udara terasa begitu segar setelah semalam diguyur oleh hujan. Aku dan Husein sudah siap dengan perlengkapan kami masing-masing. Ini masih pukul 6 pagi, tapi kami memutuskan untuk berangkat sekolah sekarang. Alasan utamanya adalah untuk meminimalisir murid-murid lain melihat kedatangan kita berdua. Untuk kesekian kalinya aku ingatkan, kalau pemuda tinggi itu sangat terkenal di sekolah. Jujur malas sekali harus mengakui kepopulerannya itu.

"Udah siap?" tanya Husein, aku yang masih berdiri di depan cermin kembali melihat penampilanku, dirasa sudah rapi aku pun menghampiri Husein yang sedari tadi memperhatikan aku bersiap.

"Udah, ayo!" pekik ku semangat, Husein memberikan sebuah helm berwarna pink dengan tempelan stiker Hello Kitty juga ukiran namaku di sisi kanannya.

"Kapan kamu beli ini?" tanyaku sembari membuntuti Husein menuruni anak tangga.

"Udah lama," kata pemuda itu singkat.

"Kok aku baru tahu."

"Orang kamu baru kali ini liat, ya jelas kamu baru tahu. Aku sengaja beli soalnya mulai dari sekarang kamu pulang pergi sekolah bareng aku," tumben sekali dia berujar cukup panjang, aku hanya mengangguk mengerti mendengar penjelasannya barusan. Sampai di teras rumah, dia mengunci pintu utama lalu memberikannya padaku.

"Kamu yang pegang," lanjutnya. Tanpa banyak protes aku langsung meraih benda kecil itu dan memasukkannya kedalam tas.

Husein menyuruhku untuk menunggu selagi dia mengambil motornya di garasi. Mataku membulat saat melihat pria itu mengendarai motor yang tingginya membuatku kesulitan untuk menelan ludah.

"N-naik motor ini?" tanyaku terbata sembari menunjuk motor yang ditumpangi Husein

"Iya, kenapa?"

"Gak ada motor lain? Motor matic kamu mana, pake itu aja."

"Gak ada, ketinggalan di rumah Ayah. Kamu takut naik motor ini?" Aku menganggukkan kepala saat mendengar pertanyaannya barusan.

"Bukannya waktu itu aku pernah anterin kamu pulang pake motor ini," lanjutnya.

"Kamu gak tau aja sepanjang perjalanan aku ketar-ketir takut kejungkel kebelakang gara-gara joknya tinggi banget, sampe bingung aku harus pegangan sama apa biar gak jatoh, mau pegang kamu waktu itukan gak mungkin." Aku menjelaskan semuanya sekalian menumpahkan keluh kesahku waktu itu saat diantar pulang oleh Husein.

"Hahahaha, tenang aja gak usah takut jatoh, sekarang kan kamu udah bisa pegang aku kalo takut," enteng sekali mulutnya. Dari pada fokus pada apa yang pemuda itu katakan, aku malah lebih memperhatikan saat dia tertawa lepas. Itu pertama kalinya aku melihat selama 3 tahun aku mengenal dia.

"Husein, kamu ketawa?" Konyol, itu pertanyaan yang terdengar aneh saat aku mengucapkannya.

"Kenapa emangnya? Aku juga manusia, wajar kalo ketawa, 'kan?" seru pemuda itu, aku hanya mengangguk menahan senyum. Entah apa yang membuatku tersenyum, hanya saja ucapan Husein terdengar sedikit lucu.

"Ayo naik nanti keburu siang," titah pemuda tinggi itu.

.

.

Senandung Doa : Anisa & HuseinWhere stories live. Discover now