BAB 1 || Permintaan Umma & Abi

461 28 52
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum temen-temen semuanya.
Gimana nih kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat walafiat, ya. Aamiin
Sebelumnya terimakasih sudah berkunjung❣️
Author ucapkan selamat datang di Senandung Do'a : Anisa & Husein.
Jangan lupa klik gambar bintangnya, sebagai dukungan buat Author❣️

~Happy Reading ~


Kemarin malam adalah malam terburuk, setidaknya itu menurutku. Selepas solat Isya seperti biasa aku makan malam bersama keluargaku, ini bukan keluarga besar hanya terdiri dari Abi, Umma, dan tentu saja aku.
Selama ini tidak ada keanehan yang menyelimuti makan malam kami, sebelum kalimat yang dilontarkan Umma berhasil membuat nasi yang belum halus aku kunyah langsung tertelan dan membuatku tersedak.

"Umma bercanda, ya?" tanyaku setelah meminum air.

"Apa raut wajah Umma terlihat bercanda?" malaikat tanpa sayapku menatap dengan wajah serius.

"Tapi Umma, ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi, Nisa gak mau dijodohkan seperti itu," tegasku, Umma ini ada-ada saja. Bagaiman bisa dia berniat menjodohkan aku dengan cucu dari sahabatnya kakek.

"Nis, dengerin Umma. Ini demi kebaikan kamu sayang, Umma cuma tidak mau anak gadis Umma satu-satunya ini sampai salah langkah, kamu tahukan bagaimana mengerikannya pergaulan anak zaman sekarang?" memang pergaulan anak zaman sekarang sangatlah kacau, aku memaklumi jika Umma khawatir tentang itu. Tapi, kenapa harus dengan cara seperti ini, menjodohkan aku dengan orang yang tidak aku kenal secara mendadak.

"Iya Umma, jelas Nisa tahu betul bagaimana pergaulan anak zaman sekarang. Tapi selama ini Nisa bisa menjaga diri dengan baik. Abi--"

"Umma kamu benar sayang, Abi setuju. Terlebih ini amanah dari alm. kakek kamu, ayahnya Abi." Niatku tadi ingin meminta pembelaan, namun sebelum itu terjadi lelaki yang merupakan cinta pertamaku itu langsung mematahkan harapan yang aku bangun dengan begitu saja. Ternyata Abi juga setuju dengan Umma.

"Abi gak mau ... maksudnya, Nisa akan setuju kalau saja perjodohan ini dilakukan nanti, bukan sekarang. Nisa masih sekolah Abi." Tidak ingin menyerah, akupun mulai memberikan alasan yang menurutku logis kepada Abi.

"Nah itu justru lebih bagus, biar ada yang jagain kamu. Udah kamu nurut aja sama Abi dan Umma, kami tahu mana yang terbaik buat kamu. Selama ini Abi dan Umma selalu nurutin kemauan Nisa, 'kan? sekarang giliran kamu yang nurutin kemauan kita yang satu ini, bisa?" pintanya, dari apa yang disampaikan barusan saja jelas Abi tidak ingin aku menolak lagi.
Memang selama ini semua keinginanku selalu dikabulkan karena aku anak satu-satunya di keluarga ini, dan sekarang Abi memintaku untuk menurutinya sebagai balasan atas apa yang mereka lakukan kepadaku. Tidak cukup adil, tapi hal ini memang tidak sebanding dengan semua keinginanku yang selalu terkabul.

"Ya udah, kalo ini memang yang terbaik, In sha Allah Nisa setuju." Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk menyetujui permintaan ajaib kedua orang tuaku itu.

****

"Nisa, kok ngelamun terus nanti kesambet, lho!" tegur Nabila, dia sahabatku.

"Aku lagi ngafalin rumus Bil, bukan ngelamun. Kamu gak lupa 'kan hari ini ada ulangan fisika?" jawabku berbohong. Tidak, lebih tepatnya setengah berbohong karena aku memang sedang menghafal rumus walaupun kalimat perjodohan yang dilontarkan orangtuaku lebih mendominasi pikiran.

"Astaghfirullah! Kok kamu baru ngasih tau sekarang, sih?" kebiasaan buruknya tidak pernah hilang semenjak SMP, Nabila adalah orang pelupa –hanya berlaku saat ada ulangan saja–.

Senandung Doa : Anisa & HuseinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang