BAB 2 || Bertemu Mr. Jodoh?

271 29 60
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum temen-temen semuanya.
Gimana nih kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat walafiat, ya. Aamiin
Sebelumnya terimakasih sudah berkunjung❣️
Author ucapkan selamat datang di Senandung Do'a : Anisa & Husein.
Jangan lupa klik gambar bintangnya, sebagai dukungan buat Author❣️

~Happy Reading ~


Jika dulu selepas pulang sekolah rumah adalah tempat utama yang paling dituju, beda halnya dengan sekarang. Bahkan rasanya malas sekali untuk sekedar kembali pulang. Bukan sudah tidak betah, tapi melihat Umma yang senyum-senyum membahas tentang perjodohan itu membuatku malah ingin menangis. Aku mungkin saja berdosa karena tidak senang melihat orang tuaku bahagia, yang jelas aku masih belum bisa menerima dengan nyata bahwa aku sudah dijodohkan oleh Abi dan Umma.

"Assalamualaikum," salamku saat sampai diruang keluarga.

"Waalaikumsalam!" jawaban salam dengan nada berteriak aku terima dari Umma yang sedang memasak di dapur. Aku menghampiri wanita hebatku itu dan melihatnya yang sedang sibuk memasukan sayuran yang barusan dipotongnya kedalam panci.

"Umma masak apa, kayaknya banyak menu yang di masak hari ini?" tanyaku penasaran.

"Iya, Umaa sengaja masak banyak buat nanti makan malam." Sebelah alisku terangkat setelah mendengar jawabannya.

"Kok tumben? di rumah ini 'kan cuma ada kita bertiga, bukannya mubadzir ya Umma kalo tidak habis nanti?" tanyaku lagi, bukannya menjawab Umma malah tersenyum sembari menatapku.

"Kamu udah sholat ashar, Nis?" aku menunggu jawabannya, tapi Umma malah balik melempar pertanyaan.

"Alhamdulillah, udah tadi di sekolah."

"Ya udah, sana sekarang kamu mandi udah jam setengah 5, jangan sampe nanti Abi pulang dari rumah Pak RT liat kamu masih belum mandi," titahnya. Aku langsung menyanggupi perintah Umma, karena memang Abi akan menegurku kalau aku belum mandi. 'Anak perawan jam segini belum mandi, mau mandi jam berapa? Kamu tahu gak kalau mandi mendekati maghrib itu nanti cahaya di wajahnya meredup?' kurang lebih seperti itu siraman qolbu yang Abi berikan kalau tahu aku belum mandi.

***

Sudah menjadi rutinitas setiap hari bila selepas shalat maghrib Umma dan aku akan mengaji bersama sampai adzan isya berkumandang. Sedangkan Abi akan pulang dari masjid setelah sholat Isya nanti, katanya sih biar sekalian saja.

"Shodaqallahul'adzim," ucapku menutup tadarus malam ini.

"Nisa, habis sholat isya kamu siap-siap ya, pakai gamis yang sudah Umma siapkan di lemari," kata Umma tiba-tiba. Aku mengerutkan dahiku sampai tercipta gelombang garis tipis disana.

"Buat apa Umma?"

"Jam 8 nanti, keluarga calon jodoh kamu akan bersilaturahmi kesini. Sekalian makan malam bersama." Sekarang aku paham kenapa hari ini Umma memasak banyak makanan, ternyata keluarga calon jodohku akan datang berkunjung.

Aku menghela nafas, rasanya ingin menangis saja. "Baik Umma, kalo gitu Nisa ke kamar dulu," sebelum beranjak ke lantai atas, aku sempatkan untuk mencium punggung tangan halus milik Umma dan setelah itu terasa sentuhan lembut dari balik mukena yang sedang aku kenakan.

Sesuai permintaan Umma, aku mengenakan gamis berawarna merah marun serta kerudung dengan warna serupa, tidak lupa aku memakai kaus kaki untuk menutup auratku. Setelah itu kupoleskan sedikit bedak dan juga perona bibir namun tidak terlalu tebal, hanya tipis dan terlihat samar. Sengaja aku sedikit berdandan malam ini, bukan niat ingin terlihat cantik di depan calon jodohku nanti, hanya saja aku tidak mau mempermalukan Umma dan Abi kalau aku terlihat berantakan dan dekil di depan tamu nanti.

Senandung Doa : Anisa & HuseinWhere stories live. Discover now