BAB 6 || Dia Tahu Segalanya

199 23 33
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum temen-temen semuanya.
Gimana nih kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat walafiat, ya. Aamiin
Sebelumnya terimakasih sudah berkunjung❣️
Author ucapkan selamat datang di Senandung Do'a : Anisa & Husein.
Jangan lupa klik gambar bintangnya, sebagai dukungan buat Author❣️

~Happy Reading ~


Hari semakin siang, sekarang sudah pukul 06.40 WOB dan kelas mulai dipenuhi oleh siswa-siswi yang berdatangan. Semenjak membongkar rahasia yang selama ini aku jaga kepada Nabila, keheningan mulai menyelimuti kami berdua. Atau lebih tepatnya aku yang menutup mulut dan menundukkan kepala enggan bertatapan dengan gadis berkerudung syar'i itu.

"Aku udah tahu, Nis." Sebuah kalimat terlontar dari mulut Nabila berhasil membuatku mengadakan kepala. "Aku udah tau kalo kamu sama Husein dijodohin dan kalian akan menikah," lanjutnya.

"Sejak kapan?" tanyaku tidak percaya.

"Hmm, dari dua minggu lalu sebenarnya aku udah mulai curiga kalo kalian ada apa-apa, karena gelagat kamu kalo liat Husein itu beda gak kayak biasanya. Dan tadi pagi aku gak sengaja nguping obrolan kalian, waktu papasan sama Husein aja dia kaget liat aku." Nabila menceritakan bagaimana dia bisa tahu masalah ini. Masih untung yang mendengar obrolan kami itu dia bukan orang lain.

"Terus, kenapa kamu--"

"Aku sengaja gak nanya, karena pengen tahu kamu bakalan cerita apa nggak. Dan ternyata sesuai dugaan, kamu nepatin perjanjian kita untuk saling terbuka satu sama lain," terang gadis itu lalu langsung menarik tubuhku masuk ke dalam pelukannya, dia begitu gembira sampai-sampai aku ikut tersenyum melihatnya.

"Kamu tau 'kan kalau salah satu ciri orang munafik itu bila berjanji dia ingkar, dan aku gak mau termasuk dalam golongan itu," ujarku lalu membalas pelukannya. Sekarang hatiku sedikit tenang karena Nabila sudah mengetahui apa yang terjadi di antara aku dan Husein.

"Btw Nisa, selamat ya. Semoga semuanya lancar sampai hari- h, jangan lupa undang aku nanti, ok?" bisik Nabila sembari menarik turunkan alisnya.

"Aku pasti undang kamu kok--"

"Undang apa nih?" Wisnu tiba-tiba memotong ucapanku dan terlihat penasaran tentang apa yang sedang kami bicarakan.

Aku dan Nabila saling menatap, kemudian sebuah seringai terpatri di wajah kami, "Kepo!" teriak kami serempak. Wisnu cemberut dengan mata yang mendelik kesal.

***

Lantunan suara adzan yang merdu bergema dari arah masjid sekolah, aku tahu itu suara Husein. Hatiku bergetar setiap kali mendengarnya mengumandangkan takbir. Maha besar Allah yang menciptakan bumi dan se-isinya, dialah dzat yang mengatur segala kehidupan makhluk-nya, termasuk tentang aku dan Husein.

"Nisa, ayo sholat," ajak Nabila. Aku membuka mata yang sedari tadi terpejam karena menghayati lantunan adzan.

"Hm, ayo!"

Sesampainya di masjid aku dan Nabila langsung mengambil air wudhu. Antrean nya cukup panjang karena semua siswi berbondong-bondong memasuki tempat itu. Hingga sampai pada giliranku, tak sengaja aku mendengar sekumpulan gadis tengah membicarakan Husein. Mereka begitu memuji pria yang akan menjadi suamiku itu.

"Gak usah didengar, ayo itu udah iqomah," Nabila menarik tanganku meninggalkan tempat wudhu. Hanya pembatas shaf yang menjadi penghalang jemaah laki-laki dan perempuan, sehingga kami hanya bisa mendengar suara sang imam tanpa tahu orang itu siapa.

Senandung Doa : Anisa & HuseinWhere stories live. Discover now