#20

44.6K 6.1K 25
                                    

Melihat anak itu menangis entah kenapa membuat Lucas agak kaget, Lucas menelfon louise.

Louise mendatangi Ana yang menangis didepan tuannya yang hanya menatap dingin.

Louise menggendong ana dengan perlahan-lahan berbeda dengan menggendong Lucas tadi.

Ana masih menangis tanpa suara.

"Nona saya memiliki permen,eum A-ana mau??"

Bujukan Louise berhasil,Ana berhenti menangis membuka mata nya dan menatap louise.

Louise tersenyum dan membuka permen dengan satu tangannya yang tidak menggendong ana.

Ana kan kurus jadi mudah saja apalagi Louise bukan sembarang orang ia tangan kanan Lucas.

Ana mengambil permen berwarna pink dan kecil itu.

Ana memasukan ke mulut nya.

Tiba tiba ana memuntahkannya membuat louise segera menampung dengan tangannya tanpa rasa jijik.

Louise melepas sarung tangan kirinya dan membuangnya ke bak sampah.

Louise menatap ana bingung kenapa memuntahkannya?.

Ana kembali menangis membuat Louise kelimpungan.

Lucas yang merasa terabaikan tiba tiba menarik ana ke gendongan nya.

Namun mencekik.

Louise semakin panik.

"T-tuan gendong lah seperti saya ta-di.."

Ujar louise gugup.

Lucas menatap louise kemudian berbicara.

"Ck apa bedanya."

Tentu saja beda wahai tuanku.

"Anda akan mencekik nona kecil jika begitu."

Lucas mendecih kemudian mengubah gendongan dengan kaku,hampir membuat louise tertawa.

Memang memiliki tiga putra dulu Lucas menggendong nya pun hanya sempat saat putra pertama sudah berumur 4 tahun dan badan yabg besar,apalagi putranya itu sangat cuek meminta diturunkan.

"Hm?"

Louise yang mengerti mengangguk.

"Ya benar tuan."

Lucas masih menatap anak kecil yang menangis di gendongan nya dengan kaku.

"Diam."

Tegas Lucas memuat Ana tersentak dan diam ketakutan.

Louise diam diam mengumpat dalam hati melihat cara tuannya mengurus anak.

"Kenapa kau bisa ada di kamarku".

Ujar lucas dingin membuat Ana menunduk dalam gendongan Lucas dan diam.

Louise?rasanya ia ingin membenturkan kepalanya melihat cara tuannya menginterogasi anak kecil.

Ana hanya diam kalian tau alasannya bukan ana memang tidak pernah mengeluarkan suara.

"T-tuan nona kecil tidak pernah berbicara dari awal datang".

Ujar louise membuat lucas mengernyitkan dahi.

"Hm?"

Louise berkeringat dingin ia kemarin lupa memberitahukan tentang lidah Ana, bagaimana bisa ia melupakan hal sepenting ini.

"Lidah non-"

Ucapan louise terpotong ketika Ana menatap louise marah.

"Hggg"

Ana seperti mengeram membuat kedua lelaki itu menengok.

Lucas terlihat sedikit bingung,Dan louise yang kaget.

Ana masih menatap Louise marah baru kali ini ana mengeluarkan ekspresi namun bukannya mengerikan malah terlihat gemas.

Lucas seperti mengerti ia memberi isyarat Louise untuk diam.

Louise menurut.

Lucas menepuk anak itu.

Ana kembali ke ekspresi semula.

Polos dan lucu.

"Anak kecil kau menyelinap huh?"

Pertanyaan Lucas dijawab gelengan Ana.

Ana menatap lucas.

Louise terdiam biasanya anak anak takut dengan tuannya ah jangankan anak anak bahkan orang dewasa pun Juga.

Aura lucas sangat gelap dan menakutkan apalagi katanya tatapannya sangat tajam.

"Lalu apa selain menyelinap?bersembunyi?"

Sinisan Lucas dibalas gelengan Ana.

Baru kali ini Lucas berbicara panjang lebar.

"Kenapa tidak berbicara?apa lidahmu atau mulutmu tidak berguna?"..

Ucapan Lucas membuat louise terdiam.

"T-tuan"

"Diam louise dan keluar"

Ucapan lucas membuat louise menghela nafas diam diam dan segera keluar meninggalkan dua insan berbeda kelamin juga umur.

Ana mendongak menatap Lucas aneh kemudian membuka bibir mungilnya.

Ia menarik sebelah tangan lucas yang besar dan memasukkan jari telunjuk Lucas kearah mulutnya.

Lucas menatap bingung dan terkejut saat jarinya menyentuh lidah mungil yang terasa kasar.

Lucas mengeluarkan jarinya kasar dan meletakkan ana dipinggir kasurnya yang lebar sangat besar.

Lucas naik ke kasurnya dan duduk dengan baju kerjanya ditengah tengahnya.

Ia menarik ana menuju dirinya.

Ana hanya diam.

Lucas berhadapan dengan ana dikasur.

Ana kagum kasur ini sangat amat lembut dan empuk.

Ana tersentak saat merasakan lucas menarik rahangnya.

Ia mendongak menatap lucas yang duduk dihadapannya.

"Buka."

Ana menatap Lucas bingung, Lucas menatap tajam.

"Mulut."

Ana yang mengerti membukanya.

"Keluarkan lidahmu bocah".

Ujar lucas membuat ana menjulurkan lidah kecilnya.

Lucas terkejut melihat banyak luka sayatan dan tusukan di lidah mungil Ana.

Ia sering membunuh dan menghabisi nyawa orang yang dianggap menggangunya namun ia merasa aneh dan kesal saat melihat ana Seperti ini.

•••

Je papa is erg onbeleefd!! [END]Where stories live. Discover now