Balas Budi Jadi Cinta - Alfa

8 1 0
                                    

Balas Budi Jadi Cinta

Di sebuah pesta perpisahan SMP, seorang wanita merasa khawatir bahwa penampilanya tidak maksimal saat pertunjukan tari nanti. Padahal, acara pertunjukkan tari yang akan dia lakukan bersama teman tarinya itu adalah pertunjukan penutupan pada acara ini. Sungguh disayangkan kalau pertunjukkannya kurang maksimal. Wanita itu bernama Sofia.

*(Kata SMP sebaiknya gunakan kepanjangan saja jika di tulis dalam suatu cerita, kegunaannya agar jelas)

Namun, ketika acara selanjutnya adalah pertunjukkan tari, tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari microphone berkata, “Baiklah semuanya … waktunya berpesta!”

Tiba-tiba, pentas pertunjukan menggema suara  DJ yang membuat semua orang, termasuk penyusun acara kaget bukan main. Mereka tidak menyangka akan ada anak nakal yang membuat acara telah disusun dengan rapi menjadi tidak beraturan seperti ini. Namun, tidak ada yang dapat menghentikan musik tersebut, karena para murid malah banyak yang ikut berjoget memeriahkan pesta perpisahan itu.

***

Beberapa tahun kemudian, di sebuah kelas, seorang pria melempar permen karet dari mulutnya, ke papan tulis kelas. Pria itu ternyata adalah Tom. Dia melakukan itu karena bosan dan tidak mengerti dengan ibu guru yang  mengajar dengan cuma melihat papan tulis. Dia kesal dan melakukan hal itu begitu saja.

Ibu guru kaget dan berhenti menulis. Dia menutup spidol dan beralih ke arah murid-murid kelas tersebut.

“Siapa yang melempar permen karet ini?!”

Semua murid kelas itu tahu pelakunya karena itu sudah sangat jelas. Tadi Tom melemparnya sambil berdiri. Hebatnya, dia langsung duduk dan memasang tampang polos tak bersalah setelah itu.

Bu guru menoleh dan membaca bahasa tubuh anak muridnya. Terlihat raut wajah takut kepada kebanyakan murid, kecuali Tom yang pura-pura melihat bu guru seperti tidak ada masalah. Perbuatan onar dari Tom sebelumnya, membuat sorot mata tajam bu guru tertuju pada Tom.

“Saya yang melakukannya, Bu. Maaf saya tidak senagaja.” Sofia menunjuk tangan dan maju ke depan untuk membersihkan permen karetnya.

Alasan tersebut sangat jelas dibuat-buat dan membuat bu guru sangat jengkel dan marah.

“Sofia, sekarang, kamu berdiri di tiang bendera sampai jam pulang.” Saat itu, jam menunjukkan 11.49.

“Baik, Bu.” Sofia berlalu menuruti kehendak bu guru.

Tom merasa heran akan sikap Sofia yang seakan melindunginya.

Ketika jam pulang. Sofia bergegas kembali ke kelas mengambil ranselnya. Di kelas, anak-anak yang lain sudah pulang kecuali Tom. Tom duduk di atas meja, memandangi Sofia yang berjalan ke arah bangkunya.

“Maksud lo apa tadi?” tanya Tom.

“Gak ada maksud, tuh.” Sofia melewati Tom, mengemasi barang-barangnya, dan memasukkannya ke ransel. Sofia mengenakan tasnya dan menuju pintu keluar kembali.

Ketika melewati Tom lagi, tiba-tiba Tom memegang tangan Sofia dan berkata, “Gue gak mau ya berutang budi sama lo. Cepat katakan alasan lo lakuin hal tadi. Mau lo apa?”

“Lo tau gak … lo punya keluarga di rumah ‘kan. Masa lo buat onar terus bikin bobot segunug yang bisa nendang lu dari sekolah ini. Lo sadar ga si, umur segini tu lo harus mikir ke situ. Lu malah gak peduli dengan orang-orang sekitar yang peduli sama, lo! Lo jangan ikutin ego lu aja, ngerti?”

Tom terhening dan melepaskan pegangannya pada tangan Sofia. Merasa tidak terhalang lagi, Sofia melanjutkan langkahnya untuk keluar dari kelas dan pulang.

Tom mulai berpikir dan tersadar bahwa perkataan Sofia itu benar. Setelah dihitung dan sedikit ditelusuri, Tom mengakui bahwa tidak heran kalau sekarang mungkin saja dia memperoleh bobot tertinggi di sekolah yang mengancam dirinya sendiri untuk mendapat bobot batas, hingga pada akhirnya bias-bisa membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Dia merenung beberapa menit di kelas dan kembali pulang dengan motor BMX-nya.

Keesokan harinya, Tom bersikap sedikit aneh. Dia yang sering ribut di kelas, kini menjadi kalem dan tenang.  Hari demi hari berlalu dan Tom sekarang menjadi pribadi yang lebih baik. Sementara itu, beberapa kali Tom dan Sofia sering tidak sengaja bertemu pandang. Saat itu, Tom sering mengalihkan pandangannya dan salah tingkah.

Pada suatu hari, karena merasa tidak tahan dengan perasaan yang terpendam, Tom memberanikan diri mengajak Sofia jadian di belakang sekolah.

Tom yang mengungkapkan perasaannya dengan tulus. Tom berpikir akan ditolak, namun ternyata Sofia menerimanya.

*(Kata 'namun' digunakan untuk awal kalimat, bukan di tengah. Kalau di tengah, gunakan kata 'tetapi')

Tom bertanya tentang apa yang membuat Sofia dengan mudah menerimanya begitu saja. Sofia menjawab, bahwa dia sebenarnya sudah jatuh cinta pada Tom sejak perpisahan SMP---dimana saat itu, Sofia yang kakinya terkilir ketika akan tampil, tidak jadi tampil. Secara tidak langsung, hal itu menyelamatkan Sofia dan kawan-kawannya dari penampilan yang buruk pada acara perpisahan itu. Ketika menyadari Tom sekelas dengannya, saat itu juga Sofia diam-diam memperhatikan Tom.

*(Di mana, dipisah)

Story by Al_Tuojuhjan

Bukan Kepala Yang Kehilangan TubuhOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz