Part 45 (A Problem)

296 47 2
                                    

Jatuh cinta tidak pernah salah memilih hati untuk di cintai. Jatuh cinta hanya terkadang salah memilih waktu untuk jatuh.

PLAY MUSIC
CRUSH- BEAUTIFUL

******

Wajah dingin, tatapan tajam, serta kedua tangan yang dilipat di depan dada menjadi ciri khas seorang Naina Aldebaran. Wajar saja jika banyak orang yang mengangap Naina sombong dan terlihat aneh karena memang gadis itu tidak suka tersenyum ataupun menyapa duluan. Namun, walaupun beberapa orang menganggapnya aneh, Naina sama sekali tidak menghiraukannya, karena kepribadian ini adalah ciri khas dirinya. Sekali hal itu tidak menggangu kehidupan mereka, untuk apa Naina dibuat pusing hanya karena omong kosong dari mereka?

Begitulah manusia, mereka sangat suka mencampuri urusan orang lain sehingga lupa bagaimana caranya mengurus diri mereka sendiri.

Saat melewati koridor kelas, Naina tidak sengaja menatap Nathan yang saat ini sedang duduk di depan koridor kelas 11-1. Ia benar-benar bingung saat ini, tidak mungkin jika ia harus putar balik, bukan?

Naina mengembuskan kasar napasnya lalu berjalan dengan santai menuju kelasnya.

"Hai, Nai!" sapa Ardian, "wajah lo kenapa kek orang gelisah gitu, lo lupa bikin tugas rumah atau lupa buang air besar, Nai?"

Mendengar ucapan dari Ardian, membuat Nathan yang tadinya sibuk mengelap gitar kesayangannya itu menoleh, menatap lekat wajah Naina yang terlihat begitu gelisah. Tidak seperti biasanya Naina memasang ekspresi seperti itu.

"Toilet cewek nggak jauh-jauh amat kok, Nai!" kata Ardian sembari terkekeh kecil.

"Lo apa-apaan, sih!" gumam Naina. Satu tangannya nampak terangkat ke atas, bersiap akan melayangkan pukulan tepat di punggung Ardian. Namun, ketua kelas bobrok itu segera mundur sembari memegangi perutnya.

"Aduh, kenapa perut gue tiba-tiba mules banget, ya? Oh iya, gue lupa kalau gue udah nggak buang air besar selama satu minggu," kata Ardian sembari berlari menuju toilet.

"Hai, Nai!" sapa Nathan.

Naina tersenyum tipis. "Hai."

"Kenapa lo nggak balas dm gue semalam?"

"Gue lagi nggak mood buat main ponsel," jawab Naina.

"Oh iya, nanti sore lo mau nggak belajar bareng sama gue?"

Naina kembali tersenyum canggung, ia benar-benar bingung harus menjawab apa saat ini.

"Em, pulang sekolah nanti gue ada janji sama seseorang. Maaf ya, Nat," balas Naina lalu segera masuk ke dalam kelas. Meninggalkan Nathan yang saat ini hanya bisa mengangkat bahunya acuh lalu kembali sibuk mengelap gitar kesayangannya.

Pelajaran pertama untuk kelas 11-1 hari ini adalah matematika, pelajaran yang hampir dibenci oleh sejuta umat karena pelajarannya yang begitu rumit.

"Hari ini kita akan belajar fungsi trigonometri, ada yang tahu apa itu fungsi trigonometri?" tanya Pak Deru sembari menatap wajah-wajah melas kelas 11-1.

Kelas mereka termasuk kelas unggulan karena hampir sebagain besar berisi anak-anak yang sangat pandai. Namun, entah kenapa nilai matematika kelas ini selalu berhasil dikalahkan oleh kelas lain. Seolah-olah pelajaran matematika adalah musuh mereka.

"Nathan!" panggil Pak Deru sembari menatap lekat wajah Nathan.

Cowok dengan senyuman manis nampak terkekeh kecil, memperhatikan deretan gigi rapinya. "Hehehe, saya lupa, Pak."

"Kamu ini! Setiap saya tanya selalu menjawab lupa, otak kamu itu isinya apa saja, sih?" kesal Pak Deru.

Nathan tersenyum lebar. "Makan, tidur, sama Naina, Pak!"

JUST BE MINE [END]Where stories live. Discover now