Chiko mnggeleng dan menodongkan pisau silet yang biasanya ia gunakan untuk meraut pensilnya. "Kan sebelum gue pipis, lo bilang kalo gue bakal dimutilasi sama lo,"

Kali ini hasrat Kalista untuk memutilasi Chiko semakin meninggi. Ia sudah mengambil pisau yang ditodongkan Chiko tadi dan mengarahkannya pada leher Chiko.

"Waduh, jangan potong leher gue dong, Kal. Ntar kalo gue jadi kuyang kayak gimana? Gak lucu gitu kalo ada cowok setampan dan sepemberani gue berubah jadi kuyang,"

"Tampan dan berani?" tanya Kalista menahan tawanya. "Gue rasa Pak Oji yang sering genit depan pagar lebih ganteng daripada lo,"

Chiko mencebik kesal dan menarik pisau silet yang diganggam Kalista. "Ih, si eneng teh gak seru pisan, diajak main bunuh bunuhan malah main ledek ledekkan. Saya teh gak suka,"

"Hahaha, main perkosa perkosaan gimana?"

Chiko menampol wajah Kalista. "Gila banget lo, ntar beneran diperkosa nanges."

"Nyenyenye, udah ah malas banget ngomong sama hewan berwujud manusia, buang buang ludah aja," cibir Kalista kemudian melirik kamar mandi yang sudah kosong. "Gue mau lanjut bersihin kamar mandi aja, deh. Biar pahala gue makin nambah."

Kalista meninggalkan Chiko dan lansung saja menggosok kamar mandi sama seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Didi menepuk bahu Ical. "Udah gue bilang dari dulu tempatin dimana hati lo sebenarnya. Bingungkan lo sekarang?"

Ical menepis tangan Didi dan melangkah menuju tempat di mana Chiko berada.

"Chik,"

"Ap-"

Belum sempat Chiko mengucapkan kata katanya, tiba tiba saja Ical lansung membogem mentah pipi sebelah kiri Chiko.

"Lo kenapa, Cal?" tanya Chiko sembari mengelus pipinya.

Ical tak mnjawab ia maju selangkah dan lansung menghajar Chiko lagi.

Didi yang melihat dari seberang tentu tidak akan tinggal diam. Ia segera berlari ke arah dua sohibnya dan berusaha melerai mereka. "Udah woi, kalo mau gelud cari tempat yang lebih elit dikit, kek."

Bak orang keserupan, Ical tetap tak menanggapi Didi. Tujuannya sekaarang adalah untuk menghajar Chiko.

"Stop," kini Didi tepat berada di tengah tengah mereka berdua. "Lo berdua ngapa kayak bocah sih?"

Chiko mengelus pipi kirinya. "Entah nih si Ical. Gak ada angin gak ada hujan lansung main hajar aja," Ia berkaca ke dekat cermin yang ada di sekitar tempatnya. "Muka gue belum goodlooking, tapi  lansung dibonyokin gini,"

"Lo kenapa, Cal?"

Tak memperdulikan pertanyaan Didi, ia kembali lagi menghajar Chiko sampai ada darah yang bercucuran karena keluar dari hidung Chiko.

Entahlah, bagi Ical saat ini adalah emosi. Sedari ia memiliki masalah dengan Kalista Chiko selalu saja berusaha mendekati  Kalista dan tentu saja hal itu membuat Ical geram.

Ical beranggapan bahwa Chiko  sedang mempermainkan dirinya untuk mendapatkan Kalista.

"Kalian!" Guru Bk yang berhadapan dengan Ical tadi pagi kini menampakkan batang hidung lagi tepat dihadapannya.

KEBAL'IKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang