3. Casting

1.9K 438 38
                                    


Melihat kebingungan di wajahku, wanita bernama Irma itu mengangguk pengertian. Dia menunjuk salah satu meja yang kosong dan membimbingku duduk.

"Ini..." Irma merogoh tas tangannya dan mencabut selembar kartu nama. "Saya seorang talent recruiter sekaligus casting director."

Kuterima kartu nama itu dan kubaca keterangannya. Irma Primadona – GIFTED Talent Management. Kedua pekerjaan yang disebutkan Irma tercantum di sana. Aku kurang familier dengan istilah-istilah perfilman, tetapi dari terjemahan harafiahnya, kurasa seorang casting director bertugas untuk meng-casting aktor atau aktris untuk peran tertentu. Dari kertas kartu nama ini yang harum dan tebal seperti kertas undangan, aku tahu wanita ini serius.

"Kamu pasti udah tahu siapa Renata Kadir, Juven Adhiyaksa sama Toni Ekanila," kata Irma. "Mereka adalah artis-artis yang berada di bawah naungan GIFTED. Nah, saya merasa kamu punya potensi. Makanya saya mau kamu bergabung di agensi saya."

Ya, aku kenal betul orang-orang itu. Mereka adalah nama-nama besar dan berprestasi di dunia hiburan tanah air. Bahkan Toni Ekanila yang sudah hiatus selama seperempat abad masih bisa comeback dengan sukses.

"Umm, soal itu... Bu..."

"No, no! Please, jangan panggil 'Ibu'. Saya bukan majikan kamu," kata Irma ramah. Diremasnya tanganku. "Panggil aja Tante Irma. Gimana? Kamu tertarik? Ada satu proyek yang menurut saya cocok banget buat kamu. Saya belum bisa bocorin detailnya, tapi Ursula van Oostman juga akan ikut di proyek itu."

URSULA! WOW!

Mendadak aku jadi bersemangat. Ursula van Oostman adalah salah satu aktris muda berbakat yang wajahnya paling sering nongol di bioskop. Seingatku dulu dia langganan main film horor, tetapi belakangan pindah jalur ke genre drama percintaan. Aku nge-fans banget sama aktris yang satu itu karena kualitas aktingnya yang hebat.

"Kalau berminat, kamu bisa saya daftarin ikut casting," sambung Tante Irma. Dari kekuatan remasan tangannya, aku wanita ini berharap banyak padaku. "Honornya lumayan, lho. Kalau kamu lolos casting, kamu akan dibayar sekitar tiga setengah juta per episode untuk proyek ini. Rencananya bakal ada dua belas episode."

Kalkulator di otakku langsung bekerja. Dua belas kali tiga setengah juta. Empat puluh dua juta. Kira-kira setara dengan enam bulan gaji guru di TK Little Stars. 

Wah, itu sih lebih dari cukup! "Tante... serius?"

"Serius, dong. Ngapain juga saya bohong? Kamu bisa Googling nama saya kalau masih belum percaya," kata Tante Irma, kedengaran sedikit tersinggung. "Kamu juga bisa dicarikan tempat tinggal yang akan dibayari oleh GIFTED. Selama syuting, uang makan dan transport ditanggung produksi. Jadi bisa dibilang honor yang kamu terima itu bersih. Gimana?"

Tempat tinggal katanya?

Oh. Ini MUKJIZAT! Terima kasih, Tuhan! Tahu aja aku nyaris jadi gembel gara-gara Gaby.

Tapi... sebentar, sebentar. Apa Tante Irma serius menawariku jadi artis?

"Masalahnya Tante... saya sama sekali belum pernah akting. Ditambah lagi, tampang saya jutek begini. Jangan-jangan kalau saya main film, penontonnya ketakutan semua."

Tante Irma menggeleng-geleng kecil dan menepuk-nepuk tanganku. Di mata orang lain, kami lebih mirip ibu dan anak yang saling menyayangi ketimbang dua orang asing yang baru bertemu.

MANIS LELAH JADI TOKOH ANTAGONIS [TAMAT]Where stories live. Discover now