Chapter 49

4.5K 363 134
                                    

"Happy Reading"


Jangan lupa spam komen yang banyak yaa!!!
Ayo ramein lagi biar next chap lebih cepet up nya, hehehe....


Follow aku juga ya biar gak ketinggalan pengumuman dan cerita lainnya....


Mampir juga yuk ke sequel cerita ini, judulnya "RADEVA"



"Pasien Vano mengalami kekurangan banyak darah akibat tembakan serta peluru yang bersarang di kepala dan punggungnya, saat dilarikan ke rumah sakit Vano sudah tidak sadarkan diri"

Savian melangkah dengan gemetar mendekati sang dokter. "Tapi sekarang keadaan anak saya baik kan dok?"

Dokter itu mengelus pundak Savian coba menyalurkan ketenangan. Dia menatap semua orang yang berada disana lalu memeriksa jam ditangannya.

"Kami, tim dokter di rumah sakit ini telah melakukan usaha semaksimal mungkin, tetapi pasien bernama lengkap Revano Alterio Savian meninggal dunia pada hari minggu pukul tiga sore"

Alana membekap mulutnya merosot jatuh ke lantai. "Vano hiks, hiks.... Anak mamah....." Tangisnya terisak.

"Dokter gak bercanda kan? Orang tua saya bisa tuntut rumah sakit ini!!! Temen saya pasti masih hidup! Vano anak yang kuat, saya tau dia! Ayo periksa lagi!!" Bentak Tama marah meraih baju operasi yang dokter itu gunakan.

Tepukan pelan Dion berikan di pundak sahabatnya memberi ketenangan. "Ikhlasin Vano, Tam. Biarin dia pergi dengan tenang"

"Bodoh lo, Di!! Vano utang sama gue makan di kantin!! Dia harus makan bareng lagi sama gue sebagai gantinya!!! Kita juga janjian bakal balapan lagi di sirkuit!"

"Tapi Vano udah gak ada!! Lo jangan kayak gini!!" Bentak Dion dengan mata memerah menahan tangis.

"Di, bangunin Vano! Gue bilang bangunin dia!! Gue rela disuruh berhenti main di club, asal Vano balik lagi, Di! Hiks, hiks..... Gue janji gak akan ngejek tuh anak lagi kalau dia lagi di hukum"

Tangis Dion pecah saat kalimat akhir Tama mengingatkannya pada moment dimana Vano menjadi bahan ledekkannya bersama Kinara.




"Unyunyuuu kasiannya si most wanted dihukum"


"Jangan gitu Nar. Gak baik"


"Kak buangin sampahnya dong. Inget moto sekolah kita gak? LISA kak, Lihat Sampah Ambil"


"Lo boleh pukul gue, Van. Tapi jangan pergi kayak gini!!!" Teriak Tama histeris.

Melihat betapa terpukul nya Tama hati Dion seolah ditimpa beribu ton. Sangat sesak sekali menerima kenyataan bahwa Vano tidak akan lagi berada di tengah-tengah mereka untuk sekedar bercanda atau berbicara bersama.

BUKAN CINTA TERLARANG {END}Where stories live. Discover now