Chapter 42

2.2K 289 173
                                    

"Happy Reading"



Jujur kaget chapter sebelah rame banget, mana pada ngamuk😂😂


Jangan lupa spam komen ya!!!



"Dahhh anak papah.... Sehat terus, jaga mamah juga ya sayang...." Ucap Vano melambaikan tangan dari dalam mobil. Matanya berkaca-kaca menahan tangis saat membayangkan mungkin ini adalah terakhir kalinya dia bisa berinteraksi dengan dua orang tersayangnya.

Mata Vano beralih menatap ke arah Jisya. "Sya...." Panggilnya lembut. "Inget pesan aku. Jangan tidur larut, kalau butuh pengasuh buat bantu kamu urus Vano jangan sungkan hubungi aku. Setidaknya kalaupun bukan aku yang bantu urus, aku bisa carikan baby sister buat Deva"

"Saya bisa urus Deva sendiri kok, Van. Kamu tenang aja saya juga bisa jaga diri" Balas Jisya tersenyum tipis. Rasanya dia masih tidak percaya harus berpisah dari sosok yang selama ini menjadi penyemangat nya untuk sembuh.

Keadaan menghening. Merasa canggung Jisya memilih membuka suara. "Emmm kalau gitu saya masuk ke rumah ya"

Vano mengangguk ragu merasa sulit berpisah dengan Jisyanya. Dia tidak bisa membayangkan harus kembali menjadi orang asing yang tidak saling mengenal padahal masih sangat sayang.

Perlahan tubuh mungil itu berbalik badan mulai melangkah pelan. Dihatinya Jisya merasa sakit saat harus mengingat hari menyakitkan ini. Dia tidak sanggup lagi sekedar berbalik sebentar melihat ke arah Vano karena kini matanya sudah ikut berkaca-kaca.

"Sya...!" Panggil Vano membuat langkah Jisya terhenti tanpa berbalik. Dengan terburu-buru laki-laki itu keluar dari mobilnya memeluk Jisya dari belakang begitu erat tanpa permisi. "Maaf mengingkari janji untuk gak meluk dan ninggalin kamu...."

"Gak masalah, Saya udah ikhlas Van. Jangan buat semuanya semakin terasa sulit untuk dilepaskan"

"Pukul Vano bodoh ini, Sya. Pukul laki-laki brengsek yang udah buat kamu nangis, kecewa dan sakit hati. Ayo pukul aku" Perintah Vano melepas pelukan dan membalik tubuh Jisya agar menghadapnya. Dalam gendongan gadis itu Vasya terlihat tenang memperhatikan keduanya.

Tangan Jisya menghapus air mata di pipi Vano lembut. Laki-laki nakal itu jadi banyak menangis hari ini. Hal itu lantas membuat Jisya terkekeh kecil melihatnya. "Gak malu kamu diliatin Deva nangis? Pulang sana langsung istirahat. Saya gak mau mamah dan papah kamu curiga"

"Kalau kita kawin lari aja gimana?" Tawar Vano saat ide gila itu terlintas begitu saja di benaknya.



Bugh


Jisya memukul dada bidang laki-laki itu kuat. "Gak waras kamu!"

"Ayo Sya" Ajak Vano bersemangat menarik tangan gadis itu.

"Vano! Kamu apa-apan! Ide kamu gila tau gak?! Lagipula kita juga udah gak ada hubungan apa-apa!!"

Ucapan Jisya di kalimat terakhirnya membuat Vano tertohok sadar akan kenyataan. Dia melupakan fakta bahwa sekarang dia bukan lagi siapa-siapa di hidup Jisya. Wajah yang semula bersemangat itu kini menunduk sedih sejenak sebelum akhirnya kembali terangkat dengan senyum terpaksa.

BUKAN CINTA TERLARANG {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang