Serba Salah

96 7 0
                                    

Aku sedang berada di fase,

Bertahan menyakitkan, mau pergi tapi sudah terlanjur jatuh hati. Seperti ingin mengeluh, ingin berhenti, ingin menyerah, tapi diri ini sendiri menolak, karena semesta tahu aku kuat, aku bisa melewatinya, dan aku mampu bangkit dari rasa sakit. Terkadang aku hanya butuh kasih tapi bukan untuk dikasihani, aku butuh pundak untuk bersandar dan butuh telinga yang siap ku jadikan tempat untuk bercerita, bukan untuk dikasihani, cukup untuk mengerti dan memahami.

Aku yang kini sedang dibuat berantakan oleh pikiranku sendiri, merasa serba salah, mempertahankan salah, melupakan tapi hati menolak karena sudah terlanjur jatuh
sebelum pasti.  Salahnya lagi, aku memulai dengan seseorang yang sudah berpenghuni. Seharusnya aku tidak mudah jatuh dan percaya, hanya karena dia perhatian dan peduli, dan meyakinkan bahwa dia adalah pasti, atau bisa juga dengan seribu janji yang terucap dari mulutnya, mungkin benar kalau janji itu hanya kata penenang. Ada sebagian yang menepati, ada juga yang mengingkari. Mungkin aku terlalu egois pada diriku sendiri, terlalu memaksa dia untuk disini, terlalu nuntut dia untuk memilihku, padahal seharusnya aku tahu bahwa cintanya bukan untukku. Sudah tahu dia punya kekasih, lantas untuk apa aku tetap berjuang dan menunggu hingga pasti?

Aku terlalu mengikuti kata hati, yang sudah tahu salah arti. Aku terlalu percaya dia seseorang yang pasti, sampai aku lupa memikirkan diriku sendiri. Bertahan pada seseorang yang tidak bisa memilih satu yang pasti, tidak memikirkan perasaan seseorang yang ia dekati, dia hanya memikirkan perasaanya tanpa pernah memikirkan perasaan orang lain.

Sudah ya, berhenti pada orang yang tidak pasti, karena dunia tidak berhenti di kamu saja, tidak selamanya sedih itu berlarut, dan tidak selamanya bahagia itu berkepanjangan, semua ada fasenya. Jika sedih jangan terlalu, jika senang jangan terlalu. Karena aku pernah merasakan, aku terlalu bahagia, sampai lupa bahwa bahagia itu hanyalah fana. Dan yang menurutku baik tenyata belum tentu dia yang terbaik. Kamu lupa bahwa terkadang semesta itu mempertemukan bukan untuk saling menyatukan, tapi untuk saling mengikhlaskan. Mengikhlaskan adalah cara terbaik untuk saling mendewasakan, kita gabisa memaksa seseorang untuk bertahan, jika dia pergi itu berarti dia nunjukin kalau dia bukan yang terbaik dan juga pasti.

Seharusnya kita sadar, rumah yang seperti apa yang dia cari untuk tempat pulangnya. Karena sejauh apapun dia pergi, kemanapun dia berlabuh, kalau aku adalah rumah yang tepat untuk dia menetap, dia akan datang dan menjadikan aku sebagai tempat pulangnya.

" Kalau kamu berkelana, jangan lupa pulang, karena ada rumah yang selalu merindukanmu "

KISAHKUWhere stories live. Discover now