40. Kebencian Jungkook Terhadap Sang Nenek

1K 100 7
                                    

Saat ingatan-ingatan masa lalunya muncul di pikirannya. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja membasahi wajah tampannya. Semua yang terjadi padanya ulah dari wanita yang menyebut dirinya Nenek. Mereka yang melihat Jungkook yang tiba-tiba menangis menjadi khawatir.

Myung Soo yang memang sedari tadi duduk di sampingnya memeluk tubuh adiknya. Myung Soo tahu dan sangat tahu apa yang menyebabkan adiknya ini menangis.

"Ada apa, hum?" tanya Myung Soo sembari mengusap lembut punggung Jungkook.

Jungkook tidak menjawabnya. Tatapan matanya masih fokus melihat sang Nenek. Masih dipeluk oleh Myung Soo. Jungkook berucap. "Jangan panggil aku dengan sebutan cucu, karena sampai kapan pun aku bukan cucumu. Aku hanya memiliki Kakek. Dia adalah Yoon Soon Jee. Cucumu itu hanya Kim Jung Hyun dan Kim Myung Soo."

DEG!

Mereka semua terkejut mendengar penuturan dari Jungkook, terutama Ji Young. Wanita itu sedih saat mendengar penuturan dari cucunya itu. Sampai detik ini, cucunya masih belum memaafkan kesalahannya. Dirinya sadar akan hal itu.

"Jungkook. Kau tidak boleh bicara begitu pada Nenek. Bagaimana pun dia adalah Nenekmu. Nenek kita," ucap Myung Soo lembut.

Jungkook melepaskan paksa pelukan Myung Soo secara kasar dan menatap tajam wajahnya. "Apa dengan aku memaafkan kesalahannya dan mau menerimanya sebagai nenekku. Semuanya akan baik-baik saja?" tanya Jungkook yang berusaha untuk tidak ribut dengan Myung Soo.

"Tapi setidaknya, bukalah hatimu untuk nenek. Dulu Hyung juga membenci nenek. Tapi berlahan Hyung akhirnya mau memaafkan kesalahan nenek," kata Myung Soo.

"Aku dan dirimu beda," jawab Jungkook tanpa melihat wajah Myung Soo.

"Beda dimananya?" tanya Myung Soo.

"Hidupmu bahagia selama ini. Sedangkan hidupku menderita. Apa kau tahu? Saat aku masih duduk di bangku SD. Teman-temanku selalu mengejekku. Mereka mengatakan aku ini anak yang tidak memiliki Papa. Aku tidak diinginkan oleh Papa. Hinaan demi hinaan aku terima sampai aku duduk di bangku SMP. Aku selalu menangis setiap melihat teman-temanku yang memiliki orang tua lengkap. Mereka selalu datang disaat acara-acara di sekolah. Lalu aku? Hanya Mama yang selalu menemaniku, hanya Mama yang selalu ada untukku, hanya Mama yang selalu menghapus air mataku. Sedangkan Papa. Aku tidak tahu ada dimana dia saat itu. Aku dan Mama sering bertengkar. Dan yang menjadi topik pertengkaran itu adalah Papa. Setiap aku menanyakan tentang Papa, jawaban yang aku dapatkan adalah kalau Papa sudah meninggal. Dan kalau memang Papa sudah meninggal, kenapa Mama tidak memberitahu atau mengajakku berziarah kemakam Papa." Jungkook berucap dengan nada amarahnya disertai air matanya yang masih mengalir.

"Karena aku sangat menyayangi Mama. Aku sangat menghormati Mama. Hanya Mama yang aku miliki saat itu. Aku tidak mau bertengkar lagi dengan Mama. Lalu aku membuat sebuah keputusan. Aku akan sekolah di Amerika setelah lulus dari SMP. Bahkan aku juga akan kuliah disana. Mendengar keputusanku, Mama menolak mentah-mentah. Begitu anggota keluarga yang lainnya. Mereka tidak ingin aku pergi."

"Aku tetap dengan keputusanku. Walau Mama sempat mengancamku untuk tidak membiayai kebutuhanku selama di Amerika. Tapi aku tidak takut dengan ancaman itu. Aku tetap pergi. Di dalam hatiku, Mama tidak akan mungkin tega melakukan itu padaku. Dan ternyata benar. Mama tidak melakukan hal itu padaku, malah sebaliknya. Mama selalu menghubungiku dan menanyakan keadaanku disana. Mama selalu menuruti semua keinginanku."

"Saat aku mengetahui bahwa aku memiliki Papa dan dua orang Hyung. Aku benar-benar bahagia. Doaku selama ini didengar oleh Tuhan. Keluargaku kembali utuh. Tapi... Hiks... Hiks... hiks." Akhirnya tangis Jungkook pecah. Jungkook tidak bisa lagi menahan tangisannya.

"Lagi-lagi kebahagiaanku dirampas. Dan pelakunya adalah istri kedua Papa yang tak lain adalah ibu tirimu. Perempuan itu berusaha membuat Mama menjauh dari Papa melalui diriku. Dengan menyekapku di gudang, perempuan itu bisa sepuasnya mengancam Mama. Tapi aku tahu akal bulusnya. Sekalipun Mama memilih menjauh dari Papa demi menyelamatkan aku. Tapi perempuan itu tetap akan membunuhku. Makanya aku mengatakan pada Mama untuk tidak meninggalkan Papa. Saat aku disekap di gudang itu. Yang aku dapatkan adalah penyiksaan. Pukulan bahkan tendangan yang aku terima. Mereka juga tidak segan-segan menusukkan pisau ke perutku. Tapi Tuhan masih sayang padaku. Perempuan itu mengerahkan semua anak buahnya untuk keluar dan hanya menyisakan satu orang saja di dalam. Dan aku juga tahu di dalam gudang itu sudah dipasang Bom. Melihat hanya ada satu orang yang berjaga, aku menggunakan kesempatan itu dengan baik."

BROTHERSHIP 2 [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon