"Idih!" Rima menatap Algo geli. "Lo itu gak ada apa-apanya di bandingkan dengan Jaemin!"

Algo menatap Rima aneh. "Iya lo juga gak ada apa-apanya di mata Jaemin, bahkan tau lo napas aja kagak dia mah, mending gue udah tau lo napas mau nerima lo lagi, masalah ganteng mah kagak usah di tanya." Algo menyisir rambutnya kebelakang membuat Rima meneguk salivanya. Ketika melakukan tindakan seperti itu Algo emang terlihat lebih menawan seperti aura lelaki itu keluar begitu saja.

Tidak! Rima menggelengkan kepalanya. Jangan sampai Rima terpana oleh Buaya cap badak yang aslinya nauzubillah ini.

"Rima, mau kan?" Kali ini Nenek ikut bertanya. Dan itu benar-benar membuat Rima membeku. Rima tidak bisa menolak permintaan Nenek tetapi dia tidak mau menerima di jodohkan dengan buaya satu ini. Yang ada Rima akan makan hati setiap hari. Rima membasahi bibir bawahnya. Dia bingung mau menjawab apa. Di dalam batinnya kata tidak terus terdengar keras.

"Gak usah terburu-buru kok, kalian bisa saling mengenal satu sama lain dulu, dan kami hanya ingin menjalankan wasiat orang tua kamu, tetapi semua itu tergantung diri kamu sendiri karena nanti yang akan menjalankan rumah tangga itu adalah kalian berdua." Maya berucap begitu tulus membuat hati Rima benar-benar tersentuh. Katanya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya tetapi kenapa Maya yang baik seperti ini mempunyai anak macam Algo? atau sifat Algo turunan dari Ayahnya? Atau jangan-jangan Algo anak pungut?

"Heh!"

Bentakan Algo membuyarkan lamunan Rima. Gadis itu yang tadinya tengah memperhatikan Dirta langsung menoleh kesal ke arah Algo.

"Lebih baik lo pikir-pikir dulu aja, bukannya apa gue cuma takut lo kena mental sama Algo," kata Arbi memberi saran. Tetapi lelaki itu malah mendapatkan lemparan mentimun dari Algo. Untung Arbi sabar kalau tidak sudah Arbi buang Algo ke rawa-rawa.

Rima mengangguk setuju dengan saran Arbi. Jujur jika emang harus di jodohkan, Rima memilih di jodohkan dengan Arbi yang wajahnya sangat mirip dengan Biasnya di NCT, Lucas.

"Boleh Rima pikir-pikir dulu kan Om? Tante?"

Maya tersenyum lalu mengangguk. "Jangan panggil Tante, panggil Bunda aja."

"Iya panggil saya Ayah saja, saya akan merasa senang jika kamu melakukan itu Rima, karena saya sangat ingin punya anak perempuan."

Mendengar ucapan Ayahnya, Arbi malah tertawa ngakak saat mengingat sesuatu.

"Arbi kamu kenapa?" Maya menatap putranya itu bingung. Pasalnya tidak ada lelucon yang keluar sehingga bisa membuat Arbi sampai tertawa seperti ini.

"Arbi ingat sesuatu Bun, dulu waktu lahirnya si bocil dan Ayah berharap banget dapet anak cewek tapi taunya yang lahir cowok, Ayah tetap memaksakan diri untuk memberikan barang-barang cewek untuk Bocil, bahkan bajunya juga baju cewek." Arbi semakin tidak tahan menahan gelak tawanya. Lintasan memori di masalalu mulai menguasai alam pikiran nya.

Dulu Dirta memang sudah membeli banyak barang-barang untuk anak perempuan karena ketika USG pun dokter menyatakan bahwa anak mereka berjenis kelamin perempuan. Tetapi tidak tau kenapa malah yang lahir bayi laki-laki.

Sungguh Ayahnya itu orang paling ajaib yang ada di dalam hidupnya. Bahkan dari bayi sampai umur empat tahun, Dirta tidak membiarkan rambut Algo untuk di potong supaya bisa dia kepang. Tetapi untungnya Algo tetap tumbuh menjadi lelaki yang gagah dan tidak belok karena perlakuan Dirta semasa kecil.

ALGORIMAWhere stories live. Discover now