"Ibu, di mana pakaianku?"
Mendengar Yuki memanggilnya ibu, wanita itu memandang suaminya lalu menyerahkan baki yang ia bawa pada suaminya.
"Sepertinya dia sudah mengalami hari yang cukup sulit," ucap lelaki itu.
Wanita itu pun berjongkok untuk menyamai tinggi badan Yuki.
"Siapa namamu, gadis cantik?"
"Yuki."
"Baiklah. Dimana orang tuamu?" tanya wanita itu lagi. Yuki hanya menjawab dengan gelengan kepala.
Rasa iba muncul di hati wanita itu. Ia pun berinisiatif untuk merawat Yuki karena kebetulan ia juga belum memiliki anak.
"Mulai sekarang anggaplah aku sebagai ibumu dan yang di sampingku adalah ayahmu. Namaku Yumeko Saiyonji dan dia adalah suamiku, Katzuhiko Hideyoshi. Aku biasa memanggilnya Katz," Yumeko tersenyum dan memeluk tubuh mungil Yuki.
"Pakaianku?" lirih Yuki.
"Oh. Pakaianmu sedang aku jemur di luar."
Yuki melihat ke arah jendela dan berlari menuju kesana, ia memandang sekitarnya. Tak ada apapun di sana. Lalu ia menatap kebawah. Kamar yang ia tempati tadi berada di lantai dua. Dari atas balkon itu ia melihat jubah pemberian Haru sedang di jemur di bawah. Tanpa berfikir panjang, ia segera melompat ke bawah.
Seketika Katz melempar bubur yanga da di tangannya saat melihat Yuki melompat dari balkon.
"Astaga. Yumeko, dia melompat kebawah!" teriak Katz.
Mereka langsung berlari ke balkon untuk melihat keadaan Yuki. Namun apa yang mereka pikirkan semuanya meleset. Yuki sama sekali tidak terluka. Mereka melihat Yuki sedang mengambil jubah hitam yang tergantung di tali jemuran dan segera memakainya.
Dua tahun berlalu.
Selama satu tahun Yuki dan keluarga barunya tinggal di kota Yokohama dan kemudian mereka pindah ke kota Okinawa. Selama dua tahun itu, serigala peliharaan Haru selalu datang setiap bulan purnama untuk membawakan pesan dari Haru melalui surat yang di ikat di leher serigala itu. Yuki hanya membacanya, tapi tak satupun surat itu ia balas.
"Aku menemukanmu, Yuki."
Yuki yang kala itu sedang duduk di tepi pantai sambil membaca buku pun menoleh kearah sumber suara itu berasal. Seorang anak laki-laki yang sangat tampan berusia sebelas tahun berdiri di dekatnya. Yuki sangat mengenali aroma tubuhnya.
'Haru.'
Hanya sekilas Yuki memandangnya, lalu pandangannta kembali beralih pada buku yang sedang ia baca.
Melihat Yuki hanya diam, Haru tau kalau Yuki sudah berubah. Ia sudah memutuskan untuk tinggal bersama Yuki saat meninggalkan desanya. Selama dua tahun terakhir, ia sudah mengumpulkan bekal untuk tinggal di kota. Selama dua tahun ini, setiap hari ia selalu pergi ke hutan dan ke gunung untuk mengumpulkan emas dan berlian yang dapat ia bawa kekota sebagai bekal. Ia pun memutuskan untuk meneruskan sekolahnya di kota bersama Yuki.
Flashback off
...
Yuki melangkahkan kakinya masuk rumah dalam keadaan tubuh yang sudah basah karena air hujan.
Ditempat lain.
Haru membuka pintu rumahnya yang selama tiga tahun terakhir ini ia tempati sendiri. Rumah itu terlihat gelap karena lampu ruangan tidak dinyalakan. Perlahan Haru meraba dinding dan menyalakan lampu. Namun sesuatu berhasil membuatnya kaget.
"Sial! Apa yang kau lakukan di sini?" umpatnya saat lampu menyala dan menampilkan sosok serigala berukuran sangat besar berada di dalam rumahnya.
Haru berjalan mendekat dan duduk di sofa yang berada di samping serigala itu.
Perlahan tubuh serigala itu berubah menjadi manusia dengan pakaian perang dan sebilah katana yang terselip di pinggangnya.
"Katakan! Mau apa kau ke sini?" ketus Haru tak suka.
Serigala yang kini berwujud manusia itu pun langsung berlutut di hadapan Haru.
"Pangeran, saya membawa pesan dari Yang Mulia," ucapnya sopan dengan penuh hormat meski Haru sangat ketus padanya.
"Ada apa lagi dengan tua bangka itu?" gumam Haru perlahan. Dari nada bicaranya terlihat sangat jelas bahwa dia tak suka.
"Pangeran, Yang Mulia adalah kakek anda," dia mengingatkan.
"Hai, hai, hai. Kau tak perlu mengingatkanku. Aku juga tidak lupa padanya. Kau tak perlu ceramah, telingaku sakit mendengarnya."
"Pangeran, tolong jangan berbicara kasar seperti itu. Anda seorang pangeran."
"Hai. Pangeran hanbun yokai dari kaum serigala yang dibuang di tepi hutan pegunungan barat. Aku masih beruntung karena keluarga Takeda menemukanku dan merawatku."
"Itu adalah sebuah latihan bertahan hidup bagi, pangeran."
"Siapa namamu? Kenapa kau cerewet sekali?"
"Nama hamba adalah Kuro."
"Katakan, apa pesan dari kakek?" tanya Haru tanpa basa-basi.
"Kerajaan Inu bagian selatan akan melakukan penyerangan untuk membawa Putri Yuki kembali kekastil dalam waktu dekat dan pasukan mereka mungkin akan segera tiba dalam beberapa hari ini."
Mendengar nama Yuki di sebut, kekhawatiran tergambar jelas di wajah Haru.
"Apa ini bisa ku percaya?" Haru terlihat ragu.
"Tentu saja, Pangeran. Jika Anda membutuhkan pasukan lebih banyak lagi untuk melindungi Putri Yuki, kami akan mengirimkan bantuan." Kuro menawarkan bantuan.
"Tidak perlu. Kalau kau mengirimkan lebih banyak lagi serigala liar, Yuki pasti curiga padaku dan jati diriku akan segera diketahuinya. Aku tidak mau hal itu terjadi."
Haru berfikir sejenak.
"Ada yang ingin aku tanyakan padamu."
"Tentang apa, Pangeran?"
"Apa kau pernah mendengar tentang kutukan yang menimpa kerajaan Inu yokai?"
Hening sesaat.
"Putri kerajaan Inu akan berada di tengah kawanan serigala dan menggulingkan tahta kerajaan Inu yokai. Apa kutukan itu yang ingin pangeran ketahui?"
"Ya."
"Kutukan itu memang benar, Pangeran. Kutukan itu secara tidak langsung melibatkan kaum kita."
"Apa ini ada hubungannya dengan dibuangnya aku?"
"Benar, Pangeran. Karena kerajaan kita juga terlibat, kakek anda pun memutuskan untuk mengasingkan anda sebagai latihan bertahan hidup."
Setelah memberikan jawaban, Kuro pun berpamitan untuk kembali ke kerajaan.
"Tunggu." Haru mencegah.
"Ya, Pangeran?"
"Aku kehabisan perbekalan. Apa kau bisa membawakan beberapa emas dan batu berlian yang dapat ku jual untuk bertahan disini?"
"Tentu, Pangeran. Anda akan mendapatkannya sebelum fajar."
"Hm. Terima kasih. Kau bisa pergi."
***
Haru menuruni anak tangga dan bersiap untuk membuat sarapan. Saat memasuki dapur, pandangan Haru teralih ke atas meja makan. Sebuah kantong berwarna coklat tergeletak di atas meja. Haru meraihnya dan membukanya. Sebuah senyuman terukir begitu saja di bibirnya.
"Mereka memang sangat cepat kalau di mintai bantuan," gumamnya seraya melihat kantong berwarna coklat yang berisi lempengan emas dan puluhan butir batu berlian berukuran sebesar ibu jari.
Haru melempar kantong itu dan kembali menangkapnya beberapa kali.
"Yuki, hari ini akan kubuatkan makan siang yang lezat untukmu."
YOU ARE READING
HANBUN YOKAI
FanfictionMenceritakan tentang pembalasan gadis setengah siluman yang berusaha di singkirkan. Mey 2021
part 10
Start from the beginning
