Part 3

10 6 0
                                        

"Selamat pagi," sapa sensei perempuan yang sedang berdiri di depan kelas 1.

Semua murit berdiri, membungkuk untuk memberi salam.

"Selamat pagi, sensei!" ucap mereka serempak lalu kembali duduk di bangku masing-masing.

"Hari ini kita akan kedatangan teman baru dari tokyo, tolong kerja sama kalian ya,"

Sora dan Ren menunggu di depan pintu masuk menunggu panggilan dari sensei.

"Sora, bukankah kita akan satu kelas dengan Hime itu kan?" Ren bertanya sambil berbisik.

"Benar. Katanya dia sangat cantik, tapi sorot matanya sangat dingin. Jadi kau harus berhati-hati, jangan sampai kau tertarik padanya," tukas Sora.

"Kalian berdua, masuk lah!"

Mendengar perintah dari sang sensei, Sora dan Ren pun memasuki kelas. Baru beberapa langkah mereka masuk, suara murit laki-laki ataupun perempuan terdengar bersahutan.

"Dia sangat tampan."

"Gadis itu sangat cantik."

"Dia incaranku."

"Pagi. Namaku Ren shinichi. Aku pindahan dari Tokyo," Ren memperkenalkan diri.

"Dan namaku Sora Morio. Salam kenal. Mohon bimbingan kalian," Sora membungkuk memberi salam lalu menegakkan kembali tubuhnya.

"Sora, Ren. Duduklah dibelakang," perintah sensei.

Pandangan Ren tertuju pada seorang gadis yang sangat, cantik berambut lurus dan duduk di pojokan kelas di samping jendela. Yuki.

'Dia sangat cantik. Apa dia adalah Hime yang sensei maksud?'

Ren dan Sora berjalan menuju bangku kosong yang ada di baris paling belakang. Tepatnya dua bangku kosong di sebelah Yuki. Ren segera mendahului langkah Sora

"Aku yang akan duduk di sebelahnya," ucap Ren.

"Dia perempuan, jadi aku yang akan duduk dengannya," sahut Sora.

Mereka mulai berdebat.

"Tidak. Harus aku."

"Aku."

"Aku."

Mendengar keributan itu, seketika Yuki mengalihkan pandangan kearah Ren dan sora. Pandangannya begitu dingin.

"Maaf," ucap Ren.

"Nani?" Yuki menatap Ren dengan mata elangnya.

Mata elang yang seakan ingin melenyapkan semua orang yang mengganggunya. Itulah kesan yang di timbulkan dari tatapan Yuki.

"Nan... Nan demonai," ucap Ren gugup bercampur takut.

Seketika Ren mundur dan bersembunyi di belakang tubuh Sora.

"Kau saja yang duduk dengannya. Aku masih ingin melihat masa depan," ucapnya lalu duduk.

"Pengecut," gumam Sora.

~~~

Izumi berdiri di depan kelasnya dan memperkenalkan diri.

"Namaku Izumi Kazuo. Tolong bantuan kalian," ucapnya lalu membungkuk.

"Izumi, apa kau sudah memiliki kekasih?" pertanyaan konyol itu terlontar dari salah satu siswa di kelas itu.

Izumi menegakkan tubuhnya san tersenyum.

"Apa kau berniat menjadi kekasihku?"

"Kyaaaa!"

Pertanyaan Izumi sontak membuat kelas menjadi ramai karena teriakan.

~~~

Di kelas 3 tempat Haru belajar.

Sano dan Shin berdiri di depan kelas. Setelah memperkenalkan diri, mereka berdua mencari tempat duduk. Haru yang duduk di pojokan belakang menatap Shin penuh amarah dan benci. Shin yang menyadari tatapan itu membalas tatapan Haru. Lalu haru memalingkan wajahnya kearah jendela kaca di sampingnya.

'Ck. Untuk apa dia datang kesini?'

'Siapa laki-laki itu?' Pikir Shin.

~~~

Jam pelajaran selesai.

Semua orang yang ada di kelas itu sudah pergi, hanya tinggal Shin, Sano dan Haru.

"Shin Yasuo. Untuk apa kau datang kesini?" Haru membuka suara.

"Maaf. Apa aku mengenalmu?" Shin heran.

"Ck. Payah sekali ingatanmu, Shin. Bagaimana kau bisa lupa pada anak laki-laki yang pernah memukul wajahmu 9 tahun yang lalu?"

Sontak kedua mata Shin membulat.

"Kau?!" sentak Shin.

"Ya. Aku."

"Bagaimana bisa kau bersama Yuki di sini?" tanya Shin dengan amarahnya.

Kedua tangan Shin sudah mengepal dan mulai mengeluarkan kilatan.

"Apa kau merasa heran," Haru masih begitu tenang, "sudah tuju tahun aku bersama Yuki. Aku tidak akan membiarkanmu membuatnya menangis lagi."

"HARUU!" teriak Shin dan melayangkan sebuah pukulan ke wajah Haru dengan tangan yang penuh dengan kilatan petir.

Haru yang menyadari bahaya itu langsung menghindar dengan sekali gerakan yang sangat cepat.

"Kau yang selalu membuatnya menangis dan sekarang kau memutar balikkan fakta?" Shin menarik tangannya kembali karena pukulannya meleset.

"Kau tidak tau apa yang Yuki alami setelah kau pergi. Jadi jangan berlagak sok peduli di depanku," ucapnya penuh penekanan.

Shin menahan amarahnya setelah Haru mengingatkannya akan kesalahan yang sudah ia lakukan.

"Kau punya pilihan untuk tidak pergi waktu itu, tapi kau memilih pergi bersama pamannya Yuki. Jika kau mencoba menyakiti Yuki lagi, akan ku pastikan pertarungan kita yang dulu berlanjut lagi dan kali ini sampai salah satu di antara kita ada yang mati!" setelah itu, Haru berlalu meninggalkan Shin dan Sano.

Melihat apa yang terjadi di depan mata, tak ayal membuat Sano beransumsi jika meraka memiliki masalah di masa lulu. "Apa kau mengenalnya, Shin?"

"Ya. Sangat kenal." Jawabnya dengan emosi yang tertahan.

Laki-laki yang penuh emosi dan merepotkan. Sano menghembuskan nafas lelah lalu kembali fokus dengan buku yang ada di mejanya.

HANBUN YOKAIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora