Part2

24 10 0
                                        

Tokyo Jepang.

Jam 7:25 pagi.

Di sebuah apartemen yang cukup mewah lima orang remaja sedang berkumpul. Dua diantaranya perempuan dan tiga laki-laki. Mereka sedang sibuk mengemasi barang masing-masing.

"Shin, apa kita benar-benar harus pindah ke Nagano?" tanya salah satu remaja laki-laki.

"Hm. Kau tau sendiri alasannya apa. Sensei sudah menjelaskan hal ini bukan? Sudah waktunya kita menunjukkan hasil latihan kita selama ini."

~~~

Nagano.

Jam 17:15.

Yuki dan Haru berjalan menuruni perbukitan.
Setiap sore mereka selalu berlatih di sana. Mereka menenteng dua bilah pedang dan dua buah busur beserta anak panah.

"Hime-sama, aku dengar akan ada murit pindahan dari Tokyo dan jumlahnya tidak tanggung-tanggung. Lima sekaligus. Tiga laki-laki dan dua perempuan."

Yuki tak bergeming, ia tetap berjalan dengan menuruni bukit.

"Bagaimana menurutmu?"

Yuki menghentikan langkahnya.

"Apa maksudmu, Haru?" Yuki menatap Haru dengan wajah datar dan tanpa ekspresi.

"Bagaimana kalau salah satu dari mereka adalah orang yang kau kenal?"

"Sejak kapan kau suka bergosip, Haru?"

"Hai. Hai. Hai. Aku akan diam," Haru menyerah.

Tiba-tiba Yauki mencium bau yokai dari hembusan angin.

"Mereka datang," Yuki memperingatkan.

"Dare?"

"2, 5, 10."

Saat hitungan Yuki berakhir, sepuluh yokai berada di hadapan mereka berdua.

Haru segera mengangkat pedangnya dan bersiaga membelakangi Yuki.

"Apa mau kalian?" tanya Haru dengan tegas.

Kesepuluh yokai itu segera berlutut dan memberi hormat.

"Hime-sama. Ryoichi-sama memerintahkan kami menjemput anda," ucap salah satu dari mereka.

"Aku tidak akan pergi kesana," jawab Yuki dengan tegas.

"Kalau begitu kami akan memaksa."

Mereka mulai menyerah. Haru dengan cepat mengayunkan pedangnya dan menebas salah satu dari mereka.

~~~ di lain tempat.

Sebuah mobil warna hitam berhenti di sebuah rumah yang letaknya tak terlalu jauh dengan tempat tingal Yuki dan Haru. Beberapa remaja keluar dari dalam mobil dan salah satunya adalah Shin.

Shin Yasuo. Remaja yang berwajah tampan dengan tinggi 183 cm. Berbadan atletis dan memiliki kemampuan yang luar biasa, mengendalikan petir. Ia adalah seorang kesatria petir.

Sora Morio. Gadis yang berdandan ala laki-laki berwajah imut, berambut pendek dan tinggi 160cm, berbadan ramping dan dia seorang kesatria tanah.

Izumi kazuo. Gadis berambut panjang lurus dan hitam. Tinggi badan 160cm. Dia cukup cerdas diantara yang lain. Paling tenang tapi kalau sudah marah, dia bisa menghanyutkan karena dia seorang kesatria air. Dia sangat mengagumi Shin.

Ren shinichi. Usianya baru 17 tahun. Dia paling berisik diantara yang lain, sedikit kekanak-kanakan dan selalu bertengkar dengan Sora. Tinggi nya 180cm, bertubuh atletis dan wajahnya cukup memikat hati perempuan. Suka seluncur angin. Dia adalah kesatria angin.

Sano Ryuzaki. Dia paling dewasa dan selalu berfikir logis. Suka membaca, tinggi 178cm. Dia memiliki masalau yang cukup kelam. Keluarganya tewas dalam kebakaran saat ia sedang tertidur. Dan hanya dia yang selamat karena api mengelilingi tubuhnya.

Mereka mengeluarkan koper dan beberapa tas berukuran besar dari bagasi. Lalu membawanya masuk ke rumah.

"Akhirnya sampai juga," izumi merebahkan badannya ke sofa.

"Izumi kemasi dulu barang mu. Ajak juga sora untuk berkemas. Kalian berdua akan tidur di kamar atas. Aku, Ren dan Sano akan tidur di lantai bawah."

"Sora, bawa koper dan tas mu ke lantai atas!" teriak Izumi.

"Tunggu!" Ren mencegah.

"Ada apa Ren?" tanya Shin heran.

"Kenapa Sora harus di kamar atas?" Ren mulai protes.

"O ... jadi kau tidak terima ?" Sora meletakkan koper yang ia angkat lalu menggulung lengan bajunya.

"Ya. Kau yang harus tidur di kamar bawah bukan aku," Ren menegakkan dadanya yang bidang.

"Apa kau akan berebut dengan perempuan, Ren?" teriak Sano.

"Tentu saja," jawab Ren dengan enteng.

"Baik. Kita buktikan. Siapa yang menang bisa tidur di kamar atas," tantang Sora.

"Aku tidak takut."

"Apa kalian akan menghancurkan rumah ini dengan tanah dan angin kalian?!" teriak Shin emosi.

Izumi masih bersantai di sofa seolah tak memperdulikan pertengkaran mereka.

"Oe Shin. Kau sudah mulai mengeluarkan petir," Sano memperingatkan.

"Aku akan tidur di bawah," ucap Ren ketakutan saat tau Shin mulai marah.

Ia segera mebawa kopernya masuk kamar.

"Apa aku harus marah dulu baru dia mau tenang," keluh Shin.

~~~

Di bukit.

"Dia mencoba kabur!" teriak Haru sambil menunjuk yokai yang berusaha lari.

Yuki segera meraih busur dan anak panah. Dengan cepat ia membidik dan melepaskan anak panah.

Jleb.

Anak panah itu menancap tepat di jantung yokai yang berusaha kabur. Seketika tubuh yokai itu hancur bagai debu.

Haru memunguti senjata yang berserakan di tanah. Dan mengumpulkannya menjadi satu.

"Sepertinya tempat ini sudah di ketahui. Lebih baik kita berpindah tempat," ucap Haru sambil memunguti senjata yang berserakan.

"Tidak Haru. Cepat atau lambat mereka akan menemukanku. Aku akan menghadapinya."

"Tapi ...."

"Apa kau meragukan keputusanku?" tanya Yuki tanpa melihat kearah Haru.

Haru tak menjawab. Dilihatnya Yuki terdiam menatap langit yang mulai menggelap. Haru merasa khawatir dengan keadaan Yuki.

'Apa semua akan baik-baik saja?' Haru bertanya pada dirinya sendiri.

HANBUN YOKAIWhere stories live. Discover now