9 tahun yang lalu.
"Yuki Hanyo ...."
"Yuki Hanyo ...."
"Yuki Hanyo ...."
Beberapa anak desa bernyanyi mengitari gadis kecil yang sedang duduk berjongkok sambil menutup telinga dengan kedua tangannya.
Yuki memang Hanyo, Hanbun Yokai. Setengah dari dirinya adalah yokai, darah Raja Yokai mengalir dalam dirinya. Yuki yang masih berumur 7 tahun harus menerima tudingan dan hinaan karena darah yokai-nya.
"Jangan ganggu Yuki!" terdengar teriakan anak laki-laki dari belakang.
Ketiga anak laki-laki itu berhenti bernyanyi dan menengok ke arah sumber suara itu berasal. Terlihat seorang anak laki-laki berusia 9 tahun berdiri dan sudah mengepalkan kedua tangannya.
"O ... ternyata Shin yang datang," ucap salah satu dari mereka. Dia adalah anak dari kepala desa. Ia memiliki sifat yang angkuh dan sombong, kekuasaan yang dimiliki keluarganya menjadikan bocah berumur sembilan tahun ini berlaku seenaknya pada kaum yang bisa dibilang lebih lemah darinya.
"Aku kira kakaknya Hanyo ini, hahahaha ...." yang lainya ikut menyambung sambil tertawa.
Yuki terdiam. Ia sama sekali tidak menangis mendengar ucapan yang tak mengenakkan hatinya. Entah mengapa, ia selalu menerima perlakuan yang tidak adil dari anak kepala desa tempatnya tinggal dengan penuh lapang dada. Entah karena takut atau ada hal lain yang membuatnya pasrah dengan semua perlakuan itu.
"Ada apa? Mau berkelahi?" anak dari Kepala Desa itu menantang dengan penuh percaya diri.
Shin adalah anak yang kehilangan orang tuanya sejak kecil. Lalu dia di asuh oleh paman Yuki. Adik dari ibu Yuki
"Kau pikir aku takut?" Shin pun tak gentar.
Perkelahian pun benar-benar terjadi. Shin melepaskan pukulan ke wajah anak Kepala Desa. Namun anak itu lebih cerdik, dengan cepat ia menghindar dan mengunci pukulan Shin. Lalu ia mendorong tubuh Shin hingga jatuh.
"Cih... hanya seperti itu saja? Sampai kapan pun kau tak akan menang melawanku."
***
9 tahun kemudian.
Nagano, Jepang.
Sepasang jenjang kaki melangkah perlahan dengan mengenakan seragam lengkapnya. Seorang gadis berkulit putih seperti salju, berambut panjang, hitam dan indah. Hidung yang mancung dan mata yang indah. Ia bejalan sendirian.
"Selamat pagi, Hime-sama!"
Suara sapaan dari belakang berhasil membuatnya menengok kebelakang. Suara yang sangat ia kenal.
"Selamat pagi, Haru."
Haru Takeda adalah nama seorang remaja berumur 18 tahun. Di berwajah sangat tampan, dengan tinggi 185 cm. Rambutnya sedikit coklat dan lurus, hidungnya mancung dan bibir agak tipis. Dan saat dia tersenyum. Senyumannya seperti lambaian bunga di musim semi.
Haru berlari menghampiri.
"Bagaimana kabarmu hari ini Hime-sama?" Haru kembali menyapa.
"Apa kau tidak bisa memanggilku dengan namaku? Yuki."
"Rasanya tidak sopan kalau aku hanya memanggil nama. Aku lebih suka memanggil Hime-sama," ucapnya dengan sangat bahagia dan senyum yang lebar.
"Terserah," jawab Yuki datar dan berlalu.
"Tunggu aku Hime-sama."
Haru berlari mengejar Yuki.
***
Sore hari.
YOU ARE READING
HANBUN YOKAI
FanfictionMenceritakan tentang pembalasan gadis setengah siluman yang berusaha di singkirkan. Mey 2021
