part7

10 3 0
                                        

Haru melangkah mundur perlahan untuk menghindari Yuki. Semakin lama ia melangkah ruang itu pun semakin sempit dan akhirnya dia tersudut di tembok, tepat di samping jendela tempat shin dan teman-temannya berdiri.

”Hehehe,” Haru mencoba tersenyum untuk mengurangi rasa gugupnya.

Yuki terus berjalan dengan wajah menahan kesalnya.

”Hime-sama. Aku bisa menjelaskannya.”

Raut wajah gugup Haru semakin terlihat.

Yuki terus berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan Haru.

”Kenapa kau bawa semua serigala itu kesini?” tanya Yuki dengan tegas.

”Mereka yang memintanya,” ucap Haru membela diri dan menunjuk kearah Shin.

Pandangan Yuki berpindah kearah Shin dan teman-temannya. Seketika mereka bertiga membuang pandangan ke arah lain seakan tak mengiyakan pembelaan Haru.

Haru merasa semakin tersudut melihat sikap ketiga lelaki itu.

'Sial kau, Shin. Kau sengaja membuatku dan Yuki bertengkar.' Haru terus saja mengumpat dalam hati.

Pandangan Yuki kini beralih pada Haru. Tinggi Yuki yang hanya 160 cm membuatnya harus mendongakkan kepala agar bisa sejajar dengan Haru. Ia menarik dasi yang melingkar di leher Haru kebawah sehingga mau tidak mau membuat Haru sedikit merendahkan kepalanya dan bertatap wajah dengan Yuki.

”Jangan membela diri,” tatapan Yuki semakin tajam. Seperti elang yang sedang mencari makanannya.

Haru segera membuang pandangannya. Ia sadar, ia tak bisa bertatap mata dengan Yuki semakin lama.

”Jangan seperti ini, Hime-sama. Aku merasa tidak enek pada mereka bertiga,” Haru berusaha mengalihkan pembicaraan.

Shin yang sejak tadi melihat kedekatan Yuki dan Haru merasakan panas di dalam dadanya. Sesak, semua ini menyesakkan dadanya. Disaat Yuki tak ingin di sentuh siapapun, justru    Yuki sangat dekat dengan Haru. Posisi tubuh Yuki dan Haru hanya berjarak beberapa senti hingga terkesan sangat dekat.

”Jangan mengalihkan pembicaraan. Kenapa kau memanggil semua serigala itu?”

Pandangan Haru kini kembali tertuju pada wajah cantik Yuki.

”Mereka yang memintaku memanggilnya, Hime-sama. Mereka bertiga bilang ingin melihat serigala liar. Jadi aku memanggil semua serigala itu.”

”Jangan berbohong.”

Haru dengan cepat menggenggam tangan Yuki.

”Sejak kapan aku membohongimu, Hime-sama?” Haru merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih lembut.

Sejenak Yuki terdiam. Shin semakin mengepalkan tangannya, rasa cemburu itu semakin melingkupi hatinya.

”Suruh semua serigalamu itu pergi,” ucapnya dengan menarik tangannya dari genggaman Haru.

”Akan ku lakukan, apapun perintahmu, Hime-sama.”

Senyum berkembang di bibir Haru.

***

Shin berbaring di atas ranjangnya. Jarum jam sudah menunjuk angka sembilan malam. Pandangan Shin tertuju pada sebuah kalung yang ada di tangannya dengan liontin sebuah batu permata berwarna biru pekat.

”Apa kau masih ingat bagaimana liontin ini kita dapatkan, Yuki? Apa kau masih ingat dengan Azul?”

***

Jam pulang sekolah

Dugh

Tubuh Yuki di rapatkan di tembok toilet perempuan. Kerah bajunya sudah di cengkram  oleh seorang gadis yang berkuasa di sana. Ayako Hideki. Anak pemilik sekolah swasta tempat Yuki belajar.

”Aku sudah mengatakannya dengan jelas bukan? Jangan dekati Shin Senpai. Tapi sepertinya kau sangat tertarik padanya sampai kau tak menghiraukan peringatanku, Yuki.”

Ayako sudah tertarik pada Shin sejak Shin pindah ke sekolah itu. Tapi Shin sendiri tidak terlalu ambil pusing dengan perasaan Ayako. Karena sejak awal dia pindah ke Nagano untuk menemui Yuki.

Yuki tak menjawab. Kedua matanya menatap lurus pada gadis yang sedang menyudutkannya itu, dingin dan datar. Seperti itulah Yuki.

Merasa tak mendapat jawaban dan respon, Ayako pun merasa geram karena di acuhkan.

PLAKK

Sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di pipi kiri Yuki dan meninggalkan bekas merah dan lebam. Ujung bibirnya sedikit robek sehingga mengeluarkan sedikit darah.

Yuki tetap diam dan pandangannya masih menatap ke lantai.

'Sial. Kenapa dia tetap diam? Kenapa dia tidak takut ataupun menangis? Gadis macam apa dia ini?'

Ayako kembali mengangkat tangannya dan berniat menampar pipi Yuki lagi, tapi tiba-tiba ia meringis kesakitan. Yuki mencengkeram pergelangan tangannya. Meski tidak terlalu kuat, tapi tetap saja menyakitkan bagi manusia biasa sepertinya.

Yuki mengangkat wajahnya dan kembali menatap Ayako. Tatapan yang sangat dingin dan tanpa perasaan itu berhasil membuat Ayako bergidik ngeri. Ayako segera melepas cengkeraman tangannya dari baju Yuki.

”Aku tidak tertarik padanya,” ucap Yuki dengan sangat singkat.

”Lepas, Yuki. Sakit.”

Ayako merintih kesakitan. Perlahan Yuki merenggangkan jemarinya lalu melepaskan tangan Ayako. Yuki pun melenggang pergi meninggalkan Ayako dan beberapa gadis yang masih terkejut dengan kejadian di dalam toilet itu.

”Awas kau, Yuki. Aku sudah tidak bisa mendapatkan Haru. Kali ini tak akan ku biarkan Shin senpai bersamamu. Aku pasti akan menariknya dari genggamanmu.”

Di halaman sekolah.

Haru berdiri sambil bersandar pada gerbang sekolah. Ia menunggu Yuki yang belum keluar sejak dua puluh menit yang lalu. Cukup lama ia menunggu dan kakinya sudah mulai terasa pegal.  Sesekali ia menggerakkan kakinya agar tidak terlalu terasa pegal.

Dari kejauhan terlihat Yuki berjalan mendekat dan dari arah yang sama Shin dan teman-temannya baru berjalan menuju halaman sekolah.

Haru masih setia  menunggu di gerbang sekolah. Ia masih memainkan kakinya yang terasa pegal, sambil menatap ke tanah. Lalu  ia menengok ke arah halaman sekolah dan ia mendapati Yuki yang berjalan sendirian mendekat.

”Ayo pergi, Haru,” ucap Yuki dengan tetap berjalan melewati Haru.

Kedua mata Haru menangkap sesuatu yang berbeda di wajah Yuki.

”Tunggu!” suara Haru terdengar sangat tinggi.

Yuki mengheentikan langkahnya. Haru segera menghadang jalan Yuki. 

”Hime-sama. Kenapa dengan wajahmu?”

Haru menyentuh dagu Yuki dengan telunjuk dan ibu jarinya. Ia sedikit mengangkat dagu Tuki dan memiringkan wajah Yuki ke kanan agar bisa melihat memar yang ada di wajah cantik Yuki. Haru melihat pipi kiri Yuki yang merah dan lebam, lalu ujung bibir Yuki sedikit mengeluarkan darah.

Seketika rasa sakit menjalar di ulur hati Haru. Ia merasa sudah gagal menjaga Yuki.

”Siapa yang melakukannya? Apa mereka lagi? Kenapa kau tidak membalas? Kalau seperti ini, mereka akam semakin kurang ajar,” Haru mencerca banyak pertanyaan pada Yuki, sedangkan Yuki hanya diam.

Haru mengepalkan kedua tangannya. Yuki yang seorang Putri dari kerajaan Inu di perlakukan seperti ini, itu membuatnya sangat sakit hati. Ia melangkahkan kakinya kembali menuju sekolah.

”Berhenti.”

Suara Yuki menghentikan langkahnya.

”Aku tidak terima kau di perlakukan seperti ini. Mereka tidak tau siapa kau sebenarnya, itu sebabnya mereka sangat jurang ajar,” Haru kembali melangkahkan kakinya.

”Aku bilang berhenti!” nada bicara Yuki kini meninggi.

Haru berhenti seketika. Yuki segera menghampirinya.

Shin yang melihat perdebatan Yuki dan Haru segera berlari mendekat.

HANBUN YOKAITahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon