part 9

4 2 0
                                        

Pagi itu Yuki berada di halaman rumahnya sedang menanam bunga. Asuma keluar dari rumah dan menghampiri Yuki, kemudian ia mengusap kepala Yuki dengan lembut.

”Hari ini aku akan pergi ke timur bersama Ryoichi, berhati-hati lah di rumah dan jangan membuat masalah.”

”Ayah pergi untuk berapa hari? Apa ada masalah di sana? Apa ada yang berbuat jahat di sana sampai ayah sendiri harus datang? Yuki juga mau ikut, Yuki juga bisa berkelahi dengan mereka,” Yuki sangat cerewet tapi justru itu yang Azuma suka, karena itu menandakan kalau Yuki cukup pintar.

”Tidak. Kamu harus tetap di rumah. Jaga ibumu, jangan gunakan kekuatanmu secara sembarangan. Mengerti?”

Yuki hanya menganggukkan kepala.

Siang berlalu dan kini berganti malam. Yuki dan Eve sedang menikmati makanannya.
Malam itu, hujan mengguyur desa dan cukup lebat.

”Apa kau bermain dengan Haru lagi?”

”Emh. Tak ada yang mau menerimaku selain Haru,” Yuki menunduk. 

”Tidak apa. Suatu saat mereka akan menerimamu,” Eve mencoba menenangkan putrinya.

Setelah selesai makan, Yuki tidak langsung tidur. Dia sibuk membaca.

Brakk

Suara pintu terbuka secara kasar. Eve yang sedang sibuk di kamar segera keluar dan melihat keadaan Yuki di ruang tamu.

”Ayah? Ayah sudah pulang? Dimana kakak? Apa kakak tidak ikut pulang?”

Asuma tak menjawab, justru ia menarik katana yang terselip di pinggangnya. Dengan cepat ia menyerang Yuki, dan berusaha menebasnya. Beruntung gerakan Yuki cukup cepat sehingga tebasan Azuma meleset dan menebas meja tempat Yuki belajar.

”Ayah kenapa?”

”Malam ini kau harus mati, Yuki.” ucap Azuma dengan tatapan yang menggelap.

Eve segera meraih tangan Yuki dan menariknya keluar rumah.

Azuma melangkah keluar mengikuti Eve dan Yuki yang berlari menuju hutan.

Sesekali ia mengayunkan katananya dan berusaha menebas Yuki. Namun setiap kali serangan itu ia lepaskan Yuki masih bisa menghindarinya.

Azuma kembali mengayunkan katana yang ia pegang ke arah Yuki. Eve segera menarik tangan Yuki hingga tubuh Yuki menimpanya, sehingga katana Azuma hanya menebas tanah. 

Mereka terus berlari menaiki bukit. Lelah, tapi mereka harus tetap berlari untuk bertahan hidup. Siapa yang menyangka kalau ayah Yuki berusaha membunuh putrinya sendiri. Perasaan Yuki sudah bercampur aduk. Takut, kecewa dan hancur. Semua tak bisa Yuki mengerti.

”Yuki bertahanlah. Ibu akan melindungimu,” Eve berusaha meyakinkan Yuki bahwa semua akan baik-baik saja.

”Ibu. Aku takut,” suara Yuki bergetar. Dia ketakutan juga kedinginan karena tubuhnya telah basah.

Mereka terus berlari dan langkah mereka pun terhenti. Tak ada jalan lagi. Mereka berdua berada di atas tebing.

”Tenanglah, Yuki. Ibu akan melindungimu,” ucap Eve sambil memeluk tubuh mungil Yuki.

Eve bisa merasakan ketakutan Yuki saat ini. Tubuhnya gemetar, jantungnya berdetak begitu cepat. Langit begitu gelap, tak ada yang menolong mereka.

”Bagaimana kau akan melindungi putrimu itu, Eve?” Azuma yang sejak tadi melayang perlahan turun di hadapan Yuki.

Eve segera berdiri membelakangi Yuki. Azuma melempar tubuh Eve hanya dengan tangan kanannya saja hingga tubuh Eve terlempar ke bawah kejurang.

”IBU!” Yuki berteriak dan berlari ke ujung tebing, lalu ia menatap ke bawah.

Perlahan air matanya terjatuh. Ia terisak dan menangis.

”Kenapa? Kepana ayah melakukan ini?” gumamnya tak mengerti.

”Dengan lenyapnya dirimu, nasib buruk kerajaan Inu Yokai akan menghilang.”

Mendengar ucapan itu, Yuki mendongakkan kepalanya dan menatap sosok yokai yang berdiri di depannya.

Jdarr

Petir menyambar hingga membuat hutan itu seketika menjadi terang, Yuki bisa dengan jelas melihat wajah ayahnya. Asuma berjalan mendekat dan langsung mendorong tubuh Yuki hingga jatuh kejurang.

”AYAH!” Yuki berteriak begitu keras.

'Apa ini akhir dari hidupku? Ibu.'

Yuki perlahan menutup matanya. Semua yang dia miliki sudah lenyap. Ibu, Shin, Ryoichi bahkan ayahnya sendiri berusaha menyingkirkannya. Kalaupun ia harus mati, dia rela agar bisa menyusul ibunya. Namun di tengah keputus asaannya itu, ia terbayang saat ayahnya berusaha menyerangnya dengan katana. Ia juga ingat saat Asuma mendorong Eve ke jurang.

Dengan cepat ia membuka matanya dan bersiul. Lalu dari kejauhan terlihat benda yang begitu panjang bergerak cepat kearahnya. Ukurannya cukup besar dan panjang, berwarna hitam. Bentuk badannya menyepuai ular. Dialah Azul. Seekor naga yang Yuki dan Shin selamatkan dari segel yang mengurungnya di gua.

Azul bergerak cepat menyambar Yuki hingga Yuki mendarat dengan selamat di punggungnya. Azul mengaum pelan menyambut Yuki.

”Terbanglah sedikit rendah, Azul. Aku ingin mencari ibuku yang terjatuh ke sungai.”

Azul mengaum sebagai tanda mengerti. Ia pun merendah hingga kakinya bisa menyentuh aliran air sungai.

”Ibu. Dimana kau?”

Yuki berusaha mengendus udara dan mencari jejak bau ibunya. Namun semua itu sia-sia, ia tak mencium aroma tubuh Eve. Tubuh Eve sudah terseret arus dan entah kemana. Yuki mulai menyerah.

”Menepilah, Azul. Aku akan turun.”

Azul menepi, lalu Yuki melompat dan turun dari atas punggung Azul.

”Pergilah, Azul. Terimakasih.”

Azul mengaum sekali lagi, lalu melayang pergi.

Sementara Yuki terduduk di tanah yang begitu basah. Hujan masih mengguyur tempat itu, Yuki menangis sesenggukan. Ia tak tau harus berbuat apa. Kini ia sendirian, lalu sebuah tangan membungkan mulut Yuki dari belakang. Tangan yang tak terlalu besar, seukuran anak-anak. Perlahan Yuki bisa mencium bau tubuh yang sangat ia kenal.

”Jangan bergerak, Yuki. Yokai itu masih berada di sekitar sini,” bisiknya tepat di telinga Yuki.

'Haru?' Yuki merasa sangat lega. Ternyata masih ada orang yang peduli dengannya. Walaupun sedikit terlambat, setidaknya Haru datang berusaha menolongnya.

Yuki merasa sesuatu melingkupi tubuhnya, dan semuanya terasa gelap. Yuki segera memutar tubuhnya hingga tubuhnya menghadap Haru, lalu ia memeluk Haru  dengan erat. Takut itulah yang ia rasakan. Tubuhnya gemetar mengingat kejadian yang baru ia alami, dalam waktu sekejap ia kehilangan segalanya.

'Terimakasih.'

~~~

**

HANBUN YOKAIWhere stories live. Discover now