Adolescence: Prolog

26 4 0
                                    


Happy Reading All😊
I really hope you like it



Beberapa tahun yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa tahun yang lalu

Rumah megah bergaya kuno itu terlihat mencekam. Tidak ada seorang pun yang berani mengeluarkan suara. Terlihat seorang pria paruh baya yang sedang berdiri dengan nafas memburu. Darah segar menetes dari tangannya.

"S-aya tahu saya salah Pah. Saya minta maaf," laki-laki dengan wajah babak belur itu mencoba meraih kaki milik pria paruh baya yang membelakangi-nya. Entah sudah berapa kali ia memohon dan bersujud di hadapan pria itu. Namun, permintaan maafnya selalu ditolak.

"Apakah dengan kamu meminta maaf semuanya bisa kembali? Kamu bisa mengembalikan kehormatan dan nama baik keluarga ini? APA KAMU BISA HAH?!"
Pria itu menghempaskan kakinya dengan keras membuat laki-laki yang memegang kakinya terlempar ke belakang.

"Pah, Mamah mohon berhenti! Dia masih anak kita Pah hiks... hiks..."

Pria paruh baya itu mengabaikan permohonan sang istri. Dengan teganya pria itu menendang dan memukul laki-laki yang sudah meringkuk di atas lantai dengan membabi buta. Rasa marah dan kecewa menguasai dirinya.

"Aaakh .... a--mpun Pah."

Suara kesakitan dan isak tangis memenuhi ruang tamu rumah itu. Karena tidak tega melihat saudaranya kesakitan--laki-laki berkacamata yang sedari tadi memperhatikan baku hantam itu mencoba menghentikan sang pria paruh baya.

"Saya mohon Pah berhenti! Jangan buat diri papah menyesal karena telah melenyapkan anaknya sendiri."

Setelah merasakan pelukan dari belakang tubuhnya dan mendengar perkataan itu, pria paruh baya itu menghentikan perbuatannya. Dan melepaskan kedua tangan yang memeluk perutnya.

"Dengar baik-baik kamu bukan anak saya lagi! Kamu penghancur keluarga saya! Saya perintahkan kamu untuk segera pergi dari rumah saya dan jangan pernah kembali ke sini! Satu lagi saya ucapkan selamat karena telah membuat saya menjadi orang tua yang gagal."

Pria paruh baya itu menatap laki-laki yang tersungkur di depannya dengan mata memerah menahan tangis. Kilatan mata itu terlihat marah--lebih tepatnya sangat kecewa. Orang tua mana yang tidak akan marah dan kecewa jika tahu bahwa anaknya menghamili seorang perempuan tanpa ada ikatan yang sakral?

"T--api Pah kas-- ."

"Kalo kamu tidak ingin bernasib sama. Jangan ikut campur urusan papah!"

Laki-laki yang tersungkur di lantai itu berdiri dengan tubuh bergetar. Terdapat luka lebam sekaligus darah di sekitar pipi dan bibir. Laki-laki itu mengusap matanya lalu turun ke hidung karena merasakan sesuatu yang keluar dari hidungnya dan berbau anyir. Sebelum pergi dari rumah ia memandang lekat keluarganya.

Tersenyum tipis ke arah wanita paruh baya yang terisak hebat--senyuman sebagai tanda bahwa ia baik-baik saja. Setelah membungkuk dan mengucapkan kata maaf beberapa kali. Laki-laki itu dengan tertatih berjalan menuju pintu keluar.

Di sisi lain laki-laki berkacama itu memandang penuh arti ke arah laki-laki yang baru saja keluar. Ia kecewa, sangat kecewa pada dirinya. Sebab ia tidak bisa melakukan sesuatu untuk membantu saudaranya dari amukan sang Ayah. Ia hanya menjadi penonton.

Laki-laki berkacamata itu menangis. Bukan hanya papahnya yang gagal menjadi orang tua. Ia pun gagal menjadi seorang Kakak, ia tidak becus menjaga adiknya."I'm a bad big brother."

~~~



Kalo ada yang bingung sama prolognya, dipaham-pahamin aja ye😅Maaf gue nggak jago bikin narasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kalo ada yang bingung sama prolognya, dipaham-pahamin aja ye😅
Maaf gue nggak jago bikin narasi. Tapi, bakal gue usahain supaya bacaan gue enak dibaca.

Thank you for reading my story.

May God bless you with happiness and good health❤

See you next part

Galsun.

Thursday, 01 July 2021.

AdolescenceOn viuen les histories. Descobreix ara