5

123 99 222
                                    

Nia akhirnya sampai ke kampus setelah kelas pertamanya usai. Salahkan Karma yang dengan seenak jidat malah mengajaknya berjalan-jalan mengitari kota daripada langsung mengantarkannya ke kampus.

"Gila, gara-gara Vertha ama Karma nih gue absen."

Langkah sepatu sneaker putihnya tak terhenti sampai di kantin. Sesampainya Nia di sana, ia melihat Vertha yang masih ber-uwu-uwu an sama Adam.

"Widih, pacar baru, nih." celetuk Nia yang dibalas dengan tatapan marah dari iris coklat milik Vertha.

Cowok di samping Vertha—Adam hanya tertawa. Nia memundurkan bangku kantin lalu duduk berhadapan dengan Vertha yang sedang meminum sodanya.

Nia mengambil sebuah notebook merah dari dalam graphic totebag nya. "Nih, buku lo." ujarnya sembari melempar benda ditangannya itu.

"Anjay penyelamat hidup, thanks." ucap Vertha berterimakasih yang terdengar tidak ikhlas.

Nia memasang muka datar sambil menggerutu, Vertha hanya tertawa menanggapinya.

Temen laknat dah lo, Ver. Batin Nia.

Saat Vertha berbincang dengan Adam, Nia berteriak memesan makanannya. Bang Satrio, sang penjaga kantin pun mengangguk dan mulai membuatkan bakso yang dipesan Nia.

"Utang lo ke gue masih ada lima puluh ribu," Nia menoleh ke arah Vertha yang sedang berhadap-hadapan dengan Adam.

Adam memasang ekspresi tidak percaya, "Bohong lo, utang gue tinggal sepuluh ribu doang!" sanggahnya.

"Sepuluh ribu otak lo soak! Lihat nih buktinya." Vertha menunjukkan notebook yang dimintanya pada Nia tadi, mata Adam bergerak membaca tulisan-tulisan dan angka yang tertera.

Adam kikuk di depan bukti, dia cuma haha-hehe doang sambil digeplakin sama Vertha.

"Kirain buku penting taunya buku utang, tai lah!" Nia menyambung percakapan.

"Buku utang juga penting, lo kira selama ini gue masih hidup nyetok duit dari mana," Vertha menoleh ke arah Nia, "Utang lo ke gue masih ada tujuhpuluh, mau bayar kapan?"

Perkataan Vertha membuat Nia relfek membuang muka, menghindari tatapan membunuh Vertha.

"Hehe.. Kapan-kapan deh ya?" Vertha cuma membalasnya dengan, "Hmm.." udah mirip mba Nissa aja dah.

Nia berdehem, "Btw, lo ke sini sama siapa?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Sebelum Vertha menjawab, pesanan Nia udah datang, bakso lengkap dengan minuman es teh. Nia mengambil botol saos sambil menunggu Vertha membuka suara.

"Sama Adam." jawab Vertha singkat lalu melahap mi ayam kesukaannya.

Adam sendiri udah pergi ke meja sebelah, biasalah nongkrong bentaran sama temen-temen satu sirkelnya.

Nia terbatuk palsu, "Bau-bau PJ baru nih."

Vertha langsung memasang wajah datarnya lalu melempar botol soda yang udah kosong ke arah Nia.

Botolnya mengenai kepala Nia, "Headshot." ucap Vertha puas.

Nia menangis meringis. "Aduh.. Sakit tau, sayang." goda Nia, ini adalah cara untuk membuat Vertha geli menjijik.

"Jijik, su." Vertha memberikan tatapan jijik.

"Elusin kepala aku—" Nia berusaha mendekat ke Vertha tapi langsung didorong sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya.

Nia terjungkal, "Anjir, lihat aja lo tar malem." ancam Nia.

"Gue usir lo dari apartemen." Vertha mengancamnya balik.

Crash and Crush [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang