1

195 139 232
                                    

Suasana yang tercipta jadi lebih suram, mereka yang dasarnya emang udah gila jadi makin gila memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini.

"Pura-pura mati aja." Audrey mengeluarkan idenya.

Mereka semua diam, hampir setuju dengan ide Audrey. "Kalau mati kan gak bisa nafas lah kita kan masih nafas, mending jangan deh." kata Nia yang malah makin beban aja.

Ngomong doang, nyaranin gak.

Tamara makin kesal, dia memberikan gaplokan untuk Nia sebagai hukuman yang pantas buat ia. Nia pun meringis kesakitan.

Mungkin karena emang kepala Vertha isinya hanya pelajaran, jadi dialah satu-satunya manusia berotak encer saat ini.

Sebuah bohlam lampu muncul di pikirannya. "Yaudah pingsan aja, 'njir."

Ketiga orang di depannya mengangguk lalu menatap satu sama lain sebelum memberikan seringai licik ke Vertha.

"Ide bagus." kata Tamara, alisnya dia naik turunkan. Vertha mendapat firasat buruk, ia pasti akan mendapat bencana ketika Tamara mulai melakukan hal aneh seperti sekarang ini.

"Tapi, lo yang pingsan."

Benar saja. "Dih, apaan lo? Yang nabrak dong yang pingsan."

"Hidupnya udah ngenes, jangan lo tambahin. Cepetan pingsan atau mau gue pingsanin beneran?" ancam Tamara.

Tapi, kalau dipikir-pikir untung juga dia akting pingsan, dia bakal terjauh dari kemungkinan-kemungkinan buruk lain. Keputusan udah Vertha ambil, ia menghela napas pasrah.

Nia menurunkan kaca mobilnya perlahan, dengan sigap Vertha berakting pingsan. Untung Vertha pinter boong selama idupnya, batin Nia bangga akan temannya.

Sesaat setelah kaca mobil terbuka kedua cowok yang berdiri mengapit mobil pun menggerakkan tangan mereka, hampir meraih kerah baju yang dikenakan Nia. Yah, walaupun gagal karena pekikan palsu Audrey.

"OMG! Vertha kamu kok bisa pingsan sih?" kata Audrey yang pura-pura kasian sama Vertha.

Nia bingung harus gimana, ia ingin ikut berakting tapi dia cupu dalam bidang tersebut. Sedangkan Tamara hanya pura-pura gelisah.

"Vanthaaaa... Kok lo bisa mati, sih. Jangan mati dulu, katanya masih perawan." beberapa patah kata yang diselingi kepalsuan keluar dari bibir ceri Nia, dia meringis dan mendorong Vertha sampai ambruk ke samping.

Cowok yang berdiri di samping jendela mobil dengan cepat mengulurkan tangannya untuk melindungi kepala Vertha dari benturan.

Orang lagi akting pingsan malah dibaperin, walaupun tidak sengaja tetep ajalah getar hatinya. Tapi beda sama Vertha, cewek yang hatinya digadai-in buat nambah kapasitas otak. Ginian doang mah, bukannya getar malah jijik emosi.

"Gue belum mati goblok." gumam Vertha pelan nyaris tak terdengar sambil membuka matanya sedikit.

Nia mengedip-ngedipkan matanya memberi isyarat bahwa dia hanya bercanda. Vertha mau tidak mau menahan nafsunya untuk menonjok muka Nia dan tetap cool dengan aktingnya saat ini. Kedua cowok tak dikenal tersebut menunjukkan ekspresi panik ketika melihat Vertha yang sedang 'pingsan'.

Malang banget, Mas. Ditipu ama mbak-mbak yang nabrak mereka.

"Hayoo.. Gara-gara lo temen gue pingsan, nih!" Audrey menuduh mereka berdua dengan asal. Padahal kan ini gara-gara Nia yang tidak bisa berkonsentrasi dengan kemudinya.

"Woi cewek pingsan woi." teriak cowok yang berdiri di bagian kanan, bagian jendela Nia.

"Gue gak picek, cok! Kita harus gimana, nih?" sahut temannya dari ujung mobil.

Crash and Crush [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang