Enam Belas

72 9 0
                                    

Alarm berbunyi nyaring, menandakan matahari sudah muncul dengan senyum cerahnya.

Menandakan pula genap 24 jam Taka tidak tidur. Banyak pikiran yang memenuhi kepalanya. Di tambah kejadian di jalan semalam, jika teringat rasa mual menguras perut kosong.

Maksud hati ingin memulai mimpi karena kantuk baru menghampiri, suara ketukan pintu mengusik.

Pria Moriuchi bangkit dari ranjang, berjalan gontai menghampiri pintu. Sejenak dia berhenti, jika menuruti kata hati sungguh dia tidak ingin melihat rupa gadis yang bisa di bilang 'mendekati' Toru-nya. Tetapi bukan laki-laki jika mengedepankan perasaan, logikanya mengendalikan raga untuk meraih gagang pintu.

Seorang gadis berdiri di baliknya, berpenampilan rapi dan berbau wangi bunga melati "Selamat pagi Oii-Chan" gigi kelinci terlihat di antara bibir berpoles pelembab.

Taka memutar bola mata malas, menggunakan tangannya untuk menutupi mulut yang menguap "Hentikan A Ly, kau tidak imut sama sekali" katanya sambil menyenderkan punggung di kusen pintu.

A Ly mengerucutkan bibir, membuat gestur sedih yang di buat buat.

Jika biasanya Taka akan merespon, tetapi tidak untuk kali ini. Demi apa pun di langit, itu semakin membuat Taka terganggu.

"Taka, ayo jalan-jalan" ajak A Ly tanpa basa basi.

Membuang napas kasar "Tidak A Ly, aku harus mencari pekerjaan."

Sedikit tersentak "Apa? Kau tidak mau ikut dengan ku ke China?"

Menegakkan badan, Takahiro mulai berbicara. Sorot matanya serius "Tidak A Ly, bagaimana pun juga Jepang adalah rumah ku."

"Tapi" sanggah A Ly "Kau bilang, kau tidak nyaman di sini. Lagi pula kenapa harus buru-buru mencari pekerjaan?" melihat langit langit yang pucat "Ayah mu orang kaya, kau tidak perlu bekerja masih bisa makan enak. Aduh" teriak gadis tersebut saat kepalanya di pukul menggunakan ponsel. A Ly tidak tahu kalau kakak laki-laki ini membawa sebuah benda.

"Tidak seperti itu konsep nya A Ly. Sudahlah, aku mau mandi" ketus Taka sebelum menutup pintu kamarnya.

.
.

Matahari berangsur naik hingga mencapai atas kepala, membuat tubuh mengeluarkan cairan lebih banyak.

Di taman kota, Taka berjalan sendirian. Mencari pekerjaan mungkin hanya sebuah alasan untuk nya menyendiri.

Karena panas dari sengatan surya, ia memutuskan duduk di sebuah bangku yang terletak di bawah pohon. Angin sepoy-sepoy menyugar surai pendek hitam. Netra terpejam menikmati sejuknya udara bersih.

Pandangan kembali menyapu sekitar, mengamati manusia lain bukanlah ide yang buruk. Sudut bibir terangkat, tangan melambai saat ada beberapa gadis cantik yang lewat di depannya.

Senyum musnah saat ia melihat ke arah lain. Di sana, sepasang adam dan hawa berlajan beriringan. Taka sontak meloncat dari bangku untuk bersembunyi di balik pohon rindang tersebut.

Sang hawa membawa seikat bunga lily putih, entah mengapa itu cocok dengan pakaian berwarna merah jambu yang ia kenakan. Sementara sang adam tengah tersenyum.

"Lily, Sherly, A Ly. Hah sungguh serasi sekali" ucap Taka dengan nada mencemooh.

Mungkin lelah mungkin juga menyukai pemandangan taman ini, mereka duduk di sebuah bangku.

Mata bulat melotot tajam, mengamati gerak gerik dari kejauhan. Seberapa tajam telinga tetap tak mampu mendengarkan dari jarak sejauh ini.

Sedikit melamun, jantung Taka jatuh kala sang pria mendekat kan wajahnya, membuat posisi yang ambigu.

romeo dan julietWhere stories live. Discover now